Biasanya ada beberapa keriwehan baru yang dialami para ibu bekerja pada bulan puasa. Mulai dari yang receh hingga yang serius.
Dulu, saat masih menikah dan mantan suami menjalani puasa, secara garis besar memang tidak ada perubahan berarti yang saya rasakan sebagai seorang ibu bekerja dalam kegiatan sehari-hari. Namun bukan berarti tidak ada sama sekali, hehehe. Kemudian saya juga bertanya ke teman-teman ibu bekerja yang menjalani puasa, kira-kira sepanjang bulan puasa ini, apa sih ‘tantangan’ versi mereka? Receh jawabannya tapi ya benar juga sih, hahahaha.
Berhubung saat sahur bangunnya lebih pagi, dan biasanya sulit untuk tidur lagi, banyak yang akhirnya bablas melek hingga jam berangkat kantor tiba. Alhasil sekitar jam 14.00 hingga 15.00 itu menjadi jam-jam genting menahan kantuk. Kalau hari biasa dapat disiasati dengan mengonsumsi camilan atau minum kopi, nah ketika puasa kan itu nggak bisa dilakukan ya, hehehe. Menahan lapar sih mudah, menahan kantuk yang lumayan perjuangan :D.
Asliiiiik, ini salah satu yang bikin saya degdegser selama bulan puasa, hahaha. Kapan ya kira-kira ART akan pulang kampung? Berapa lama dia akan ada di kampung? Balik lagi nggak ya ke rumah saya? Udah dari awal puasalah pokoknya khawatirnya. Kadang, malah saya bertanya duluan di awal agar saya bisa mengantisipasinya.
Perpaduan lapar dan ngantuk itu bisa dahsyat banget lho terhadap kinerja di kantor, hihihi. Saya harus pintar menjaga konsentrasi. Makanya sebisa mungkin, kalaupun ada meeting, jangan terlalu sore, takutnya konsentrasi udah hilang dan otak juga semakin lemot :D.
Terutama jika anak-anaknya baru mulai belajar puasa. “Sempat salah, karena malamnya nggak mengingatkan si abang untuk niat puasa. Jadi begitu dibangunin subuh, anaknya langsung cranky.” “Kalau gue sih solusinya anak lebih cepat tidur pas malam, jadi nggak sulit membangunkannya di saat sahur.”
Tuntutan anak-anak adalah ada waktu berbuka puasa bersama, nah ini yang harus pintar-pintar saya siasati. Hari pertama sudah pasti saya mengambil cuti atau pulang kantor lebih awal agar bisa berbuka di rumah. Selanjutnya, saya mengomunikasikan pada atasan atau anggota tim, kapan saya bisa cuti atau izin pulang lebih cepat.
Namanya juga sekian jam tidak makan dan minum, aslik saya kerap khawatir kalau harus ngobrol dengan rekan-rekan kerja atau klien dalam jarak yang lumayan dekat. Sebisa mungkin sih jaga jarak agar tetap nyaman.
Bukan pusing karena susah mencarinya, tapi pusing saking banyaknya yang jualan makanan atau minuman untuk berbuka puasa, hahaha. Biasa kaaan, begitu terlalu banyak pilihan malah bingung sendiri. Belum lagi harus memikirkan apakah jenis makanan atau minuman tersebut aman untuk anak-anak.
Biasanya beberapa hari pertama di bulan puasa, anak-anak libur sekolah, plus selama bulan puasa, Kegiatan Belajar Mengajar juga mengalami perubahan jam menjadi lebih singkat. Nah, mulailah saya mati gaya mau melakukan apa agar anak-anak tetap ada kegiatan. Di saat mentok ide, akhirnya saya biarin ajalah anak-anak saya bosan, kan katanya ada bagusnya membiarkan anak merasa bosan?!
Bagaimana dengan mommies yang lain?