banner-detik
HEALTH & NUTRITION

Kenapa Makanan Bayi Nggak Boleh Pakai Garam?

author

adiesty16 Sep 2014

Kenapa Makanan Bayi Nggak Boleh Pakai Garam?

salt

Bolehkah makanan untuk bayi atau anak-anak menggunakan garam? Ternyata persoalan penggunaan garam sebagai penambah rasa pada makanan bayi ataupun anak balita masih sering kali dipertanyakan, ya. Paling nggak kondisi ini masih sering saya temui di lingkungan terdekat.

Belum lama ini saja, sepupu saya yang baru mulai memberikan MPASI untuk anaknya sempat tanya, “Kak, bubur MPASI itu boleh di kasih garam nggak, sih? Memangnya,  garam boleh mulai dikenalin sejak anak usia berapa bulan, ya?"

Ngomongin soal garam seperti ini, saya jadi ingat pernah wawancara dengan ahli gizi, Juniarta alidjaja, DCN, ahli gizi klinik, Perisai Husada, Bandung. Lewat beliau saya mendapatkan banyak informasi akan kebutuhan garam, khususnya untuk anak-anak.

Garam dapur nama kimia NaCl merupakan salah satu sumber Natrium (Na) yang memang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dengan demikian, sudah dapat dipastikan kalau manusia membutuhkan garam. ”Bayi dan anak memerlukan Na untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh dan sangat penting agar syaraf bisa bekerja dengan baik. Tapi di sini kita harus membedakan antara kebutuhan Na dengan garam dapur yang kita masukan dalam makanan sehari-hari mereka,” paparnya.

Lebih lanjut, ahli gizi yang lebih sering disapa Tata ini mengungkapkan bahwa bayi yang baru lahir (0 – 6 bln) memerlukan Na alamiah  yang sudah terdapat dalam ASI. Kandungan Na alamiah ini tidak memperberat fungsi ginjal, karena organ ginjal bayi belum berfungsi secara sempurna. Di dalam susu formula pun sebenarnya sudah mengandung Na yang dibutuhkan bayi, meskipun kandungan Na susu formula sudah menyesuaikan kandungan dalam ASI, namun Juniarta Alidjaja DCN, menegaskan kalau Na yang terbaik dan mudah diserap bayi adalah Na pada ASI.

Di dalam berbagai artikel kesehatan yang sudah saya baca juga menyebutkan kalau kadar garam yang diberikan pada bayi berlebihan akan menambah beban kerja ginjalnya. Sementara, fungsi ginjal bayi sebenarnya belum cukup matang untuk menyisihkan kelebihan mineral dalam garam dapur.

“Energi yang dibutuhkan bayi pada umur 0 hingga 6 bulan sekitar 550 Kkal, sedangkan kebutuhan Na pada bayi 0 – 6 bulan antara 50 – 60 mg tetapi sudah terpenuhi dari ASI,” tandasnya.

Seiring bertambahnya usia, maka sudah dapat dipastikan kalau kebutuhan garam sebagai sumber natrium pun semakin meningkat. Misalnya kebutuhan kebutuhan Na pada bayi 6 bulan hingga 1 tahun yang meningkat sekitar 200 mg. Hal ini dikarenakan seorang bayi mulai banyak bergerak dan cairan yang masuk mulai meningkat.

“Pada tahap ini sumber Na lebih dianjurkan dari makanan yang alamiah yang sudah mulai kita berikan, jadi tidak perlu menambahkan garam dapur karena seorang bayi 0 – 12 bulan indera perasa asinnya pun belum berfungsi,” tandas Juniarta Alidjaja.

Lalu, kapan bayi boleh dikenalkan dengan makanan dengan citarasa yang lebih kuat? Lihat di halaman selanjutnya!

freeze-baby-food2*Gambar dari sini

Menurut Juniarta, ketika bayi berumur satu tahun, sudah bisa beradaptasi dengan cita rasa makanan etnis dan berbagai macam rempah-rempah. Dengan demikian, saat anak berusia satu tahun merupakan waktu yang paling tepat untuk memperkenalkan beberapa citarasa, salah satunya rasa asin. Tapi tentunya dalam batasan yang pas, nggak boleh berlebihan.

Garam dapur sudah mulai sedikit dimasukan dalam masakan, karena kebutuhan Na anak 1 – 3 tahun mulai dari 225 mg – 300 mg. Selain mineral Na, anak balita juga memerlukan Iodine atau Yodium yang berperan penting agar kelenjar thyroid berfungsi dengan baik dan penting untuk reproduksi normal.

“Kekurangan yodium dapat menyebabkan gondok, akibat pembesaran kelenjar Tyroid, kretinisme pada anak sehingga pertumbuhan fisik anak terganggu atau kerdil, serta berdampak pada gangguan mental dan kecerdasan anak tersebut,” jelasnya lagi. Sumber yodium yang dimaksud dapat berasal dari seafood, ikan laut, garam yang mengandung yodium, produk olahan susu dan roti.

Saat ini, di pasaran telah banyak ditemukan makanan bayi komersial yang kadar natriumnya cukup tinggi dan yang dibutuhkan bayi karena biasanya garam ditambahkan untuk membuat rasa lezat dan bersifat sebagai pengawet. Hal ini juga akan mempengaruhi terbentuknya kebiasaan makan bayi terhadap rasa asin yang berkelebihan dan bisa ‘mengundang’ penyakit di usia dewasa. Jadi nggak heran, ya, kalau sumber Na yang terbaik untuk bayi usia 6 – 12 bulan didapatkan dari makanan alamiah seperti daging, susu, sayur mayor, biji-bijian atau sereal.

“Yang terbaik tentu makanan buatan tangan Ibunya sendiri, tetapi jika karena kesibukan, kita bisa menggunakan makanan komersial tetapi pilih yang kadar Na rendah dan tetap seimbang dengan sumber Na yang alamiah.”

Juniarta Alidjaja melanjutkan, saat ini, berkaitan dengan garam dapur selain mengandung yodium biasanya juga ditambahkan vitamin A dan zat besi, yang sebenarnya berfungsi mengurangi masalah kekurangan gizi. “Secara umum yang masih terjadi di Indonesia yaitu anemia dan gangguan penglihatan pada anak-anak. Selain untuk penglihatan vitamin A penting untuk pertumbuhan, menjaga tulang tetap kuat, fungsi kekebalan pada anak. Sumber vitamin A seperti susu, produk susu, kuning telur, dan buah-buahan berwarna kuning atau orange dan sayuran hijau yang berdaun gelap,” ungkapnya.

Yang jelas, ,Juniarta berpesan, supaya anak-anak kita bisa tumbuh berkembang secara optimal, jalan yang terbaik adalah memulainya dengan memberikan makanan yang sealamiah mungkin dengan pola makan empat sehat sempurna, sehingga kebutuhan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin mineral serta cairan dapat terpenuhi dengan baik.

Tidak hanya itu saja, juga menyarankan agar kita, para Ibu mengurangi atau menghindari makanan dengan sumber Na yang tinggi untuk anak-anak. Biasanya makanan yang diawetkan, minuman soft drinks, serta makanan dengan cita rasa yang terlalu tinggi mengandung garam dan MSG yang terbilang tinggi.

Wah, saya sih setuju banget dengan pesannya ini dan saya yakin semua Mommies juga punya pandangan yang sama. Sebagai orangtua, kita tentu berharap bisa mencetak generasi yang sehat.

PAGES:

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan