Deg Ser, Anakku Menghilang!

Parenting & Kids

Yulia Indriati・17 Oct 2014

detail-thumb

Boy-walking-alone-636*Gambar dari sini

Akhirnya mengalami juga yang namanya perut mules, tangan dingin, darah berdesir, jantung berpacu kencang, muka tegang karena anak nggak kelihatan mata pas lagi main di sebuah waterpark cukup besar di Jakarta Barat.

Saya dan suami sama-sama mengira, Hanami (6 tahun) barengan dengan salah satu dari kami.

Saya pun berkeliling, sementara suami menunggu di gazebo tempat kami meletakkan barang-barang. Saya lihat ke kolam anak, kolam arus, dan kolam lainnya yang agak jauh, Hanami nggak kelihatan.

Lalu, kami bergantian, suami ke tempat loket, sekitar toilet dan ke bagian keamanan.

30 menit dan kami tidak menemukan Hanami.

Saya kemudian mengingat-ingat, saya sudah bilang apa saja ke Hanami. Sejak perjalanan menuju ke waterpark ini, di jalan Hanami sudah kami "brief" kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kalau kita berada di tempat yang besar seperti ini, karena kami sebenarnya tahu bahwa ngilang ini mungkin banget terjadi karena di tempat seperti ini untuk Hanami yang sudah besar, dia sudah bisa main perosotan atau naik-naik ke permainan anak tanpa ditemani. Plus gerakannya cepat sekali. Meleng sebentar hilang lah dia.

Sesampainya di waterpark ini, saya dan Nami juga sempat duduk sebentar untuk sama-sama check list lagi: nomor gazebo, lokasi security, kalau tersesat gimana, dan kalau mau telepon ayah ibu caranya gimana (kebetulan Hanami hafal nomor telepon kami berdua, tapi dia hafalnya lokasi pencetannya bukan nomernya, karena kalau di rumah dan kami di kantor, dia sering telpon kami).

Walau sudah siap dengan semua brief, pas kejadian tetap aja saya mules. Walau di belakang kepala saya, feeling saya, saya percaya Hanami cuma main aja dan akan kembali.

Selanjutnya: Ke mana Hanami?

Slide1(1)

Menjelang lewat dari 30 menit, saya lihat dari kejauhan warna baju renang Hanami, saya tegaskan lagi untuk memastikan dengan berlari menghampiri. Oiya benar ini dia.

Rasanya pengen peluk kenceng banget tapi saya menahan diri untuk nggak drama di luar tapi drama dalam hati aja. Hahaha. Rasanya legaaaa banget.

"Ke mana aja, Kak? Aku nyariin deg-degan banget."

"Lah aku kan di kolam arus-arus situ, aku balik kok."

Saya rasanya antara jengkel ke diri sendiri, merasa konyol karena tadi melepaskan dia, tapi juga sekaligus lega karena ternyata brief-brief itu lumayan berguna karena dia berlari ke arah gazebo kami, dan aman-aman saja.

Kami langsung hubungi security bahwa Hanami sudah ketemu.

Saya kemudian review lagi keputusan-keputusan saya dalam melepas Hanami. Saya mungkin agak loose atau terlalu ke-pede-an juga, misalnya: kalau ke toilet di mal, saya tunggu di depan toilet saja karena Hanami sudah bisa sendiri. Kalau ke supermarket kecil yang dekat rumah, saya tidak ikut turun kalau Hanami jajan beli es krim, saya kasih uangnya saja, saya tunggu di mobil.

Saya ingat dulu waktu saya kecil, pas TK B saya sudah berangkat dan pulang sendiri, TK saya di dalam komplek rumah dan ditempuh dengan jalan kaki walau nggak dekat juga sebenarnya, tapi ibu saya jarang sekali mengantar, karena beliau sibuk dengan kerjaan rumah tangga.

Waktu SD kelas 1 (seusia Hanami sekarang) saya sudah main sepeda sendirian ke komplek sebelah bareng teman-teman sebaya lainnya.

Memang, sih, kondisi sekarang dan dulu beda banget, tapi somehow, deep down inside saya pengen Hanami bisa mandiri dan percaya diri untuk main sendiri juga. Hehe.

Anyway, menarik nih tulisan psikolog Ibu Tari Sandjojo dari Rumah Main Cikal, tentang usia berapa kah anak-anak bisa pergi sendirian ke  tempat umum? Dan apa saja yang menjadi pertimbangan, bisa dilihat di sini http://bit.ly/keMalsendiri

Oiya, ini jadi quote favorit saya, dikutip dari tips Ibu Tari tadi: Orangtua harus tahu kapan melarang, kapan melepas, kapan mendampingi, dan kapan percaya saja. Tidak mudah, tapi bisa didiskusikan dengan anak.

Bagaimana dengan mommies, ada yang punya pengalaman serupa? Punya trik-trik khusus untuk mengakali agar anak tetap aman di tempat umum?

Yulia Indriati adalah content manager di 24hourparenting.com. 24hourparenting.com adalah adalah situs parenting yang memuat how-to-parenting, singkat dan to the point, juga membahas tentang menjadi orangtua, dan ide kegiatan ortu-anak. Dilengkapi visual yang semoga asik. Diasuh oleh psikolog dan orangtua.