Lulus dari Oxford dan Stanford, Ini 3 Cara Parenting Orang Tua Maudy Ayunda

News

Mommies Daily・an hour ago

detail-thumb

Penasaran bagaimana parenting orang tua Maudy Ayunda sehingga bisa bikin anaknya suka baca buku bahkan lulus dari Oxford dan Stanford? Cek caranya di sini!

Mommies dan Daddies, siapa yang tidak kenal dengan Maudy Ayunda? Wanita kelahiran 1994 ini banyak menjadi sosok idaman atau role model para perempuan-perempuan muda di Indonesia. Semua nilai positif ada pada dirinya, seperti pintar, optimistik, cantik, pandai berakting, bernyanyi, pokoknya multitalenta!

Barangkali sebagai orang tua yang punya anak perempuan, Mommies dan Daddies juga ingin mereka tumbuh seperti Maudy Ayunda? Pertanyaannya, bagaimana cara didik orang tuanya hingga ia bisa diterima di dua universitas paling bergengsi sedunia seperti itu?

maudy ayunda

Foto: Instagram/maudyayunda

Yap! Hal ini sempat ramai di media sosial pada 2022 silam. Di saat Maudy Ayunda galau ingin berkuliah di Stanford atau Harvard, netizen berguyon kalau kegalauan mereka sebatas bingung ingin makan siang pakai apa.

Menyambut kabar gembira tiga tahun lalu itu, ia secara eksklusif menjawab rasa penasaran warganet dan berbincang dengan Najwa Shihab di YouTube. Karena waktu telah berlalu, Mommies dan Daddies mungkin sudah tahu kalau Maudy pada akhirnya memilih Stanford. 

Foto: YouTube/Najwa Shihab

“Ini akan terdengar aneh tapi aku memang sangat cinta belajar dan sangat enjoy (saat ujian) kayak ada tantangan baru. Dan aku merasa bahwa apapun yang kita pelajari there’s no limit to anyone if they want to learn it, gitu. Jadi ada something yang very powerful about learning and absorbing yang aku suka banget,” ujar Maudy di kanal YouTube Najwa Shihab.

Sebagai sesama wanita terpelajar, Najwa mengamini! Ia juga mengaku senang belajar dan menikmati proses tersebut. Kira-kira bagaimana, ya, cara didik orang tua Maudy Ayunda sampai bisa menjadi gemar belajar sambil sekaligus menjalankan passion di dunia hiburan?

Untuk Mommies dan Daddies yang belum sempat nonton karena videonya berdurasi 26 menit, berikut Mommies Daily rangkum jawaban Maudy.

BACA JUGA: Anak Pelit dan Susah Berbagi? Ini 5 Penyebabnya!

Sejak Kecil Tidak Terpapar TV dan Bergantung pada Buku

Sejak Maudy Ayunda berumur sekitar 1–3 tahun, tidak ada televisi di rumahnya sehingga satu-satunya hiburan keluarga mereka hanyalah buku. Fakta ini juga sudah secara eksklusif diceritakan langsung oleh Maudy saat diwawancarai oleh Mommies Daily sebelumnya.

maudy ayunda
Foto: YouTube/Najwa Shihab

“Papaku bisa pulang pergi ke Singapur bawa satu koper cuma beliin anak-anaknya buku karena mungkin di Jakarta belum terlalu komplit,” ujar Maudy.

Melalui hal tersebut, Mommies dan Daddies bisa meniru dengan mendorong kebiasaan membaca buku pada anak sejak dini. Seperti kata pepatah, buku adalah jendela dunia. Jika ingin anak berwawasan luas, buku menjadi sarana utama dalam mempelajari dunia dan isinya. Lebih baik kecanduan baca buku daripada kecanduan screen time, bukan?

Tak Pernah Diberi Reward

Ini memang bergantung value keluarga banget, ya. Karena banyak sekali anak yang sudah dijanjikan ini itu jika naik kelas atau menang kompetisi tertentu. Hal ini tidak berlaku di keluarga Maudy, menurutnya reward di keluarganya hanya sebatas perasaan bangga.

“Kita nggak pernah dikasih insentif yang kaya uang atau jajanan atau apa sih tapi kita bisa melihat bangganya orangtua aja,” paparnya.

Mungkin menjanjikan hadiah bisa membuat semangat belajar anak meningkat. Akan tetapi, hal ini juga berisiko membuat mereka hanya berfokus pada hadiahnya, bukan pada proses belajar itu sendiri.

BACA JUGA: 4 Cara Jitu Bikin Anak Ketagihan Baca Buku Sejak Kecil, Kata Psikolog

Diajarkan Problem Solving

Foto: YouTube/Najwa Shihab

Maudy menyebutkan bahwa ibunya berperan besar dalam mengajarkan problem solving sejak dini. Daripada hal-hal rumit, sang ibu kerap mengaitkan keseharian mereka tentang hal-hal kecil sebagai topik problem solving.

“Di luar itu mamaku plays a big role. Mama itu dari kecil suka banget ngajak ngobrol tapi ngobrolnya bukan ngobrol biasa jadi problem solving tentang hal-hal kecil,” ujarnya. Hasilnya, kebiasaan ini melatih rasa keingintahuan dan kemampuan analisis Maudy yang kuat sejak kecil.

Saat Maudy berumur 9 tahun, ibunya pernah bertanya makanan apa yang cocok disajikan untuk acara keluarga. Misalnya, Maudy menjawab “rendang”, sang ibu akan terus mengejar dengan pertanyaan “Kenapa harus rendang?” atau “Kira-kira rendang cocok disajikan dengan apa?” dan banyak lagi. Dari proses tanya-jawab itu, Maudy akan tahu kalau pilihan makanannya sudah tepat karena dianalisis dengan matang.

“Jadi obrolan itu nggak pernah simpel, obrolan itu selalu ada mengapa kenapa sampai di ujung sampai bener-bener kita merasa itu jawaban yang tepat. Kaya gitu itu problem solving yang akhirnya setelah kupikir-pikir rasa kepedulian, ingin tahu, dan hampir enjoying it karena dibuat like a game. I think it’s the main one, the conversations.” pungkasnya.

Najwa ternyata punya pengalaman serupa. Ia mengaku sudah diminta membuat daftar pros and cons sendiri sejak SD untuk memilih SMP Islam atau SMP Negeri.

Foto: YouTube/Najwa Shihab

Wah, ternyata banyak juga wawasan baru yang bisa didapatkan dari kisah Maudy Ayunda, ya? Khususnya Mommies dan Daddies bisa coba tiru pola asuh ibunya yang mengajarkan Maudy problem solving melalui kegiatan sehari-hari sejak kecil. Hal itu ternyata mendorong rasa ingin tahu dan kepedulian sang anak.

BACA JUGA: 9 Cara Memanfaatkan Teknologi AI seperti ChatGPT agar Anak Tidak Malas Berpikir

Semoga Mommies dan Daddies bisa menerapkan apa yang diajarkan orang tua Maudy Ayunda dan Najwa Shihab, ya!

Penulis: Annisa Steviani
Diperbarui: Retno Raminne Nurhaliza Pitoyo
Editor: Dhevita Wulandari

Cover: YouTube/Najwa Shihab