Supaya Tidak Sekedar Kata Maaf..

Parenting & Kids

cahyu03・28 Aug 2014

detail-thumb

sorry_620“Mama nggak suka ah kalau kamu suka mukul-mukul adik kamu kayak gitu, ayo minta maaf”. Pada umumnya setelah diperintahkan seperti itu, sang anak akan menunduk lalu bilang “Iya, maaf ya dik” dengan suara pelan sekali atau mengatakan “Iya, maaf” dengan cepat sekali. Kemudian mereka akan lanjut bermain lagi seolah tidak ada apa-apa dan keesokan harinya mereka kemungkinan akan melakukan hal yang sama lagi.

Anak-anak memang sering kali meminta maaf hanya sekedar untuk menuruti perintah orangtuanya agar tidak dimarahi dan agar masalah cepat selesai sehingga mereka dapat kembali bermain-main. Gimana ya caranya membuat anak kecil dapat benar-benar menyadari dan memahami kesalahan mereka serta mereka ingin meminta maaf karena kesadaran sendiri akibat merasa menyesal atas perbuatan mereka dan ingin bertanggungjawab atas perbuatannya?

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk mengajarkan anaknya bagaimana cara meminta maaf yang benar berdasarkan tingkat perkembangan umurnya.

Untuk usia balita. Menurut Sherry Siman Maliken, edukator di Parent Encouragement Program, anak prasekolah masih berada di tahap egosentris, sehingga mereka belum dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah sehingga orangtua biasanya harus memberi tahu kapan mereka harus meminta maaf.

Untuk anak usia 2 tahun ke bawah, ajari mereka mengenai peraturan yang ada dan menegakkan peraturan tersebut. Dengan mempelajari peraturan tersebut, akan semakin sedikit kesalahan yang dilakukan oleh anak, dan anak juga tidak perlu dibujuk-bujuk untuk minta maaf. Sedangkan untuk anak usia 3-5 tahun, mereka sudah perlu mengetahui kenapa mereka harus minta maaf. Menurut Sal Severe, PhD., pengarang buku, How to Behave So Your Preschooler Will, Too!, jelaskan kepada anak mengapa mereka harus minta maaf dengan cara yang sederhana, misal “Kita minta maaf ketika kita melakukan sesuatu yang menyakiti atau mengganggu orang lain.” Karena anak kecil belum dapat memandang dari sudut pandang orang lain, ajarkan mereka empati dengan cara menjelaskan bagaimana kira-kira perasaan yang dialami orang lain, misal “Gya lagi menangis, kira-kira apa yang dia rasakan? Bagaimana perasaanmu kalau mainanmu direbut?”

Namun, jangan terlalu fokus dengan mengajarkan mengucapkan maaf hingga lupa untuk mengatasi sikap anak yang kurang baik. Menurut Sherry Siman Maliken, permintaan maaf tidak akan berarti apabila tingkah lakunya tidak berubah. Terus beritahu mengenai peraturan yang ada serta konsekuensi yang akan mereka dapat dari perbuatannya.

Bagaimana dengan anak yang lebih besar? Klik ke halaman selanjutnya!

Saat anak berusia 6 tahun, mereka sudah dapat lebih memahami mana yang benar dan salah, juga mulai memahami bagaimana perasaan orang lain. Anak yang sudah lebih besar semakin sering melakukan kesalahan, tetapi mereka juga memili banyak cara untuk memperbaiki kesalahan mereka. Selain itu, bagi mereka hubungan dengan teman sebaya juga semakin penting, sehingga mereka semakin ingin menyelesaikan perpecahan (jika terjadi). Walaupun begitu, mereka juga semakin mahir dalam menutupi kesalahan dan tingkah laku mereka yang kurang baik. Orangtua harus bersikap tenang dan positif ketika anak sedang mengakui perbuatannya, sikap tersebut akan mendorong anak untuk jujur.

3269ba8130788889_178631379.xxxlarge_2x

Ada beberapa kiat dari Robin McClure, pengarang banyak buku parenting:

  • Gunakan perilaku yang buruk sebagai kesempatan untuk mengajarkan anak. Para ahli berpendapat bahwa membuat anak memikirkan mengenai kesalahan apa yang telah mereka lakukan, mengapa hal tersebut salah, dan dampak dari perilaku tersebut terhadap anak lain adalah cara yang paling tepat untuk mengajarkan anak. Setelah memberikan anak kesempatan untuk berpikir, tanya mereka apa yang dapat ia lakukan untuk membuat kesalahan tersebut menjadi benar kembali.
  • Katakan bahwa perbuatan mereka salah. Apabila orangtua tidak memberitahu anak bahwa perbuatan mereka salah, maka mereka berperilaku tidak adil dan justru membuat anak berpikir bahwa perbuatannya tersebut tidak menjadi masalah dan tidak memiliki konsekuensi.
  • Sering bahas mengenai perasaan. Anak usia prasekolah sudah mulai belajar tentang empati dan biasanya memiliki perasaan yang kuat. Apabila anak mengetahui bahwa perbuatannya dapat menyakiti perasaan anak lain, dampaknya akan lebih besar ketimbang mereka sekedar mengetahui bahwa mereka membuat masalah. Oleh karena itu, orangtua harus membantu anak untuk memahami bahwa perbuatannya menyakiti anak lain dan selanjutnya buat anak menerima tanggungjawab atas perbuatannya.
  • Jalin kerjasama dengan pihak sekolah dalam mengajarkan alasan pentingnya meminta maaf. Disiplin dan diskusi yang konsisten membuat anak dapat memahami dengan lebih baik mengenai adanya peraturan dan adanya konsekuensi ketika peraturan tersebut dilanggar.
  • Pada saat yang sama, tunjukkan kasih sayang kepada anak. Jangan sampai anak merasa tidak disayang ketika mereka melakukan kesalahan
  • Silahkan dipraktikkan, ya, Mommies langkah-langkahnya, semoga bermanfaat! :D