Sorry, we couldn't find any article matching ''
Minta Peluk, Kok, Dibilang Bau Tangan?
Saya heran, di jaman informasi sudah tersebar, buku parenting dan kesehatan anak diborong habis demi menjadi orangtua terbaik, kok, ya masih ada saja yang bilang,"Bayi jangan banyak digendong nanti bau tangan!". Bau tangan itu apa, sih? Keterusan, maksudnya? Tuman kalau orang Jawa bilang. Nggak mau dilepas atau belajar jalan pada saatnya nanti karena maunya digendong terus? Kata siapa?
Dulu ibu saya memang pernah menyebut-nyebut soal bau tangan ini. Banyak yang bilang begitu, katanya. Tapi beliau sendiri nggak percaya dan nggak menerapkan. Jadi kapanpun perlu dan memang nggak sedang sibuk, ya, anak akan digendong. Bahkan menidurkan bayi, pun, (termasuk Darris dan Dellynn saat bayi) beliau lakukan dengan gendongan batik. Satu hal yang saya nggak sanggup lakukan karena saya nggak pernah bisa nyaman dengan gendongan batik.
*gambar dari sini
Saya Mama tahun 2000-an, zaman gendongan kanguru. Keempat anak saya menghabiskan masa bayinya di luar rumah di dalam gendongan, bukan stroller. Stroller baru saya pakai saat Devan lahir, untuk kakak-kakaknya. Pun saat Dendra bayi, pengguna stroller adalah Devan dan kadang masih Dellynn.
Saat bayi saya menangis atau gelisah, yang saya lakukan adalah menggendongnya lalu menawari menyusu. Saat tidak mau ditinggal, saya akan berusaha menggendongnya sampai tenang, atau kalau sudah pegal saya akan manteng di kasur menemaninya. Membuang waktu? Iya. Tapi saat-saat seperti ini, toh, nggak setiap hari. Biasanya selang beberapa waktu kemudian akan ketahuan, sih, kenapa ekstra rewel. Kalau nggak sedang nggak enak badan, tumbuh gigi, atau ya sekedar bad mood.
Lama-lama saya ngeh, mungkin untuk para bayi, gendong sama dengan pelukan. They soothe. Walau badan masih terasa nggak enak, tapi perasaan lebih tenang dan nyaman, kan?
Pernah nggak ibu yang bekerja pulangnya bad mood, situasi kantor sedang jelek, kerjaan rasanya nggak beres? Atau yang ibu rumah tangga mungkin sedang mengalami bad day, pembantu tiba-tiba nggak masuk atau pulang kampung nggak jelas kapan balik, atau anak hari ini 'salah sesajen' jadi rewel, bikin ulah, lebih merepotkan dari biasanya. What if you then offered a hug? Don't you feel better?
Masalah memang nggak selesai, tapi setidaknya uring-uringan berkurang. Demikian pula bayi dalam gendongan. Lagipula bukankah skin to skin theraphy direkomendasikan untuk bayi dan anak yang sedang sakit, terutama demam? Bukannya itu salah satu bentuk 'gendong' juga?
Satu lagi yang membuat saya mengabaikan 'bau tangan' adalah: anak nggak selamanya mau digendong. Saat sudah bisa berjalan, dia justru akan berontak kalau kita gendong karena ingin eksplorasi dengan bebas. Lalu kita yang akan galau karena tiba-tiba anak sudah bukan bayi lagi, nggak mau digendong, dan berat! :D Dan entah, dari yang saya lihat justru anak-anak yang di masa bayinya puas digendong, kelak mereka malah lebih nggak 'gendongan' dibanding yang sedikit digendong.
Jadi, saya akan terus menggendong batita saya sampai saya nggak sanggup lagi karena timbangannya sudah berat. Kadang bahkan saya masih merayu Devan (hampir 5 tahun) yang sudah mendekati 18kg dengan menggendongnya ke kamar mandi saat susah bangun pagi.
Kapan lagi coba? :)
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS