
Dibintangi Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon, film Dopamin menyampaikan pesan mendalam tentang hubungan, kepercayaan, dan bertahan di tengah ujian.
Apa yang akan Mommies dan Daddies lakukan saat menemukan koper berisi uang miliaran? Menggunakannya untuk membayar utang dan berbelanja kebutuhan? Meskipun bahaya dan teror mengancam di balik bayangan?
Mommies dan Daddies mungkin pernah membayangkan skenario hidup yang tidak biasa dan apa yang akan dilakukan bila itu terjadi. Apakah akan terus bersama-sama atau tidak? Nah, film Dopamin hadir dengan pasangan suami-istri muda yang persis mengalami itu: mencoba bertahan di dunia yang semakin gila.

Film Dopamin merupakan hasil karya rumah produksi kolaborasi Starvision dengan Karuna Pictures, disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja, dan diproduseri oleh Chand Parwez Servia.
Cerita film Dopamin mengisahkan tentang sepasang suami-istri muda, Malik (Angga Yunanda) dan Alya (Shenina Cinnamon), yang derajat hidupnya berubah drastis sejak tamu yang menginap di rumah mereka tewas dan meninggalkan koper berisi duit miliaran rupiah. Bagaimana moral dan nalar mereka bermain di dalam situasi ini?
Genre film ini yang dikategorikan sebagai romantic survival drama bukan tanpa alasan. Mommies dan Daddies akan melihat bagaimana kekuatan cinta dan empati bisa bertahan di tengah himpitan situasi ekonomi dan tekanan teror yang menghantui.
Melalui film bergenre romantic survival drama ini, Dopamin menyimpan pesan-pesan tersirat dengan rapi dan bermakna. Pokoknya best! Hati-hati mengandung SPOILER!
Fondasi hubungan yang kuat berasal dari kepercayaan yang kuat pula antara satu sama lain. Melalui tokoh Malik dan Alya, film ini mengajarkan bahwa rasa percaya harus hadir untuk bisa melalui seluruh tantangan hidup yang tiada habisnya. Bukan hanya soal yakin pada pasangan, tapi juga pada diri sendiri.

Dialog ini terasa sangat membekas setelah menonton film Dopamin. Yap, kutipan tersebut berasal dari tokoh Alya kepada Malik yang langsung dibalas “Aku janji.” olehnya. Meski di situasi yang paling gelap sekalipun, komitmen untuk bertahan dan janji untuk tetap bersama menjadi pengingat bahwa itulah keberanian yang perlu diambil untuk tetap memilih satu sama lain setiap hari. Jangan lupa apa arti cincin yang melingkar di jari dan sumpah yang diambil ketika mengikat janji suci dahulu.
Yari (Andri Mashadi) adalah satu-satunya teman Malik yang tulus meminjamkan uang kepada pasutri yang tengah kesulitan ekonomi itu. Ia tidak mengharapkan akan dibayar kembali dengan cepat dan mau menunggu saat temannya sudah stabil secara finansial. Ketika pasutri muda itu ketiban rezeki, Yari menerima kembali uangnya—bahkan dilebihkan—oleh Malik. Meski bertanya-tanya dan sempat mengingatkan bahwa segala sesuatu yang instan tidak pernah baik, Malik tetap bersikeras ingin membayar pertolongannya kemarin-kemarin. Setidaknya, kita butuh satu teman seperti Yari!

Film Dopamin juga mengajarkan bagaimana Malik dan Alya mengandalkan cinta, rasa percaya, dan resiliensi untuk bertahan hidup ketika teror mengancam nyawa mereka. Ketika bahaya mengancam Malik dan Alya, bertahan hidup jadi lebih mudah saat bisa saling mengandalkan.
Salah satu yang mengesankan, tokoh Malik dibuat sangat perhitungan dan penuh moral meski koper berisi miliaran ada di depan mata. Ia dan Alya tidak langsung menghamburkan uang secara cuma-cuma. Mereka memulainya dengan membayar utang dan berbelanja kebutuhan. Yah, meskipun pada dasarnya uang itu dari awal bukan milik mereka, itulah letak serunya: saat nafsu berkata A, moral berkata B, dan nalar berkata C. Malik pun juga tidak serta-merta bermalas-malasan dan tetap ingin menafkahi Alya dengan gaji yang ia terima dari tempat kerja barunya.
Lagi-lagi komunikasi adalah senjata utama untuk menyelesaikan segala masalah bersama-sama. Tidak harus menemukan jalan keluarnya saat itu juga sebab pasti ada problematika hidup dari yang ringan hingga kompleks untuk diselesaikan. Film ini mengajarkan nilai kebersamaan yang kuat dari cara bertahan juga menyelesaikan masalah.

Pada akhirnya, film Dopamin mengajak penonton untuk cari cara bahagia versi kita masing-masing (tentunya yang legal, ya!). Di dunia yang semakin “gila” dan di tengah situasi yang menekan dari segala sisi, memang ada baiknya untuk mencari kebahagiaan sederhana yang membuat diri ini bisa bernapas kembali. Jangan sampai terlalu berlarut-larut dengan masalah hidup hingga lupa cara untuk berhenti sejenak dan berpikir dengan jernih.
Semoga Mommies dan Daddies bisa menemukan dopamin dan cara untuk bahagia di dunia ini, ya!
BACA JUGA: Tak Sekadar Film Zombie, ‘Abadi Nan Jaya’ Juga Beri Pelajaran Soal Keluarga, Ambisi, dan Tradisi
Ditulis oleh: Retno Raminne Nurhaliza Pitoyo
Cover: IMDb