Hal yang paling bikin para ibu stres selain tantrum biasanya adalah GTM! Ya, gerakan tutup mulut ini biasanya paling top bikin para ibu pusing tujuh keliling. Menjawab hal ini, dalam rangka HUT ke-3 Milis MPASI Rumahan & Mamaku Koki Handal, diadakan seminar mengenai GTM. Dengan pembicara dr Yossi Arioseno yang membahas dari sisi klinis serta Alzena Masykouri, MPsi dari sisi psikologis, membuat seminar ini jadi makin penting untuk disimak.
GTM ini ternyata kebanyakan terjadi saat anak di bawah usia 3 tahun. Kenapa? Karena di usia itu anak belum bisa mengungkapkan keinginannya. Bosan dengan menu tertentu, tidak suka bahan makanan tertentu, bosan dengan suasana makan, atau ingin mencoba makanan lain. Nah, berhubung mereka belum bisa mengungkapkannya, jadi deh GTM saja!
Yang harus diingat oleh mommies, makan bukan hanya kebutuhan fisik, tapi juga sosial. Maksudnya, makan adalah pembelajaran hidup terstruktur pertama bagi bayi. Ya, makan kan ada prosesnya. Makan jam berapa, duduk di mana, membuka mulut, mengunyah makanan, dan menelannya. Kalau untuk kita sih gampang ya, tapi untuk anak hal ini merupakan sesuatu yang baru.
Sudah rahasia umum bahwa anak adalah peniru yang ulung. Makanya, beri contoh mereka. Di mana mereka harus duduk ketika makan, apa saja yang harus dimakan ... tunjukkan bahwa makan adalah kebutuhan bukan kewajiban. Nah, biasanya banyak ibu khawatir anaknya belum makan apa-apa, padahal barusan si kecil ngemil kroket kentang yang tentunya mengenyangkan buat mereka. Inget mom, makan bukan kejar setoran. Biarkan anak merasakan konsep lapar. *teteub sih ya, waktu Langit cuma mau makan jeruk dan semangka selama 2 hari saya bingung juga*
Untuk ‘memerangi’ GTM, yang pertama harus dilakukan adalah observasi dulu peyebabnya. Penyebab GTM ini ada 2, organik yaitu sebab yang berhubungan langsung dengan organ makan anak. Misalnya sariawan, mau tumbuh gigi, dan lain sebagainya. Sementara anorganik meliputi keadaan psikologis anak, suasana hati anak dan pengasuh, suasana lingkungan, dll.
Setelah itu, baru ikuti paham “less is more” dengan memberikan makan anak dalam porsi yang sedikit tapi sering. Beberapa anak (dan ibu) memilih pemberian susu untuk menambah ‘rasa kenyang’ pada anak. Penting juga diingat, susu bukanlah pengganti makanan, melainkan penyeimbang gizi. Selain itu kalau anak hanya kenyang lewat susu, organ pencernaannya tidak akan berfungsi dengan semestinya lho!
Terakhir nih, jadikan acara makan menjadi acara yang menyenangkan. Mulai dengan senyum, sehingga anak tidak merasa ‘tertekan’ harus menghabiskan makanannya.
Selain seminar, ada juga bazaar, demo masak makanan untuk anak, playground anak, dan photo booth di mana mommies bisa bergaya ala koki handal! Selamat ulang tahun Milis MPASI Rumahan & Mamaku Koki Handal, sampai jumpa di acara seru lainnya ya!