banner-detik
KIDS

Narcissistic Personality Disorder pada Anak Ternyata Memerlukan Terapi

author

dewdew02 Apr 2019

Narcissistic Personality Disorder pada Anak Ternyata Memerlukan Terapi

Pernah ketemu dengan anak yang apa-apa maunya dia sendiri yang menjadi pusat perhatian? Bisa jadi dia memiliki gangguan kepribadian narsistik. Seperti apa?

Pernah nggak ketemu dengan anak yang super duper mencintai dirinya sendiri? Apa-apa maunya dia sendiri yang diperhatikan. Cenderung memiliki kekaguman yang lebih terhadap diri sendiri dan menuntut orang di sekitarnya untuk memenuhi keinginan, kebutuhan, dan kesejahteraan dirinya seorang. Tak jarang ia memandang sebelah mata teman-teman di sekelilingnya tanpa terkecuali. Teman si kecil seperti itu? Atau jangan-jangan anak kita sendiri yang kayak gitu? Ketahuilah, bisa jadi dia memiliki gangguan kepribadian narsistik (NPD) dan memerlukan terapi.

Narcissistic Personality Disorder pada Anak Ternyata Memerlukan Terapi - Mommies Daily

Ciri-ciri Narcissistic Personality Disorder pada Seorang Anak

Jangan sampai tertukar dengan anak egois, ciri-ciri anak dengan NPD bisa dilihat dari karakternya yang:

Memiliki tingkat jumawa yang berlebihan

Merasa memiliki kesuksesan dan kekuasaan tanpa batas. Anak merasa superior padahal prestasinya biasa-biasa saja.

Ia merasa berhak atas semua yang ia inginkan dan minta.

Seringkali memandang rendah orang yang ia anggap tidak satu level dengan dirinya, hal ini terlihat ketika ia enggan menatap lawan bicara.

Cenderung berfantasi mengenai kesuksesan, kekuasaan, kepandaian, kecantikan, padahal kenyataannya tidak se-fantastis yang ia kira.

Bangga dan menuntut rasa hormat dan dipuja dari orang lain.

Arogan.

Terlihat oportunistik.

Jangankan terhadap orang lain, ia cenderung tidak mau mengerti kebutuhan sesama makhluk hidup.

Melebih-lebihkan cerita kesuksesan dan pencapaian diri walau pada kenyataannya tidak seperti itu.

Memiliki sifat eksploitatif. Cenderung suka mengeksploitasi apa pun selama itu bisa membuat dirinya dipuja.

Terlihat iri pada prestasi orang lain, namun menganggap orang lain iri akan prestasinya.

Menunjukkan sikap formal bahkan dalam hubungan pribadi dan dekat.

Tidak mampu menerima kritik yang membangun dan mudah merasa tersakiti atau terhina.

Suka memanfaatkan orang lain demi kepentingan pribadi, dan seringkali menyalahkan orang lain atas kegagalan diri sendiri

Penyebab Narcissistic Personality Disorder Pada Seorang Anak

Mungkin nggak, sih, NPD ini memang sudah karunia alias dibawa dari lahir? Beberapa jurnal yang saya baca menyatakan penyebab kepribadian narsis sebenarnya tidak diketahui dengan pasti, bisa saja disebabkan kelainan genetik, namun bisa juga disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Berikut beberapa faktor yang memengaruhi mental seorang anak sehingga akhirnya ia mengalami NPD:

Anomali genetik atau penyimpangan genetik. Hal ini dapat menyebabkan anak memiliki NPD ini karena beberapa perubahan di otak.

Codependent parenting. Biasanya pola asuh seperti ini, orangtua cenderung tidak bisa membedakan mana yang protektif, mana yang over protektif. Terlalu mencintai dan obsesif terhadap si kecil tanpa sadar membuat anak perlahan menciptakan sikap narsis pada anak.

Memanjakan anak secara berlebihan. Termasuk memuji anak secara berlebihan bahkan ke hal-hal yang kecil yang seharusnya menjadi kewajibannya bukan karena pencapaiannya.

Orang tua narsis. Orangtua seperti ini cenderung melihat kelebihan anak sebagai ancaman sehingga akhirnya membatasi gerak si kecil. Tingkah laku seperti ini, pada akhirnya membuat anak itu menjadi narsis ketika mereka dewasa, dan berpikir bahwa perilaku ini normal saja.

Baca juga:

Narcissistic Parenting dan Dampaknya Terhadap Anak

Memberi terlalu banyak kritik negatif. Hal ini membuat anak-anak merasa tidak mampu dan buruk tentang dirinya sendiri, sehingga anak mengembangkan narsisme sebagai mekanisme pertahanan dirinya.

Kurang atau tidak adanya kasih sayang yang cukup. Kondisi ini banyak terjadi pada anak adopsi atau anak yang memiliki orangtua yang bercerai tanpa kasih sayang yang proper. Hal ini dapat membuat anak merasa tidak aman dan rentan. Seringkali ia tidak merasa dicintai sehingga menciptakan rasa cinta untuk dirinya sendiri untuk bertahan dan melanjutkan hidup.

Pada dasarnya NPD tidak mengancam jiwa, tetapi sebaiknya lakukan sesuatu agar si kecil memiliki perilaku dan kehidupan sosial yang lebih baik. Jika tidak ditangani sedari dini, NPD ini bisa terbawa sampai dewasa, lho, dan menyebabkan berbagai masalah bagi dirinya di kemudian hari, termasuk depresi terutama ketika mengalami penolakan dan menerima kritik dari orang-orang di sekitar.

Terapi Untuk Narcissistic Personality Disorder

Pengobatan medis dengan pemberian obat semacam antidepresan merupakan jalan terakhir dalam mengatasi NPD ini. Dan biasanya juga nggak diterapkan untuk anak. Karenanya, beberapa model terapi berikut ini dianggap efektif untuk mengatasi gangguan kepribadian narsistik pada si kecil:

Terapi perilaku kognitif: Terapi ini mengajarkan anak untuk mengenali masalahnya. Ini juga bisa membantu anak (dan juga orangtua) mengidentifikasi pola pikir dan perilaku yang merugikan dan negatif. Terapi perilaku kognitif akan membantu mengubahnya dengan pikiran positif dan konstruktif.

Psikoterapi psikoanalitik: Terapi ini menargetkan pada sikap anak yang terlalu mencintai dirinya sendiri, yang kemudian menjadi mekanisme pertahanan dirinya ketika melakukan sesuatu yang negatif. Misalnya saja, ketika ia gagal melakukan sesuatu, atau berinteraksi buruk dengan orang-orang di sekitarnya. Terapi ini juga melibatkan konseling pada orang tua dan keluarga anak-anak NPD tersebut.

Terapi keluarga: Jika setelah dievaluasi narsisme merupakan hasil dari pola asuh yang juga narsistik, mendapat cinta yang berlebihan dari orang tua, maka psikoterapis kemungkinan besar akan berbicara kepada orang tua terhadap perilaku tersebut dan mengatur emosi mereka terhadap anak. Menurut saya ini yang paling susah, sih, kalau orangtuanya juga orang yang mengalami gangguan yang sama. Karena terapi pasti juga harus diberlakukan ke orangtuanya. Ya nggak, sih?

Baca juga:

Ketika Semua Kita Bantu, Kita Ini Ibunya atau Asistennya?

Share Article

author

dewdew

Mother of Two. Blogger. Make-Up Lover. Skin Care Amateur. Beginner Baker. Entrepreneur Wannabe. And Everything in Between. www.therusamsis.wordpress.com


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan