banner-detik
PARENTING & KIDS

Phone for Kids: Yay or Nay?

author

kirana2123 Oct 2013

Phone for Kids: Yay or Nay?

Tadinya saya vote Nay.

Untuk apa? Toh di sekolah bisa pinjam telepon Bu Guru atau telepon sekolah untuk mengabarkan semisal anak pulang cepat atau sakit. Sekolah Darris-Dellynn pun punya kebijakan bahwa murid tidak diperbolehkan membawa ponsel ke sekolah. Mau telepon teman untuk urusan sekolah juga sudah ada telepon rumah atau bisa pinjam telepon Mama atau Ayah. Apalagi dengan status 'pinjam' anak jadi terbatasi nggak bisa ngobrol lama-lama yang berpotensi boros pulsa.

*gambar dari sini

Tapi begitu anak mulai masuk usia peer-grouping, mulai janjian nobar (nonton bareng), main ke rumah teman, atau bahkan menginap dan pajama partying, nggak membekali ponsel, kok, malah jadi merepotkan, ya, rasanya. Selesai main atau acara, anak jadi harus cari pinjaman ponsel atau telepon buat minta dijemput. Kita mau cek si anak sudah selesai acara main atau belum juga susah. Telepon ke rumah teman, kadang si anak ikut diajak pergi sama keluarga si teman, atau entah bagaimana, telepon rumah jaman sekarang jarang diangkat, ya? Telepon ke orangtua si teman, kok, takut mengganggu. Pengalaman saya, malah lebih efektif menelepon ke ponsel mbak-nya si teman :D.

Jauh sebelum membelikan ponsel, saya sudah mulai mendiskusikan soal 'punya hape', pernah juga sampai bikin thread mengenai phone for kids. Poin-poin di antaranya:

  • Anak harus tahu terlebih dahulu sistem pulsa, terutama pra-bayar. Bahwa ponsel baru bisa dipakai, baik untuk menelpon, sms, chatting, atau browsing, hanya kalau ada pulsanya, dan pulsa dibeli dengan uang.
  • Saya tidak akan membelikan ponsel mahal hanya untuk bisa foto bagus, game hits, atau karena ponsel merek tersebut terkenal. Iya, jangan salah, anak sekarang sudah tahu mana merek ponsel terkenal dan mana bukan *nyengir kecut*. Alasan utama saya tentunya soal keamanan. Kedua, anak biasanya belum mengerti nilai barang. Walau katakanlah ponsel mahal dibeli dari uang tabungan atau uang hasil kerja dia di rumah atau penugasan lain, pemahaman anak akan nilai barang tetap akan berbeda dengan kita. Jadi ketimbang miris ponsel mahal ditaruh sembarangan rawan hilang atau jatuh dan rusak, mending yang murah sekalian.
  • Saya akan menekankan, ponsel yang boleh dibawa anak adalah pinjaman. Itu punya Mama atau Ayah. Dengan status pinjaman, otomatis anak harus (dan biasanya akan) lebih bertanggungjawab. Harus bisa menjaga dengan baik. Nggak boleh disimpan sembarangan apalagi hilang(!), jangan sampai rusak, nggak boleh boros pulsa, tidak meng-install aplikasi tanpa seijin orangtua, dan termasuk juga tidak berkomunikasi dengan orang tidak dikenal melalui aplikasi chatting atau media sosial.
  • Ponsel hilang dan boros pulsa akan ada konsekuensinya sendiri.
  • Karena statusnya ponsel pinjaman, orangtua punya hak untuk menarik kembali pinjaman ponsel dan memeriksa ponsel beserta isinya sewaktu-waktu.
  • Saya sendiri masih menimbang ponsel seperti apa yang akan saya beli untuk dipakai saat anak perlu. Di satu sisi, ponsel simpel yang sekedar untuk menelepon dan sms harusnya sudah cukup, ya. Tapi yang bisa menjalankan aplikasi chatting seperti Whatsapp juga bisa menghemat ongkos sms dan telepon. Pastinya untuk ponsel yang bisa menjalankan berbagai aplikasi, kita harus lebih waspada karena ponsel dengan fasilitas tersebut biasanya juga memungkinkan anak bisa browsing macam-macam. Ada bagusnya juga kalau orang tua bisa memasang aplikasi pengaman anak yang bisa mengunci aplikasi tertentu saat ponsel diakses anak.

    Untuk anak yang masih SD, sih, saya lebih cenderung memilih ponsel telepon-sms. Kalau memang perlu browsing atau yang lain-lain bisa pinjam ponsel Mama atau Ayah, atau sekalian gunakan komputer saja. Kalau anak SMP, siap-siap tuntutannya sudah setara dengan anak SMA. Harus yang bisa foto, media sosial, chatting dan browsing. Dan bisa jadi mereka sudah rela menabung berbulan-bulan untuk mendapatkan ponsel sesuai kriteria mereka sendiri.

    Mommies membelikan ponsel seperti apa untuk anak? Apapun itu, jangan lalai mengawasi, ya. Pastikan anak tidak berkomunikasi dengan orang asing dan untuk ponsel dengan fasilitas lengkap, sisihkan waktu untuk mengecek aplikasi dan browser ponsel secara berkala.

     

    Share Article

    author

    kirana21

    FD/MD resident


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan