Survival Guide for Working Mother with Kids Under 5

Parenting & Kids

Mommies Daily・12 Oct 2015

detail-thumb

Ditulis oleh: Nina Samidi

Survival guidefor working mother yang memiliki anak balita sudah pasti sangat dibutuhkan, karena biasanya sehari-hari rasanya seperti naik roller coaster! Bagaimana memperlambat laju roller coaster ini?

IMG_1873

Fia memang pernah menulis kalau nggak ada yang salah dengan menjadi ibu bekerja.  Dan, saya juga setuju dengan anggapan kalau ibu bekerja itu lebih gampang stress dibanding para ayah yang bekerja. Kenapa saya setuju? Karena IMHO, ibu itu lebih memikirkan segalanya dibanding ayah. No wonder, kadar stress-nya pun juga lebih besar.

Nggak mungkin rasanya kita menghindari stress hari gini. Jadi, satu-satunya cara yang bisa saya lakukan adalah mencari cara agar hidup saya bisa lebih mudah dengan status sebagai ibu bekerja sekaligus ibu dari dua orang anak (dan yang satu masih di bawah 5 tahun).  Ini 9 hal yang masih saya lakukan hingga saat ini.

  • Disiplin
  • Kalau saya mulai kewalahan mengurus si krucil ditambah mengurus kllien yang bawel, saya biasanya mengecek ulang, jangan-jangan ini karena saya nggak cukup disiplin. Ini adalah faktor utama untuk membuat semua urusan berjalan lancar. Disiplinlah pada diri sendiri; tidak kebanyakan bergosip di kantor, membuang waktu dengan internet surfing, tidak terlalu banyak berleha-leha di rumah dengan alasan capek.

  • No-more morning roller coaster
  • Pagi hari bagi semua ibu bekerja yang punya anak kecil hampir pasti sama: seperti roller coaster! Nah, agar pagi hari saya nggak terlalu penuh drama, biasanya saya akan menyiapkan seluruh keperluan pagi hari di malam sebelumnya, seperti sarapan untuk seluruh keluarga (iris semua sayuran, lauk, dan siapkan bumbu-bumbunya, masukkan ke kulkas) dan seragam si kecil yang sudah sekolah (baju, sepatu, tas).

    IMG_1872

  • Efektifkan waktu malam hari
  • Saat si kecil (dan suami, mungkin) sudah tidur, ini waktunya bergerilya. Ini adalah waktu bagi saya untuk bekerja di rumah tanpa gangguan siapapun. Ini adalah waktu favorit saya untuk membereskan rumah, kalau sedang tidak capek sekali. Saat tanpa gangguan sama sekali, rumah yang seperti kapal pecah saat pulang kantor, bisa beres dalam tigapuluh menit.

  • Buatlah kalender keluarga
  • Saya memiliki kalender yang  ditulisi jadwal saya, suami dan anak-anak untuk saya tempel di ruang keluarga atau ruang makan. Dengan jadwal yang terpampang jelas, setiap orang aware pada jadwal semua anggota keluarga. Dengan begitu, anak saya yang pertama nggak akan merengek agar saya pulang cepat kalau memang dia sudah lihat jadwal saya hari itu pulang telat.

    Lihat lima survival guides saya berikutnya

  • Stok makanan
  • Saya termasuk ibu bekerja yang suka sekali membeli stok makanan sebanyak-banyaknya sepulang kantor. Dan syukurlah, ini sangat membantu saya. Kalau saya misalnya, saya pesan nugget handmade tanpa pengawet dan MSG dari teman, memenuhi kulkas dengan sayuran organik (sayuran organik lebih cepat/mudah dicuci!), dan melengkapi dapur dengan resep-resep tumisan yang memerlukan waktu memasak pendek, serta berbagai macam roti dan biskuit sebagai persediaan untuk menjawab “Ibu, aku lapar!” saat meja makan kosong.

    Healthyfood

  • Libatkan kantor
  • Bukan untuk membuat Anda tampak tidak profesional, tapi Anda harus jujur mengenai keadaan di rumah. Minimal, HRD dan atasan Anda harus tahu bahwa saat ini Anda punya dua anak yang masih kecil-kecil, misalnya, sehingga masih membutuhkan perhatian penuh. Dengan begitu, ada pengertian dari pihak kantor untuk menyesuaikan load pekerjaan dengan kemampuan Anda.

  • Ekstra alat komunikasi
  • Teman saya mempunyai sebuah CCTV online yang disambungkan ke internet, yang membuat dia bisa berkomunikasi langsung dengan anak-anaknya di rumah sambil melihat gambar mereka melalui layar CCTV. Kalau saya, saya paling suka meninggalkan pesan di dinding kamar mandi atau papan tulis di ruang keluarga. Meski hanya berbunyi, “Kakak Jingga, jangan lupa nanti sore keramas,” dia selalu senang menemukan pesan dari ibunya di rumah saat dia pulang sekolah. Nah, Anda boleh pakai cara sesuka Anda. Kuncinya, perbanyak komunikasi.

  • Golden time
  • Anak-anak suka diberi waktu ekstra untuk bermain. Saya memanfaatkan ini jika saya dalam keadaan terdesak. Misalnya waktu makan malam sudah tiba tapi saya kewalahan menghadapi anak-anak yang selalu ‘caper’ kalau ibunya ada di rumah. Maka saya beri mereka “waktu ekstra sesukanya”. Di waktu ini, mereka boleh melakukan apapun, seperti menonton TV dan main games yang biasanya sangat saya batasi.

  • Lepaskan rasa bersalah
  • Oke, ini yang terakhir dan harus Anda terapkan. Tanamkan dalam pikiran Anda bahwa apapun yang terjadi, Anda sudah berusaha yang terbaik. Kalau ada hal buruk terjadi, itu bukan karena Anda adalah ibu yang bekerja meninggalkan anak-anak. Seorang fulltime mother pun bisa membuat kesalahan. Jadi, tanamkan dalam pikiran Anda bahwa tidak ada yang sempurna. Apapun bisa terjadi, yang penting Anda sudah berusaha memberikan yang terbaik. Stay calm, and be a damn good mother (and employee), still.