banner-detik
LIFESTYLE

Ternyata Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik! Ini Cara Mommies Lindungi Keluarga

author

Katharina Mengein 4 hours

Ternyata Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik! Ini Cara Mommies Lindungi Keluarga

Sudah ditemukan fakta kalau air hujan di Jakarta mengadung mikroplastik yang berbahaya untuk kesehatan. Ini cara Mommies menjaga kesehatan keluarga!

Mommies sudah tahu belum kalau air hujan di Jakarta kini diketahui mengandung mikroplastik? Dilansir dari CNBC, penelitian yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sejak 2022 menemukan bahwa setiap sampel air hujan di wilayah Jakarta mengandung partikel mikroplastik yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan.

Menurut peneliti BRIN, partikel itu berasal dari beberapa sumber, mulai dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka.

Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menjelaskan bahwa salah satu penyebabnya adalah tumpukan sampah yang ditimbun dan dibiarkan terbuka di tempat pembuangan akhir (TPA) sehingga ketika terkena hujan atau panas, plastik terurai menjadi partikel mikroplastik yang kemudian terbawa angin dan turun bersama hujan.

“Kan, pernah saya bilang, Jabodetabek, kan, membuang sampahnya pakai dumping, kan, jadi ditimbun aja di TPA. TPA-nya tidak segera ditutup sehingga begitu panas, hujan terurai dia menjadi mikron. Mikron itulah bisa disebut dengan mikroplastik,” kata Hanif di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (21/10), dikutip dari detiknews.

BACA JUGA: 8 Rekomendasi Jas Hujan Untuk Anak SD hingga SMA, Semua Stylish!

Bahaya untuk Mommies dan Keluarga

Bagi keluarga, terutama dengan anak-anak kecil, isu ini penting karena ada bahaya yang tersembunyi di dalamnya.

Lingkungan rumah dan sekitar kita, yang merupakan kota besar seperti Jakarta dengan aktivitas tinggi, ternyata jadi sumber terpaparnya polusi mikroplastik bahkan dari hujan yang kita anggap bersih.

Mommies harus tahu bahwa mikroplastik bisa masuk ke tubuh melalui saluran napas, pencernaan atau kontak kulit. Efek selanjutnya berbahaya, karena di dalam plastik terkandung bahan aditif, seperti ftalat, nonilfenol, logam berat, yang secara penelitian bisa memicu gangguan hormon dan risiko kanker.

“Plastik bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga kesehatan. Di dalamnya ada bahan aditif berbahaya yang bisa memicu gangguan hormonal dan meningkatkan risiko kanker,” jelas Etty Riani, Guru Besar IPB University Prof dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), dikutip dari detikedu.

Jadi, bukan cuma laut atau sungai yang tercemar, tetapi udara dan hujan pun bisa membawa “muatan” plastik tersembunyi yang berdampak pada kesehatan keluarga kita.

Bagaimana Mikroplastik di Hujan Terbentuk?

Foto: detiknews

Kalau Mommies bertanya-tanya kenapa bisa ada kandungan mikroplastik di dalam hujan, ini dia penjelasannya.

Jadi, plastik yang banyak kita gunakan sehari-hari dan bahan sintetis dari aktivitas manusia, seperti pakaian, ban kendaraan, kemasan plastik lainnya, mulai terurai menjadi ukuran kecil saat terkena panas, hujan, dan angin. Uraiannya menjadi mikroplastik, yang kemudian terurai lagi menjadi nanoplastik itu kemudian terbawa angin ke atmosfer atau menempel di permukaan udara terbuka.

Ketika hujan turun, dia pun menyatu dengan udara yang mengandung partikel tersebut, sehingga tetesan hujan akhirnya mengandung mikroplastik dan turun ke permukaan tanah. Selanjutnya partikel itu kemudian masuk ke tanah, air, atau langsung kontak dengan manusia melalui berbagai aktivitas, mulai dari kegiatan di luar ruangan, cuci-mencuci, bermain hujan, dan banyak lainnya.

Apa yang Bisa Dilakukan Mommies dan Keluarga untuk Mengurangi Mikroplastik

Masalah ini pun akhirnya menyentuh Mommies dan keluarga. Supaya keluarga terlindungi sekaligus meminimalkan paparan mikroplastik, berikut langkah praktis yang bisa kita terapkan.

  • Kurangi penggunaan plastik sekali pakai di rumah, misalnya bekasi kantong plastik, sedotan plastik, kemasan plastik sekali buang. Beralihlah ke tote bag atau tas kain.
  • Hindari produk perawatan tubuh (skin care, scrub) yang mencantumkan mikroplastik atau “microbeads” di dalam daftar bahan. Jadi, kini saatnya menyisir kembali produk-produk yang dipakai keluarga di rumah.
  • Mulai terapkan prinsip 3 R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle. Biasakan memilah sampah sejak di rumah agar plastik tidak menumpuk dan terbuang sembarangan.
  • Pilih bahan pakaian yang lebih ramah lingkungan, misalnya katun organik, dan kurangi penggunaan bahan sintetis yang bisa melepaskan serat halus ke udara atau laundry.
  • Letakkan tanaman dan filter udara dalam rumah, apalagi Mommies yang tinggal di area perkotaan seperti Jakarta. Tujuannya tentu saja untuk membantu meminimalkan paparan polusi udara dan partikel halus.
  • Sejak dini, ajarkan anak-anak mengenai pentingnya lingkungan bersih dan bahaya dari sampah plastik. Dengan begitu hal ini akan jadi kebiasaan dan budaya hidup anak di masa depan.
  • Untuk keluarga yang masih memanfaatkan air hujan atau air tampungan, misalnya untuk menyiram tanaman atau mencuci kendaraan, penting untuk memperhatikan kebersihan dan sumbernya. Meskipun sampai saat ini belum ada standar khusus mengenai kadar aman mikroplastik dalam air hujan di tingkat rumah tangga, penelitian menunjukkan bahwa partikel mikroplastik bisa ikut terbawa dalam tetesan air hujan, terutama di daerah perkotaan seperti Jakarta.

Fakta bahwa hujan di Jakarta mengandung mikroplastik adalah alarm bagi kita semua, terutama Mommies yang selalu menjaga kesehatan keluarga setiap hari.

Meskipun kita tidak bisa sepenuhnya menghindar dari paparan plastik di lingkungan perkotaan, tetapi banyak langkah kecil yang bisa dilakukan di rumah agar risiko bisa ditekan. Semakin banyak keluarga yang sadar dan bertindak, maka semakin besar pula dampaknya untuk lingkungan yang lebih bersih, udara yang lebih sehat, dan hujan yang lebih “bersih” dari bahaya tersembunyi.

BACA JUGA: Musim Hujan, Ini 25 Makanan untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Cover: Freepik

Share Article

author

Katharina Menge

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan