Tips Mengajak Anak ke Dokter Gigi dan Mencegah Timbulnya Karies

Health & Nutrition

?author?・14 Nov 2015

detail-thumb
Keluhan yang sering dialami seputar gigi si kecil ada karies dan sulitnya mengajak mereka pergi ke dokter gigi. Semua itu bisa diatasi, asalkan tahu kiatnya.

MencegahDatangnyaKariesdanKiatSuksesMembawaAnakkeDokterGigi

Saat ponakan saya beranjak besar dan sudah familiar aneka macam makanan dan camilan – perlahan tapi pasti sebagian giginya berwarna hitam, atau dikenal dengan karies. Sebetulnya keadaan ini bisa dicegah, salah satunya dengan cara menyikat gigi si kecil sebelum tidur. Dan penting untuk menjelaskan kepada mereka sesuai dengan tahapan usianya. Nah, cara yang bisa Anda tempuh di antaranya dengan eggsperimen – supaya si kecil mudah memahami apa yang akan terjadi jika ia malas menyikat gigi.

Ketika tiba saatnya memiliki anak, keluhan karies ini menjadi momok tersendiri bagi saya – begitu pun dengan orangtua saya , wanti-wanti jangan sampai gigi Jordy, anak pertama saya mengalami hal yang sama. Tindakan pertama yang saya lakukan adalah mengenalkan Jordy dengan ritual menyikat gigi. Dan berencana membawanya ke dokter gigi – tapi yaaa...namanya juga anak belum berusia dua tahun ya, tingkat koperatifnya masih sangat rendah – harus ada hal-hal yang diwaspadai. Selain itu tentu saja mencegah daripada mengobati kan, Mommies?

Beberapa waktu lalu saya sempat mengikuti Pesat (Program Edukasi Kesehatan Anak untuk Orangtua) yang diprakarsai oleh Yayasan Orangtua Peduli, di Jakarta. Pada sesi ketiga, para peserta berdiskusi bersama narasumber Drg. Suzanty Ariany Sp. KGA. Beliau memberikan beberapa kiat seputar mencegah munculnya karies:

  • Hindari pemberian ASI, susu, teh manis, jus dalam botol pada saat anak tidur, terutama jika sudah mulai mempunyai gigi. Karena cairan tersebut akan menggenangi gigi anak, apalagi jika anak minumnya dalam waktu lama dan berlangsung sampai pagi. Dan pada saat tidur, aktivitas ludah dan produksi air liur berkurang, sehingga pembersihan alami tidak terjadi, akibatnya sisa susu (laktosa), gula (sukrosa, fruktosa) pada gigi dalam jangka waktu yang panjang oleh bakteri diubah menjadi asam. Nah, asam inilah yang lama kelamaan akan melarutkan email dan terjadil karies – ditandai dengan bercak-bercak berwarna putih.
  • Berikan air putih setiap kali si kecil minum ASI (tidak berlaku jika masih dalam periode pemberian ASI eksklusif), susu lainnya, teh manis, atau jus.
  • Biasakan anak minum dengan cangkir, gelas, mug atau sejenisnya, hal ini bisa dilakukan saat anak sudah bisa duduk dengan posisi sempurna.
  • Bersihkan gigi dan mulut anak sedini mungkin, bisa dilakukan sejak lahir menggunakan kasa yang dililitkan di jari, atau menggunakan sikat khusus.
  • Jika gigi anak mulai tumbuh, sikat gigi anak menggunakan sikat gigi bayi dan pasta gigi yang tidak mengandung fluoride – karena relatif amakn jika tertelan, dan jangan lupa menggunakan air matang ya, Mommies untuk membilas sisa pasta gigi dalam mulutnya.
  • Selain itu, rajin mengontrol gigi 6 bulan sekali ke dokter gigi.
  • Mau tahu kiat sukses membawa si kecil ke dokter gigi, langsung cek di halaman kedua ya, Mommies!

    MencegahDatangnyaKariesdanKiatSuksesMembawaAnakkeDokterGigi

    Terkait dengan poin ke-6 di halaman sebelumnya, ritual ini memang agak tricky jika tidak dibiasakan sedari dini – karena menurut Drg. Suzanty tingkat kooperatif anak di bawah usia 3 tahun masih sangat rendah. Tapi, tenang Mommies, Drg. Suzanty memberikan rahasinya untuk Anda:

  • Pemilihan dokter gigi dan klinik gigi
  • Sebaiknya pilih dokter gigi spesialis anak yang terbiasa menghadapi anak dengan sabar (pentiiiing banget ni, ya Mommies :D). Dan biasanya mereka akan lebih mengerti psikologi anak, dan dapat melakukan pendekatan anak dengan tepat. Selain itu pilih klinik gigi yang memang didesain untuk anak, sehingga anak merasa nyaman selama mereka melakukan perawatan.

  • Persiapan orangtua sebelum ke dokter gigi
  • Berikan gambaran sejelas mungkin sesuai dengan tahapan usianya. Hindari berkata pada anak bahwa nanti ia tidak akan diapa-apakan oleh ibu atau bapak dokter. Hal ini akan mempersulit dokter dalam melakukan perawatan, karena ia merasa dibohongi.

  • Perkenalkan perawatan gigi sedari dini
  • Jangan menunggu gigi anak berlubang, sakit atau goyang, baru Anda pergi ke dokter gigi – kunjungan ke dokter gigi bisa dilakukan saat si kecil sudah memiliki gigi. Lebih baik melakukan kunjungan untuk pencegahan terhadap sesuatu yang mungkin saja terjadi pada gigi dan mulut anak Anda.

  • Memberikan contoh positif kepada anak
  • Bagaimana si kecil mau rajin menggosok gigi kalau kita sebagai orangtua tidak menjadi tauladannya terlebih dahulu? Caranya ajak dia bersama-sama menggosok gigi. Atau bisa juga mengajaknya saat Anda pergi untuk kontrol gigi berkala, namun hindari mengajak anak melihat perawatan yang sifatnya menakutkan – misalnya saat mencabut gigi. Karena akan menimbulkan trauma tersendiri.

  • Sikap orangtua
  • Wajar saja sih, ya sebagai orangtua kita mengalami cemas saat si kecil untuk pertama kalinya ke dokter gigi. Satu hal yang harus diingat menurut Drg. Suzanty adalah jangan ikut berbicara kepada anak jika dokter gigi sedang bicara pada anak, karena bisa menyebabkan komunikasi antara dokter dengan anak tidak berjalan efektif. Salah satu kunci keberhasilan perawatan gigi anak adalah komunikasi dan kepercayaan anak terhadap dokter gigi.

  • Kenali sifat anak
  • Secara garis besar karakterik anak terbagi menjadi tiga, yaitu easy (mudah), slow to warm up (perlu pendekatan bertahap untuk kooperatif), dan difficult (sulit). Otomatis secara pendekatan juga berbeda. Informasikan kepada dokter gigi bagaimana sifat anak Anda, agar membantunya melakukan pendekatan.

    Waaah, waaah pulang dari acara Pesat16 ini, ilmu saya tentang perawatan gigi anak jadi sangat kaya – semoga Mommies juga bisa menambah informasi yang bermanfaat ya.  Terima masih Pesat atas undangannya, semoga kerja sama ini bisa terus berjalan dengan baik.