Marti mungkin bisa dibilang pengasuh anak terbaik yang saya miliki. Sabar menghadapi Langit yang nggak bisa diam, cinta kebersihan dan kerapihan rumah, sigap, cepat mengerti saat saya mengajarkan membuat MPasi serta penyimpanan ASIP (saat itu saya masih kerja full time dan Langit masih dibawah setahun), pinter masak dan satu lagi bonusnya, dia bisa nidurin Langit! Artinya di dunia ini sementara yang bisa nidurin Langit cuma saya, ibu saya dan dia. Wah, sempurna banget! Saya bisa bekerja full time tanpa was-was anak saya rewel atau nggak bisa tidur, saya bisa percaya anak saya diurus dengan baik. Tapi semua yang sempurna memang nggak ada yang abadi.
Dunia saya jadi jungkir balik saat Marti minta izin pulang untuk mengurus ibunya yang sakit keras. Melarangnya? Nggak mungkin, saya tau rasanya saat ibu saat sakit pasti kerja pun nggak akan konsentrasi.
Hampir setahun saya kehilangan Marti. Pengasuh baru pun silih berganti. Yang pertama, bisa masak namun nggak sayang anak. Bahkan dia sempat berlaku kasar sama Langit. Walaupun cuma omongan, tetap saja, buat saya, yang berhak untuk ngebentak Langit hanya saya dan bapaknya. Mana doyan mainan ponsel. Pernah suatu hari ibu saya dengar dia lagi ketawa-ketawa di atas ketika saya sedang bekerja, dikirain dia lagi ajak main Langit, eh pas ditengok nggak taunya dia lagi nelpon! Pernah juga Langit jatuh sampai lebam jidatnya saat dijaga dia. 1,5 bulan saja cukup deh!
Setelahnya ada lagi nggak bisa masak, ya nggak apa-apa deh ya, minimal saya jadi ‘terpaksa’ turun ke dapur. Dan sayang banget sama Langit serta sabar. Sudah enak-enak jalanin ini, eh lagi-lagi dia harus pulang karena ibu bapaknya mau kerja ke Kalimantan. :(
Problema ibu manapun pasti mencari pengasuh anak yang tepat. Memang, nggak akan ada yang bisa menggantikan posisi ibu sebagai pengasuh sih, tapi minimal memiliki ‘tangan kanan’ untuk menjaga anak itu kadang terasa penting. Apalagi bagi mereka yang tinggal berjauhan dengan orang tua atau sanak saudara.
Banyaknya peristiwa-peristiwa tak enak seputar anak yang ditinggal dengan pengasuh, seringkali membuat para ibu was-was. Yang anaknya diculik, atau mengalami kekerasan hingga menyebabkan hilangnya nyawa si anak :( Saya yakin, nggak ada satupun ibu yang rela anaknya disakiti oleh siapapun.
Mungkin itu sebabnya saya kurang suka mengambil asisten rumah tangga (ART) atau pengasuh dari yayasan. Entah kenapa, rasanya nggak sreg dan terasa sekali kalau dia orang lain di rumah. Saya lebih suka mengambil ART dari orang-orang yang saya kenal. Misalnya keponakan ART-nya saudara, atau saudaranya ART tetangga dan seterusnya. Setelah dapat info mengenai ART, biasanya saya akan meluangkan waktu untuk ‘ngobrol-ngobrol’ dengan si mbak ini. Nah, yang saya perhatikan, pertimbangan saya dalam memilih pengasuh untuk Langit kira-kira seperti ini :
Walaupun sudah menerapkan itu, tapi ya kadang kepeleset juga sih. Kalau mommies disini sering mengalami hal yang sama, sharing yuk di forum Mommies Daily tentang pengasuh anak ini!