Uthe & Baby Blues

Etc

Mommies Daily・15 Feb 2010

detail-thumb
At least 60 to 80 percent of new mothers get the baby blues, a mild form of depression that begins a few days to a week after delivery and lasts no longer than about two weeks. Moms with the blues may be weepy, anxious, irritable, and unable to sleep. Most feel better after getting some rest and help with the baby, and maybe having a good cry after all the stress and excitement of childbirth.

If your "blues" don't lift after about two weeks, it could be postpartum depression (PPD). Ten to 20 percent of new mothers develop a full-blown clinical depression, which can last from two weeks to as long as a year. (babycenter.com)

Saya tidak pernah menyangkan bahwa hal yang tidak terpikir sama sekali akan terjadi pada saya ketika saya melahirkan Zara. Jelang persalinan perasaan saya memang campur aduk, antara nggak sabar, takut, dan bahagia.

Sebenarnya ketidaknyamanan perasaan saya bermula ketika saya harus diinduksi. Saya hanya berdua dengan suami di rumah bersalin. Saat persalinan berlangsung kami tidak didampingi siapa-siapa. Waktu itu adalah saat yang sulit buat saya. Tapi puji Tuhan, persalinan berlangsung dengan cepat dan baik.

Saat masih di rumah bersalin, Zara sama saya di kamar hanya pada jam-jam tertentu. Efek positif yang saya rasakan adalah, Ternyata enak ya punya anak. Sudah ada yang mandiin dan tidak ada tangis di tengah malam, karena dia di ruang bayi.

Malam pertama Zara pulang di situlah ketidaknyamanan saya semakin menggila. Tiap jam Zara nangis minta menyusu. Sementara ASI saya belum keluar lancar. Tapi dia tetap nangis tanpa rasa lelah. Saya kepanasan padahal suhu AC sudah di angka 20, sebelumnya 25 derajat. Saya kesal, tapi nggak bisa berbuat apa-apa. Esok harinya tidak berubah. Nangis melulu.

“Mungkin dia haus…”

“ASInya nggak keluar, ya?”

“Itu susunya nggak ada, kali…”

“Kasih susu kaleng saja, ASInya belum keluar. Kasihan…”

Asli, lho, saya super pede dengan ASI saya. Ada nggak ada saya tetep nyusuin Zara. Tapi pede saya nyusut jadi minus karena Zara nggak berhenti nangis, komentar tentang ASI oleh orang-orang di sekeliling dan terlebih lagi, Zara demam. Menurut suster yang saya telepon, suhu badannya naik mungkin karena haus. Dia minta saya untuk datang ke sana. Akhirnya saya datang dan dia menenangkan saya. Hasilnya, ASI saya luber.

Malam kedua dan seterusnya juga seperti itu. Saya kelelahan dan merasa depresi. Saya tidak bisa mengendalikan makhluk kecil ini. Saya dan ibu mertua berganti-gantian gendong. Entah kenapa setelah digendong mertua dia mau tenang dan tidur. Beberapa menit kemudian bangun lagi, nangis lagi, begitu seterusnya. Sampai-sampai saya menganggap Zara makhluk penyiksa hidup saya. Saya sudah dibuat bagaikan zombie.

Tiap malam saya SMS mama saya, “Maaaa, aku nggak kuat.Gue capek…” SMS serupa juga saya kirim ke teman saya, Yenny a.k.a. Cicik. Lalu saya juga curhat sama adik saya. Saya kesepian. Saya kecapekan. Saya butuh hiburan. Saya butuh ditemani. Saya butuh dibantu. Saya pengen Zara diurus orang lain.

Kemudian salah satu klimaksnya adalah waktu Zara berusia sekitar hampir 2 minggu. Malam itu dia nggak mau tidur sama sekali. Kalau ditaro di boxnya, dia nangis. Saya tidurin di sebelah saya nangis. Kalau digendong dia tenang, akhirnya sambil nyusu. Saya selalu nyusuin dia dalam posisi duduk, waktu itu kepala saya sampe terkantuk-kantuk sangkin ngantuknya. Saya marah-marahin dia, “Ayo, dong, tidur. Emang Zara nggak capek, yaa? Bunda capek, nih… Pengen tidur, masa kamu aja, sih, yang mau enak?”

Dia teteeeeeep aja nggak mau tidur. Keselnya sudah sampai ubun-ubun. Karena saya nggak tahan lagi, emosi saya meledak. “Dasar nyusahin! Lo pikir lo doang yang harus dingertiin? Gue juga capek!!! Gue mau tidur! Zara harus tidur, ini sudah subuh!”, sambil saya keplak kakinya dan setelahnya saya agak lepas dia ke kasur dimana kemudian dia kaget dan nangisnya semakin menjadi.

Rony, suami saya, dengar saya marah-marah. Kemudian dia pun bilang ke saya kalo Zara itu masih kecil dan dia nggak ngerti apa-apa, jangan dimarahin. Awalnya saya merasa sangat bersalah. Tapi ego saya nggak mau disalahin, dalam hati saya bilang, “Enak aja dia mulu yang dingertiin. Gue capek-capek hamil dan lahirin nggak ada yang mau ngertiin termasuk anak sendiri.”

I was a bad bad bad bad bad very bad mother. It was out of my control. Hampir 3 minggu saya depresi, tiap malam menangis, stress nggak bisa ngendaliin Zara, dan merasa gagal. Nggak kebayang sebelumnya bahwa baby blues syndrome terjadi pada saya. Semoga Zara tidak ingat hal buruk yang pernah saya lakukan saat usianya baru hitungan minggu.

Dear Mommies, pada akhirnya saya memang merasa amat bersalah karena hal itu. Sedih banget. Tapi itu bener-bener di luar kendali saya. Hingga pada akhirnya saya membuat kesimpulan sendiri, bahwa ibu yang mengalami baby blues sebaiknya jangan dibiarkan sendirian. Siapapun di sekitarnya harus membuat dia tenang dan nyaman semaksimal mungkin. Umumnya orang lebih perhatian ke bayi, padahal si ibu juga butuh perhatian.

Kalau ada yang sedang menunggu hari persalinan, sebaiknya pastikan keluarga dekat tahu sehingga di hari H nanti akan didampingi sampai tuntas. Bila sampai hari ke-5 ASI masih belum lancar minta pasangan supaya jangan ada satu orang pun membuat kita down dengan komentar ASI-tidak-keluar.  Suka nggak suka, capek nggak capek, pasangan kita harus mau turun tangan ketika baby menangis tak henti-henti.

Bila ada mommy yang tinggal dengan mertua, coba negosiasi dengan pasangan agar mommy bisa sebulan (maksimal) tinggal dengan orangtua kandung, percaya, deh… Sama nyokap sendiri jauh lebih enak karena kita bisa minta tolong tanpa rasa sungkan.  Oia, pastikan bahwa di kamar ada televisi dan CD player. Ketika rasa depresi muncul, mommy butuh media lain untuk mengalihkan depresi tersebut.

Saya tidak bermaksud nakut-nakutinin, lho. Saya berbagi pengalaman saya. Semoga tidak ada yang mengalami hal yang pernah saya alami. Saat ini Zara sudah tumbuh besar, usianya 1 tahun 4 bulan. Kalau kata tante saya, “Zara is a happy girl”, menurutnya Zara sangat ceria. Menurut saya sangkin cerianya dia jadi sangat petakilan nan aktif.  :)

Ingin berbagi dengan sesama ibu yang pernah merasakan baby blues? Kunjungi forum thread ini.