Sorry, we couldn't find any article matching ''

Anak Menempel Terus pada Orang Tua? Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya
Merasa lelah dan overstimulated karena anak menempel terus pada orang tua? Kenali penyebab dan cara mengatasinya di sini, yuk, Mommies dan Daddies!
Memiliki anak batita hingga balita yang suka mengikuti ibu dan ayahnya ke mana-mana memang terkadang menggemaskan, tapi sering kali juga bikin para orang tua kewalahan. Bukan karena nggak sayang anak, tapi sering kali orang tua jadi kesulitan untuk sekadar ke kamar mandi bahkan menyelesaikan pekerjaan rumah.
Fenomena anak yang terus-menerus ingin menempel atau clingy pada orang tua ini umum terjadi, kok, Mommies dan Daddies. Tenang, kondisi ini merupakan hal yang wajar dalam perkembangan anak, terutama pada usia balita.
Namun, bisa jadi tidak wajar jika terus berlanjut sehingga bisa mengganggu kegiatan sehari-hari. Kalau sudah sampai seperti ini, Mommies dan Daddies harus memahami akar pemasalahannya dan mencari tahu bagaimana cara menghadapi makhluk kecil nan lucu ini.
BACA JUGA: Kebiasaan Instan Gen Alpha: Apa Dampaknya Saat Mereka Dewasa? Ini Jawaban Psikolog!
Penyebab Anak Selalu Ingin Menempel
Perilaku anak yang ingin selalu menempel pada ayah atau ibunya bukanlah tanda manja, melanikan bentuk komunikasi dari kebutuhan emosional tertentu. Mengutip dari berbagai sumber, ada beberapa penyebab umum anak terus menempel, seperti:
1. Kecemasan Perpisahan (Separation Anxiety)
Cemas dan takut berpisah dari orang tuanya jadi penyebab paling umum, terutama pada anak usia 1-3 tahun. Anak merasa cemas dan takut jika orang tua meninggalkannya, meskipun untuk waktu singkat. Hal ini karena mereka belum sepenuhnya memahami bahwa kalau orang tuanya pergi, pasti akan tetap kembali.
2. Kebutuhan Akan Rasa Aman
Sebagai orang tua, Mommies dan Daddies pasti sudah tahu kalau anak merasa paing aman dan nyaman saat berada di dekat orang tuanya. Menempel pada orang tua adalah cara anak memastikan sumber keamaan mereka dekat dan ada.

Foto: Pixabay
3. Merasa Bosan
Anak kecil juga bisa merasakan kebosanan. Saat anak merasa kurang stimulasi, anak akan mulai mendatangi orang tuanya untuk jadi teman bermain. Atau bahkan Mommies dan Daddies jadi “tempat bermainnya” dengan melompat hingga memanjat badan.
4. Menghadapi Situasi yang Belum Pernah Dialami
Sebagai anak kecil, ada banyak situasi yang pasti tidak familiar dan belum pernah dialaminya. Misalnya kelahiran adik baru, pindah rumah, bertemu orang baru, dan lain-lain. Ketika anak merasa tidak tenang dan tidak nyaman, pastilah orang tua jadi sasaran empuknya untuk menempel.
Strategi Jitu Menghadapi Anak yang Selalu Menempel
Menghadapi anak yang sangat menempel pada orang tua memang memerlukan kesabaran dan konsistensi. Tujuannya untuk melatih kemandirian dan membangun rasa kepercayaan anak. Ada beberapa cara yang bisa para orang tua lakukan, mulai dari:

Foto: Ketut Subiyanto/Pexels
1. Penuhi Kebutuhan Emosionalnya Terlebih Dulu
Luangkan waktu khusus untuk anak sebelum Mommies dan Daddies mulai beraktivitas atau setelah pulang kerja. Berikan perhatian penuh hanya untuknya selama 10-15 menit. Misalnya dengan membaca buku, bermain bersama, atau sekadar berpelukan agar “tangki emosi” anak terisi. Anak akan merasa senang dan ini akan membuatnya lebih siap untuk melepaskan orang tuanya sejenak.
2. Latih Kemandirian Secara Bertahap
Terkadang orang tua sering merasa diganggu dan direcoki setiap kali melakukan tugas rumah dan anak ikut-ikutan. Padahal, bagus sekali untuk libatkan anak dalam tugas sederhana di rumah agar anak punya sifat yang rajin dan bertanggungjawab. Ya, meski anak belum mengerti manfaatnya dan menganggap kegiatan mengurus rumah ini seperti sedang bermain.
Mommies dan Daddies bisa ajak anak melakukan tugas sederhana di rumah sesuai usianya. Misalnya merapikan mainan setelah selesai bermain, menaruh baju kotornya di tempat yang sudah disediakan, mengambil minumnya sendiri, dan masih banyak lagi. Dengan begini, anak akan merasa mampu mengandalkan dirinya sendiri.
Birkan juga anak bermain sendiri di ruang yang masih bisa Mommies dan Daddies awasi. Berikan mainan yang menarik dan disukainya, lalu katakan bahwa Mommies dan Daddies akan kembali menemainya setelah menyelesaikan tugas. Dengan memberi pengertian dan waktu untuknya, anak akan terbiasa untuk mandiri secara perlahan.
3. Terapkan dan Ajarkan Metode Perpisahan Bertahap
Jika Mommies dan Daddies harus meninggalkan anak, latihlah ia untuk bisa siap pada perpisahan secara bertahap dengan beberapa cara berikut ini.
- Pergi dan kembali dengan cepat: Mulai dengan meninggalkan anak hanya beberapa menit (misalnya ke kamar mandi atau mengambil barang di ruangan sebelah). Ucapkan perpisahan dengan tenang dan tegaskan bahwa Mommies dan Daddies akan kembali.
- Tepati janji: Selalu kembali tepat waktu sesuai janji. Ini akan membangun kepercayaan anak bahwa meskipun orang tuanya pergi, pasti akan kembali.
- Jangan mencuri kesempatan: Hindari pergi secara diam-diam saat anak sedang asik bermain atau tidur. Hal ini justru akan meningkatkan kecemasan perpisahan karena anak tidak tahu kapan orang tuanya akan tiba-tiba menghilang.
4. Beri Jeda dan Respon Positif
Ketika anak memanggil-manggil Mommies dan Daddies saat sedang sibuk, beri jeda untuk merespon. Setelah beberapa saat, hampiri anak dengan wajah tersenyum, berikan pelukan singkat, dan katakan bahwa Mommies dan Daddies tidak kesal. Bisa juga jelaskan kenapa tidak langsung datang saat ia memanggil karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan.
BACA JUGA: Jangan Salah Pilih! Ini Cara Menentukan Les Sesuai Karakter Anak Menurut Psikolog Pendidikan
Nah, itu beberapa cara yang bisa Mommies dan Daddies lakukan untuk mengatasi anak yang selalu menempel. Meskipun bikin lelah karena “diintilin” terus sama si kecil, tapi masa-masa ini pastinya akan jadi kenangan saat anak mulai beranjak remaja dan dewasa nanti.
Cover: Ketut Subiyanto/Pexels
Share Article


POPULAR ARTICLE




COMMENTS