Alasan Kenapa Jangan Asal Ngomong Saat Jenguk Ibu Melahirkan

Behavior & Development

adiesty・04 Jan 2017

detail-thumb

There are words in the soul of a newborn baby, wanting and waiting to be written- Toba Beta.

“Waaah…. Anaknya mirip siapa, nih?”

“Kok, nggak mirip ibunya, ya?”

“Lho, kok, kulitnya lebih hitam, ya? Beda banget sama kakaknya….”

"Rambutnya tipis banget, beda sama rambut ibunya yang tebal".

Duuileeh,’gerah’ nggak sih, mendengar komentar-komentar seperti ini kalau sedang dijenguk teman atau saudara ketika kita baru melahirkan? Jangannya jadi sang ibu yang bayinya dikomentari, jadi teman si ibu, yang mendengar kalimat seperti ini saya sudah nggak suka.

Idealnya itu kan kalau sedang menjenguk teman atau saudara yang baru melahirkan, kita juga bisa merasakan kebahagiaan. Jadi, bukankah sebaiknya kita lebih hati-hati dengan ucapan yang akan dilontarkan? Belum lagi kalau ingat ibu yang baru melahirkan cenderung lebih sensitif. Gimana kalau tanpa sepengetahuan kita ternyata si ibu mengalami baby blues atau yang lebih parahnya mengalami post partum depression. 

Nah, apa nggak lebih runyam jadinya?

Vaksin Influenza untuk Ibu Hamil, Sepenting Apa, sih?

Mugkin yang perlu digarisbawahi di sini adalah menjenguk ibu yang baru saja melahirkan juga ada etikanya. Salah satu poin yang ingin saya highlight kali adalah mengurangi komentar yang nggak penting, nggak usah, deh, bertanya atau mengatakan apapun yang bersifat judgemental apalagi kalau sampai menyinggung perasaan. Masih ingat, dong, dengan pepatah mulutmu harimaumu? Jangan sampai gara-gara komentar sembarangan, kita dicap jadi teman yang menyebalkan. Atau malah dicoret dari list pertemanan, hahahaa...

Lagi pula, ternyata apa yang kita ucapkan ini juga bisa menyinggung perasaan si bayi, lho! Iya, meskipun masih new born mereka juga punya perasaan dan memahami apa yang diucapkan oranglain untuknya. Dan yang lebih parah, kalau kalimat yang diucapkan cenderung membanding-bandingkan new born dengan si kakaknya, hal ini akan memicu lahirnya sibling rivalry.

Hal ini dipertegas oleh psikolog anak dan keluarga, yang kerap saya sapa dengan panggilan Ayank Irma. Ia mengatakan, “Anak usia 0 sampai 2 tahun, semua panca inderanya sudah berfungsi dengan baik, jadi, respon orang terhadapnya sejak lahir sudah bisa dihayati oleh mereka.”

Oleh karena itu, Mbak Ayank Irma berpesan, ketika sedang menjenguk teman atau keluarga yang baru saja melahirkan, perlu berhati hati dalam berucap. Termasuk menghindari kalimat-kalimat yang membandingkan sang new born dengan saudaranya.

“Komentar-komentar tersebut sebenarnya sangat berpengaruh pada perkembangan emosi sang anak ketika mereka sudah besar. Pemikiran atau pertanyaan yang tidak mengenakan bisa timbul pada diri anak, karena dari komentar atau respon-respon tersebut tertanan dalam benaknya dan dihayati oleh anak”. Hal inilah yang bisa memicu lahirnya sibling rivalry, dikarenakan adanya perasaan yang tidak nyaman, dihayati oleh sang anak sehingga membuat anak hyper sensitive.

Setelah mendengar penjelasan dari Mbak Irma ini, semakin jelas ya, ketika menjenguk teman atau saudara yang melahirkan, ucapan perlu diperhatikan. Dari pada komentar asal-asalan, lebih baik pilih topik obrolan yang sifatnya ringan dan menyenangkan.

Percaya, deh, soal perawatan pasca-melahirkan, perawatan bayi dan nasihat-nasihat lainnya pasti sudah bosan didengar. Kecuali jika memang si ibu bertanya, ya.  Kalau memang si ibu terlihat sedang nggak mood atau lelah, jangan sampai nggak ngeh dengan terus mengajaknya ngobrol.