Sorry, we couldn't find any article matching ''
Sulit Tambah Anak? Jangan-jangan Alami Infertilitas Sekunder
Ingin punya anak kedua, tetapi kehamilan tak kunjung terjadi. Mungkin Anda mengalami infertilitas sekunder. Apa itu infertilitas sekunder? Bagaimana penanganannya?
Saat mendapatkan anak pertama, Mommies merasa tidak memiliki halangan berarti. Namun, mengapa ketika ingin punya anak kedua, rasanya sulit sekali? Meskipun banyak faktor yang bisa terjadi, tetapi salah satu yang mungkin terjadi adalah infertilitas sekunder.
Menurut keterangan WHO, infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan pasangan suami istri untuk hamil setelah satu tahun berhubungan seksual secara teratur tanpa alat kontrasepsi. Nah, definisi ini juga berlaku pada infertilitas sekunder. Hanya saja, pada infertilitas sekunder, kondisinya suami-istri berhasil memiliki anak sebelumnya.
"Dilihat saja kalau dalam waktu satu tahun pasangan berhubungan intim dengan rutin, tanpa pakai kontrasepsi tapi istri nggak hamil-hamil, patut dicurigai dan diperiksakan," ungkap dr Sigit Solichin SpU, dokter spesialis urologi dari RS Bunda.
Faktor penyebab infertilitas sekunder
Menurut dr. Sigit ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang alami infertilitas sekunder. Namun, biasanya kesulitan mendapatkan anak kedua, terjadi pada pasangan usia reproduktif. Untuk perempuan yang usianya sudah 35 tahun, juga mempunyai beberapa risiko yang membuat untuk sulit hamil.
Hal yang sama juga disampaikan oleh dr. Upik Anggraeni, Sp.OG-KFER, dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre. Menurutnya, faktor usia menjadi salah satu faktor yang tidak dapat dikendalikan. Usia 35 tahun pada wanita adalah titik di mana cadangan ovarium mulai menurun secara cepat sampai dengan usia 45 tahun, di mana usia ini merupakan batas usia dilakukannya program IVF (bayi tabung) dengan sel telur milik sendiri.
Meski begitu, faktor pemicu sulit mendapatkan anak kedua bukan hanya karena sel telur pada perempuan makin berkurang, lho. Pihak laki-laki atau para suami juga punya andil yang cukup besar, karena suami pun bisa mengalami infertilias. Waktu itu dr. Sigit menjelaskan kalau 50 % faktor infertilitas berasal dari pihak suami. Sebab infertilitas pria sekitar 30-40% memang tidak diketahui atau ditemukan kelainan.
Selain itu, penyebab lainnya suami mengalami infertilitas karena varikokel dengan persentase 15,6%. Disusul dengan kondisi biji kemaluan yang tidak turun ke kantong kemaluan sebanyak 7,8%. Adanya infeksi saluran kemih, gangguan cairan sperma, sumbatan di vas deferens, faktor imunolog hingga ada kelainan lainnya yang tidak bisa diketahui secara pasti juga bisa menyebabkan terjadinya infertilitas.
Pernyataan ini semakin menguatkan kalau sudah seharusnya pasangan suami istri nggak saling menyalahkan karena infertilitas ini bisa terjadi pada suami ataupun istri.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, penyebab lainnya adalah berat badan. Dr. Upik menjelaskan, wanita dengan indeks massa tubuh di atas 25 kg/m2 cenderung lebih sering mengalami infertilitas dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan ideal. Hal ini berkaitan dengan gangguan ovulasi seperti PCOS yang sering terjadi pada wanita gemuk. Begitu pula dengan pria gemuk. Mereka lebih sering mengalami gangguan kesuburan yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan suhu akibat penumpukan lemak di sekitar kemaluan.
Cara menangani
Segera lakukan pemeriksaan untuk Mommies dan Daddies, jika merasa sulit mendapatkan kehamilan kedua. Biasanya, terapi dan pengobatan infertilitas sekunder mencakup:
Evaluasi ovulasi dapat dinilai dari riwayat menstruasi dan pengukuran kadar progesteron darah atau luteinizing hormone (LH) urine. Sementara itu, analisis sperma adalah hal yang wajib dilakukan oleh pria dan umumnya berlaku untuk tiga bulan. Hasil analisis sperma mencakup volume, konsentrasi sperma, pergerakan, dan bentuk sperma yang normal. Dari hasil tersebut, dapat diketahui jumlah total sperma yang bergerak untuk menentukan kelayakan sperma membuahi sel telur secara alami.
Oh, ya, satu hal yang penting dan perlu digaris bawahi, ternyata faktor kualitas hubungan seksual juga perlu diperhatikan. Berhubungan intim setiap hari ternyata memang tidak disarankan karena kondisi dan kualitas sperma belum baik. Untuk itu aktivitas hubungan seksual ini disarankan setidaknya dua atau tiga kali dalam seminggu. Menurut dr Sigit, rentang waktu ini dianggap cukup longgar karena bisa meningkatkan kualitas sperma menjadi lebih baik.
Nah, jika dokter sudah mengetahui kondisi lengkap Mommies dan Daddies, pilihan terapi akan ditentukan sesuai dengam peluang dari setiap pilihan yang ada. Baik program alami (sanggama terencana), inseminasi intrauterine, ataupun bayi tabung (IVF).
BACA JUGA:
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS