Risiko yang Menyebabkan Melahirkan Prematur & Pentingnya Lakukan Skrining pada Bayi Prematur

Etc

adiesty・01 Dec 2017

detail-thumb

Untuk mencegah anak lahir prematur, sebenarnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, lho! Termasuk langkah yang wajib dilakukan jika memang mommies melahirkan anak dalam kondisi prematur.

Pertengahan bulan November, tepatnya Sabtu 18 November, saya sempat datang ke acara peringatan Hari Prematur Sedunia di RSCM Kiara yang mengadakan talkshow yang dihadiri komunitas orangtua yang memiliki anak prematur.

Sepanjang acara, banyak sekali informasi penting yang bisa daya dapatkan. Ya, setidaknya, mengingat saya sedang menanti anak ke-2, informasi yang dipaparkan para nara sumber sangat berharga.

Pada dasarnya, kelahiran dikatakan premature ini  apabila bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Menurut data WHO tahun 2013, bayi prematur menyumbang angka satu juta kematian di dunia. Hal ini antara lain karena bayi prematur memiliki risiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak.

Angka kelahiran di Indonesia per tahun sekitar 5 juta bayi, dan 750 lahir prematur. Umumnya, bayi prematur tersebut lahir dengan berat badan rendah (BBLR, Bayi Berat Lahir Rendah). Selain  itu tentu saja ada sederet risiko lain jika bati lahir secara premature, contohnya gangguan penglihatan retinopati (retinopathy of prematurity).

Tidak mengherankan, saat talkshow, Prof Dr dr Ali Sungkar SpOG(K) sering kali meng- highlight bahwa  semua orangtua perlu melakukan pencegahan agar anak tidak lahir prematur. Memang, kelahiran secara prematur sudah jadi kehendak-Nya. Tapi bukan berarti kita nggak bisa usaha lebih dulu kan?

bayi prematur

Menurut Prof Dr dr Ali Sungkar SpOG(K) salah satu penyebab anak lahir secara prematur dikarenakan adanya infeksi. Bahkan angka ini bisa mencapai sekitar 40% hingga 50%.Tingginya angka kelhiran secara premature akibat infeksi memang tidak terlepas dikarenakan siapa pun memiliki risiko untuk mengalami infeksi pada vagina. Hal ini tentu saja akibat kurangnta menjaga kebersihan vagina dengan baik.

Selain itu, penyebabnya lain yang bisa mengakibatkan infeksi karena pemakaian celana dalam yang terlalu ketat, minum pil kontrasepsi yang berlebihan, kekebalan tubuh yang rendah, sakit diabetes, minum antibiotik yang beberapa faktor lainnya. Tidak mengherankan kalau akhirnya dr. Ali mengingatkan pada semua perempuan khususnya yang ingin merencanakan kehamilan agar mencegah terjadinya infeksi pada ibu hamil.

“Semua infeksi, yang paling banyak infeksi kan adanya di vagina. Vaginanya di mana? Saluran kencing. Apalagi? Misalnya dia sakit tipus, malaria, semua infeksi. Termasuk infeksi gigi yang sering disepelekan orang,” ungkap dr Ali. Artinya, infeksi yang dimaksud memang cukup beragam, bahkan meliputi semua jenis infeksi yang dialami ibu selama masa kehamilan.

Lebih lanjut, dr. Ali juga mengingatkan agar ibu hamil tidak menyepelekan jika mengalami keputihan. Pasalnya, ibu hamil yang kerap keputihan juga bisa berisiko mengalami kelahiran secara prematur. Adapun tanda-tanda keputihan karena adanya infeksi, bisa diligat dari cairan keputihan yang berwarna hijau atau kunging, dengan bau yang tidak sedap.

“Kalau memang sudah dirasa keputihannya tidak normal, adakumannya, ya harus melakukan pemeriksaan segara. Sehingga bisa diobati. Kondisi keputihan yang begitu juga berisiko membuat bayi terlahir secara prematur," ungkap dr Ali lagi.

Selain menjaga kesehatan tubuh untuk mencegah anak terlahir secara premature, dr. Ali juga mengingatkan agar para ibu menjauhkan diri dari stess.  Soalnya, nih, ketika sedang stress akan membuat tubuh merilis hormon kortisol yang bisa memicu pelepasan prostaglandin yang dapat memicu kontraksi.

Saya pun sempat bertanya, kadar stress seperti apa yang bisa berisiko?

Dalam hal ini, dr. Ali mengegaskan bahwa sebenarnya tidak ada pengukuran yang pasti mengenai kadar stress. Mengapa? Hal ini dikarenakan kadar  seseorang dalam menghadapi tekanan tidak pernah sama, Artinya, butuh kecerdasan kita dalam mengelola emosi sehingga tidak mengalami stress berlebihan.

Informasi lain yang tidak kalah penting adalah bagaimana orangtua harus segera melakukan skrining jika memang melahirkan anak secara premature. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K) memaparkan skringging ini penting dilakukan pada bayi prematur karena organ-organ tubuhnya yang belum matang.

Skrining ini pun dilakukan secara bertahap, dimilai sejak bayi dirawat di Neonatal intensive care unit (NICU) hingga anak sudah bisa kembali pulang ke rumah untuk mencegah kecacatan dan mendapatkan tumbuh kembang bayi yang optimal. Setidaknya, saya mencatat ada bebetapa skrinning yang perlu dilakukan.

  • Skrining kepala, yang dilakukan dengan pemeriksaan USG kepala
  • Skrining mata untuk memeriksa mata bayi prematur, untuk mencegah terjadinya kebutaan pada bayi.
  • Skrining pendengaran dengan melakukan pemeriksaan OAE (Otoacoustic Emissions) dilakukan oleh dokter spesialis THT
  • Skrining jantung karena bayi prematur memiliki risiko kelainan jantung sehingga pemeriksaan dengan ekokardiografi wajib bagi bayi prematur.
  • Skrining sistem pernafasan dan saluran cerna lewat pemeriksaan USG dan foto rontgen.
  • Skrining pemeriksaan darah untuk mengetahui  kondisi ada atau tidaknya hipotiroid, kuning, anemia, infeksi dll.
  • Skrining pertumbuhan dan perkembangan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sehingga orangtua bisa melakukan intervensi dan mengejar ketertinggan dan mencegah gangguan tumbuh kembang dikemudian hari.
  •