Sorry, we couldn't find any article matching ''
Harus Tahu: 9 Fakta Imunisasi Pada Anak
Ditulis oleh: Kurnia Midiasih
Seorang teman sempat mengeluhkan tentang vaksin Cacar yang sudah beberapa bulan ini sulit didapat. Ketakutan teman saya saat ini adalah, apa yang terjadi kalau jadwal imunisasi anaknya terlewat.
*Gambar dari sini
Ternyata, banyak sekali pertanyaan seputar imunisasi yang masih membingungkan di antara mommies. Padahal Imunisasi bisa dikatakan sebagai invetasi kesehatan untuk anak dan merupakan salah satu persiapan penting untuk anak masuk sekolah. Kali ini saya mengumpulkannya dan menyampaikannya ke Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi, Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang yang juga Sekretaris Satgas Imunisasi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Ini dia jawabannya.
Kalau anak pilek atau batuk, apakah masih boleh diimunisasi atau sebaiknya tunggu sehat betul?
Saat batuk, pilek, atau diare boleh memberikan imunisasi karena tidak membahayakan atau mengurangi efektivitas, asalkan tidak demam dan tidak rewel.
Kalau terlewat jadwal imunisasi yang sudah ditentukan, kapan batas maksimal untuk menyusulkan imunisasi?
Boleh melakukan imunisasi terhadap anak meski jadwal terlewat. Karena jika belum diimunisasi, maka belum punya kekebalan. Kalau tertular penyakit tersebut akan sakit berat, lebih lama, bisa cacat dan meninggal. Lengkapi imunisasi yang terlewat sesegera mungkin, hubungi dokter anak Anda untuk informasi selengkapnya.
Benarkah ada kaitan antara imunisasi dengan autis?
Mungkin yang dimaksud adalah imunisasi MMR yang sempat dikabarkan dapat menyebabkan autisme oleh hasil penelitian Dr. Wakefield. Penelitiannya tidak valid. Dr. Wakefield bukan ahli vaksin, melainkan dokter spesialis bedah. Penelitiannya (1998) hanya berdasarkan sampel 18 anak. Sedangkan lebih dari 26 penelitian lain pada 1000 lebih anak yang dilakukan oleh berbagai ahli menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan MMR dan autism dan telah dipublikasikan oleh AAP (American Academic of Pediatric). Setelah diaudit oleh tim ahli penelitian di Inggris, terbukti bahwa metode penelitian Wakefield tidak sahih, sehingga kesimpulannya tidak benar. Hal ini telah diumumkan di majalah resmi kedokteran Inggris British Medical Journal, Februari 2011.
Apakah ada jaminan kalau sudah diimunisasi lalu tidak terkena penyakitnya? Pada beberapa penyakit anak, saya pernah konsultasi bahwa ternyata virus terus bermutasi atau Apakah itu benar?
Imunisasi adalah pencegahan spesifik terhadap penyakit menular. Perlindungan vaksin memang tidak 100%. Bayi dan balita yang telah diimunisasi masih bisa tertular penyakit tersebut, tetapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. Sedangkan bayi balita yang belum diimunisasi lengkap bila tertular penyakit tersebut bisa sakit berat, cacat, atau meninggal.
Kalau imunisasi tidak lengkap, apakah akan ada dampaknya kelak anak dewasa?
Anak akan rawan tertular penyakit berbahaya. Banyak penelitian imunologi dan epidemiologi di berbagai negara membuktikan bahwa bayi balita yang tidak diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan spesifik yang memadai terhadap penyakit-penyakit menular berbahaya. Mereka mudah tertular penyakit tersebut, akan menderita sakit berat, menularkan ke anak-anak lain, menyebar luas, terjadi wabah, menyebabkan banyak kematian dan cacat. Sangat disarankan memberikan imunisasi lengkap kepada anak.
Kalau imunisasi dasar semua lengkap tapi tidak diulang, apakah ada dampaknya? Imunisasi MMR dan lain-lain yang disebut tidak wajib itu kalau tidak diambil bagaimana dampaknya?
Seluruh imunisai yang dijadwalkan diulang harus diulang, karena beberapa imunisasi di masa bayi kekebalannya berkurang pada usia sekolah dan remaja. Maka kekebalannya perlu ditingkatkan lagi dengan imunisasi ulang (booster, penguat) di sekolah dan remaja, antara lain: Campak, DT, Td, Influenza, Tifoid.
Vaksin MMR diberikan untuk untuk mencegah tiga penyakit berbahaya: Mumps (gondongan, bila menyerang buah zakar bisa mandul), Morbili (campak, bisa disertai radang paru, diare), dan Rubella (campak Jerman, bila menular ke ibu hamil bisa keguguran atau cacat janin). Anak yang tidak divaksin MMR berisiko tertular ketiga penyakit berbahaya tersebut.
Yang saya tahu, kelengkapan imunisasi di Indonesia beda dengan di luar negeri, salah satunya MMR. Di Indonesia hanya 1x, tapi di luar negeri harus 2x, atau apakah sekarang sudah diwajibkan 2x juga?
Vaksin MMR harus diberikan dua kali, yaitu pada usia 15 bulan dan 5 – 6 tahun.
Apakah imunisasi IPD (Invasive Pneumococcal Disease) memang perlu? Sekitar 3 – 4 tahun yang lalu biayanya mahal sekitar Rp750.000, sehingga dokter tidak mewajibkan imunisasi itu. Apakah skrg sudah diwajibkan, dan apa efeknya bila anak tidak bisa mendapatkan imunisasi tersebut?
Harga imunisasi IPD yang tergolong mahal memang masih menjadi kendala saat ini. Padahal, imunisasi IPD sangat penting mengingat imunisasi ini untuk mencegah meningitis, yaitu penyakit yang sangat fatal. Jika sudah kena meningitis, separuh kemungkinannya meninggal. Jika sembuh, meninggalkan cacat, kelumpuhan, tuli, kurang kemampuan belajar, mental terbelakang, dan epilepsi. Meningitis yang disebabkan virus umumnya tidak berbahaya dan bisa pulih. Namun meningitis yang disebabkan bakteri dapat mengakibatkan 50% kematian. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sudah merekomendasikan vaksin Pneumokokus Konjugasi (PCV 7) sejak 2006 untuk mencegah IPD.
Setiap rumah sakit, harga imunisasi berbeda walaupun jenis imunisasi yang diberikan sama. Apakah yang membedakan harga tersebut? Apakah beda harga, beda juga dosis yang diberikan?
Selain vaksin yang disediakan pemerintah, bila orangtua mampu, terdapat vaksin impor yang telah mendapat ijin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), yang biasanya harganya lebih mahal. Vaksin impor juga digunakan di seluruh dunia, dan mendapat pengawasan oleh tim ahli masing-masing negara dan oleh WHO, sehingga terbukti bermanfaat dan aman. Silakan orangtua memilih vaksin untuk anaknya, bisa yang lokal atau impor.
Nah, untuk mommies yang sempat bingung tentang vaksin, sekarang nggak bingung lagi kan!
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS