Belajar Menjadi Orangtua yang Tidak Pilih Kasih

Parenting & Kids

adiesty・11 Jan 2017

detail-thumb

Terus terang saja, salah satu kekhawatiran saya kalau punya anak lagi adalah ketidakmampuan untuk bersikap adil Tahu, dong kalau berlaku adil sulitnya bukan main? Saya pun mulai belajar dan mencari tahu bagaimana caranya menjadi orangtua nggak pilih kasih.

Duileeh… belum juga hamil dan positif punya anak lagi, saya kok sudah ke-PD-an banget, ya? Sampai-sampai sudah berpikir bagaimana kondisi kalau nanti saya sudah punya anak lebih dari satu? Apa iya, saya bisa memberikan kasih sayang yang sama antara anak pertama dan anak kedua? Apa iya, saya nanti mampu menyekolahkan anak-anak saya dengan kualitas yang baik? Apa iya nanti perhatian yang saya berikan porsinya akan sama? Apakah saya bisa tidak mengidolakan salah satu anak sehingga berujung saya seperti orangtua yang pilih kasih?

Kita tentu sudah sama-sama sepakat kalau menjadi adil bukanlah hal yang mudah dipraktikan. Padahal, menjadi adil ini tentu saja akan membawa manfaat baik khususnya dalam hubungan keluarga. Sayangnya, nih, tanpa disadari orangtua bisa pilih kasih atau favoritisme terhadap salah satu anaknya. Berhubung anak saya masih satu, saya, sih memang belum melakukan hal ini. Maunya ketika sudah punya anak lagi, semoga saja tidak melakukannya.

belajar jadi orangtua yang tidak pilih kasih

Menurut Ellen Weber Libby, seorang psikolog kinik dan psikoterapis dari Washington, DC, dan penulis The Favorite Child, sebenarnya favoritisme yang dilakukan orangtua terhadap anaknya merupakan hal yang wajar, lho! Meskipun begitu, bukan jadi pembenaran, dong? Setidaknya hal inilah yang coba saya pahami dan pelajari.

Saya pernah dan masih jadi anak dari Mama dan Ayah saya. Terlahir menjadi anak bungsu, rasanya saya sudah cukup ‘kenyang’ dapat petuah ini itu dari orangtua, termasuk bagaimana caranya agar saya ‘sejalan’ dengan kedua kakak saya, khususnya teteh saya.

Kalau dibandingkan dengan teteh saya, mungkin saya memang nggak ada apa-apanya. Teteh saya ini tipe anak yang kalem dan penurut, sementara saya memang dikenal sebagai anak yang doyan berargumen dengan Mama saya. Mungkin dipandangnya, saya malah seringnya senang melawan.

Kalau dilihat dari segi akademis, saya pun sebenarnya nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan kakak tertua saya. Saya cuma bisa kuliah di perguruan tinggi swasta, sementara teteh saya bisa masuk Univeritas Indonesia dan jurusan Matematika. Kariernya pun di bidang Aktuaria sudah sangat bagus. Hahahaa… kebayang, ya, otaknya encer seperti apa?

Saya sendiri cukup memaklumi kalau memang Mama dan Ayah saya terihat menjadikan teteh saya ini sebagai anak favorit. Beruntung, saya bukan tipe anak yang gampang baper, hehehe… Hubungan saya dan kedua kakak saya pun sangat baik dan harmonis, nggak ada deh istilah musuhan. Mungkin karena faktor usia kami yang terpaut cukup jauh.

Balik lagi ke topik mengidolakan anak sehingga bisa memicu terjadinya pilih kasih, Irma Gustiana M. Psi, Psi juga sependapat dengan Libby, bahwa orangtua memang ada kecendrungan mengidolakan anak. Untuk itulah, Mbak Irma mengingatkan agar  orangtua lebih peka dalam pola asuh.

Katanya, “Orangtua tentu saja perlu menghindari sikap favoritism pada salah satu anak anak. Pada prinsipnya, ingat saja bahwa pada dasarnya anak itu unik, dan dinamis, jadi tidak perlu membandingkan anak yang satu dan yang lain,” tegasnya.

Lalu apa yang perlu dilakukan agar tidak pilih kasih dengan anak?

Tidak perlu menyangkal tapi tidak perlu mengakui

Kebayang nggak, sih, kalau orangtua kita bilang, “Mama itu nggak begitu suka dengan kamu… kamu itu berbeda dengan kakak dan adikmu… Mama lebih suka dengan kakak dan adik karena lebih pintar”.

Daaang….Pasti sakit hati, dong? Biasanya,orangtua akan menyangkal kalau  memang punya perasaan mengidolakan salah satu anak. Jadi menurut saya, sih, nggak apa-apa kalau kita mengakuinya, nggak perlu menyangkal.  Menurut Mbak Irma hal ini merupakan hal yang wajar dan lumrah sehingga tanpa disadari ada kencenderungan untuk memberikan perhatian yang lebih. Meskipun begitu bukan berarti kita sebagai orangtua perlu mengakuinya pada anak karena hanya akan melukai perusaan dan memicu terjadinya sibling rivalry.

Lakukan pemetaan

Kalau memang mengidolakan salah satu anak, nggak ada salahnya untuk bertanya pada diri sendiri, hal apa saja yang bisa membuat mommies mengidolakan salah satu anak? “Coba cari tahu kelebihan dan kekurangan anak, dengan melakukan pemetaan seperti ini kita jadi tahu apa kekurangnnya sehingga bisa dioptimalisasi dan apa yang sudah baik sehingga perlu dipertahankan,” ujar Mbak Irma.

Pembagian tugas domestik yang sama

Mungkin ada anak yang memang bisa memberikan perhatian yang lebih atau melakukan hal baik lainnya. Sebaliknya, ada juga tipe anak yang santai dan cuek. Meskipun begitu hal ini tentu saja bukan jadi pembenaran kalau kita bisa menganak emaskansalah satu anak. Salah satu cara yang efektif agar anak merasa bahwa orangtua sudah bersikap adil adalah dengan cara memberikan tugas domestik yang sama antara anak yang satu dan anak lainnya.

Ciptakan family time

Salah satu cara agar anak merasa nyaman, dan tidak merasa orangtua pilih kasih adalah mengsahakan untuk melakukan aktivitas family time. “Dari sini anak bisa tahu kalau orangtua itu memberikan kasih dan perhatian yang sama. Selain itu jangan lupa melakukan special time dengan masing-masing anak. Misalnya setiap malam secara bergantian malakukan pendekatan secara personal, mencaru tahu apa yang dirasakan anak. Paling tidak 10 menit, sehingga anak akan punya rasa kehangatan dan lebih dicintai oleh orangtuanya,” pesan Mbak Irma lagi.