Sorry, we couldn't find any article matching ''

Pubertas Datang, Nilai Anak Turun? Ini Alasannya!
Biasanya anak belajar nggak mesti disuruh, nilainya juga di atas rata-rata. Tapi, pas pubertas datang, kok berubah? Simak alasan secara psikologisnya di sini.
Sebelum bertanya kenapa saat pubertas datang, anak berubah; ya, jadi malas belajar; nilainya sering anjlok, baiknya kita ingat-ingat lagi, deh, dulu pas lagi kesengsem sama teman seangkatan atau Kakak kelas, sempet ngerasa jadi sering salah fokus juga, kan? Biasanya ke sekolah siap-siapnya 10 menit, ini jadi 30 menit sendiri. Nah, kalau dari hati Mommies sudah keluar kalimat, “Oh, iya, setelah diingat-ingat, kayanya dulu saya juga begini”, bahkan merasa geli sendiri saat mengingat hal ini, dijamin Mommies bakal lebih mengerti sama inti dari artikel ini. Yuk, kita bahas.
Lonjakan hormon membuat banyaknya distraksi
Sebuah studi ilmiah “The role of puberty in the developing adolescent brain” menyebutkan bahwa saat pubertas, terjadi lonjakan hormon seperti estrogen, testosteron, dan dopamin. Hal ini memengaruhi kemampuan konsentrasi, kontrol impuls, bahkan fungsi eksekutif anak. Sehingga, biasanya:
- Anak cenderung menemukan kesulitan dan distraksi dalam mengatur fokus, perencanaan, dan pengambilan keputusan.
- Anak jadi lebih sulit mengatur waktu, sehingga banyak tugasnya juga jadi tertunda.
Perubahan biologis, anak sulit memproses perasaan kompleks
Saat pubertas terjadi, bagian otak yang terkait dengan emosi dan perilaku sosial berkembang lebih cepat dibandingkan dengan bagian yang mengontrol perilaku, seperti korteks prefrontal. Perubahan ini mendorong:
- Anak jadi lebih sering mencari perhatian dan persetujuan dari teman sebayanya.
- Emosi anak jadi lebih intens dan kerap berpengaruh terhadap suasana hati (mood), termasuk saat belajar.
- Perhatiannya yang tinggi terhadap dirinya sendiri ini juga cenderung mengubah prioritas anak. Seharusnya perhatiannya lebih ke hal-hal yang akademis, jadinya malah belok ke yang non-akademis.
Baca juga: Begini Cara Membangun Body Confidence pada Anak Remaja di Era Tiktok
Perubahan pola tidur yang berdampak pada konsentrasi
Jaman anak masih balita, biasanya lebih mendengarkan saat ajakan kita untuk tidur berkumandang. Masuk usia remaja, mereka sendiri yang menentukan kapan waktunya tidur. Bahkan makin besar, biasanya makin senang tidur lebih larut, didukung oleh aktivitas malam hari yang mulai disenangi, sehingga waktu tidurnya jadi lebih sedikit. Perubahan perilaku ini didorong oleh faktor eksternal, terutama peningkatan tekanan dari kegiatan akademik maupun non-akademik (sosial dan ekstrakurikuler). Meskipun perubahan pola tidur di masa remaja ini normal, banyak dampak yang kemudian timbul, seperti kecenderungan tidak berprestasi di sekolah, lebih mudah mengalami gangguan suasana hati, bahkan obesitas. Bila hal ini dibiarkan, dampaknya bisa jauh lebih bebahaya, seperti risiko mengalami kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan alkohol, dan narkoba.
Bagaimana agar orang tua bisa membantu menjaga semangat belajar remaja
Dalam sebuah artikel yang ditulis DR. Rahmi Lubis, M.Psi, Psikolog mengenai minat belajar anak, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal paling mendasar:
Faktor dari dalam diri siswa (internal) berupa minat belajar
Minat belajar dipengaruhi oleh aspek kognitif, afektif, dan konatif. Dari aspek kognitif berarti siswa yang berminat akan berusaha memahami materi pelajaran yang diberikan. Aspek afektif berarti bahwa siswa yang berminat belajar akan merasa senang dan menikmati kegiatan belajar yang dijalani. Sedangkan aspek konatif berarti siswa yang berminat akan melakukan kegiatan yang diminta oleh guru selama proses belajar. Sebaliknya, siswa yang tidak berminat belajar akan menunjukkan keengganan untuk memahami, merasa tidak nyaman atau tertekan, serta tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan.
Meski tergolong faktor internal, orang tua dapat ikut mendukung dengan cara memahami minat belajar anak.
- Aspek kognitif bisa kita dukung dengan pemberlakuan jam tidur sesuai kebutuhan anak. Bila anak terlalu banyak kegiatan, kita bisa membantu mengurangi kegiatannya. Pastikan juga anak mendapatkan nutrisi yang cukup supaya fisiknya kuat selama ia berkegiatan di sekolah.
- Aspek afektif bisa kita dukung dengan memastikan anak mendapatkan asupan seperti camilan sehat saat ia sedang belajar di rumah, bisa juga sesekali kita temani ia belajar. Pastikan kita juga mengatur area di dalam kamarnya tetap nyaman, seperti ruang belajar yang cukup lega dengan cahaya yang cukup. Anak juga bisa mendengarkan musik yang ia suka saat belajar, supaya mood-nya terjaga.
- Aspek konatif bisa kita dukung dengan cara mengajak anak ngobrol, mana kira-kira pelajaran yang sekarang ini terasa lebih menantang, bahkan sangat sulit untuk diikuti. Meski kita tidak bisa banyak membantu dan mendampingi anak belajar, solusi lain akan lebih mudah ditemukan dengan membicarakan hal ini dengan anak. Mungkin, lewat les tambahan atau guru privat?
Faktor dari lingkungan (eksternal) berupa motivasi
Atau, suatu dorongan yang dimiliki siswa untuk melakukan usaha belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan menunjukkan perilaku memiliki alasan untuk belajar, adanya hasrat untuk belajar, memiliki tujuan yang ingin dicapai, memberi penghargaan atas hasil belajarnya, lingkungan yang mendukung belajar, serta merasa senang saat belajar. Sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya rendah tidak memiliki tujuan belajar yang ingin dicapai, tidak memiliki alasan yang kuat untuk belajar, tidak ada keinginan belajar, menganggap hasil belajar sebagai hal yang tidak penting, lingkungan kurang mendukung, serta tidak menikmati kegiatan belajar.
Orang tua dapat mendukung anak untuk tetap termotivasi dengan cara:
- Memberikan anak apresiasi atas pencapaiannya. Tidak selalu ketika anak mendapatkan nilai 9 saat ulangan Matematika, tetapi ketika ia mendapatkan nilai 6 pun, kita tetap mengapresiasinya.
- Sesekali mengajak anak ke perpustakaan. Selain ia bisa membaca buku yang sesuai minatnya, suasana belajar di perpustakaan mungkin akan memberikan pengalaman baru buat anak.
- Menyemangati anak dengan cara menyusun sebuah wish-list, dengan persetujuan kalau anak belajar dengan benar dan nilainya bagus, maka ia bisa mendapatkan keinginannya tersebut. Misalnya, buku, laptop, atau game baru, apapun yang positif dan mendukung minat anak. Di sini Anda bisa berperan sebagai yang membantu mendanai, artinya anak kita ajak untuk menabung terlebih dahulu.
Nah, bagaimana? Sudah lebih bisa memahami alasan di balik nilai anjlok anak, kan? Sekarang coba Mommies jalani tips di atas.
Image by Freepik
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS