Merokok di jalan hingga main HP saat nyetir, bisa menunjukkan keegoisan seseorang. Ini tanda orang yang hanya peduli dengan diri sendiri.
Mommies, pernah melihat seseorang berkendara sambil merokok? Bukan hanya asapnya yang mengganggu, tetapi juga abu rokoknya yang bisa membahayakan pengendara lain di sekitarnya. Apalagi bila terbawa angin. Terkadang, kalau sudah ditegur malah lebih galak mereka.
Beberapa perokok mungkin berpikir kalau rokok atau asapnya sudah hilang maka sudah aman. Namun, yang mereka tidak sadari adalah residu rokok yang bisa saja menempel pada benda-benda atau perabotan di sekitar, misalnya rambut, baju, karpet, gorden, sofa dan sebagainya. Residu rokok tersebut sama bahayanya dengan menghirup asap rokok secara langsung, apalagi bila memiliki anak di rumah. Bahkan bisa meningkatkan risiko anak eksim.
Bukan itu saja, mungkin Mommies punya tetangga yang hobi bakar sampah pagi-pagi? Padahal, pagi hari adalah waktu udara masih segar, adem, dan asri. Namun, hal itu dirusak oleh polusi udara yang disebabkan oleh pembakaran sampah.
Menurut World Health Organization (WHO), pembakaran limbah di ruang terbuka menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Tidak hanya membuat udara kotor, tetapi paparan jangka panjang terhadap polutan ini bisa menimbulkan penyakit kardiovaskular dan gastroenteritis. Risiko lainnya juga dikaitkan dengan hasil kelahiran yang buruk, seperti berat badan lahir rendah, serta peningkatan risiko kematian.
Kebiasaan buruk berikutnya bahkan bisa menyebabkan kematian, yaitu menggunakan HP ketika membawa kendaraan atau melawan arah. Bukan hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga pengendara lainnya yang mungkin sudah berhati-hati tetapi kadung terkena musibah akibat perilaku orang lain yang tidak bertanggung jawab.
Nah, perilaku-perilaku tersebut menunjukkan seseorang dengan pribadi yang egois dan tidak memedulikan lingkungan sekitarnya. Sebaiknya, Mommies dan Daddies menghindari sifat-sifat dari kepribadian egois ini.
BACA JUGA: Kenali Perbedaan Self-love vs Egois, Jangan Sampai Salah!
Melansir Verywell Mind, seseorang dengan sifat egosentris cenderung hanya memedulikan diri sendiri dan tidak bisa menempatkan atau mempertimbangkan saran atau perspektif orang lain daripada miliknya sendiri. Berikut beberapa ciri-ciri seseorang yang egois:
Mereka cenderung menilai situasi hanya dari sudut pandangnya sendiri. Pendapat atau teguran orang lain sering diabaikan atau dianggap kurang penting.
Orang egois sulit merasakan atau memahami emosi orang lain. Mereka tidak peduli selama itu tidak merugikan diri sendiri. Sifat ini tentu membuat orang lain kesulitan.
Alih-alih peka dengan apa yang dibutuhkan orang di sekitarnya, misalnya sekadar mematikan rokok di sekitar anak kecil saja, mereka lebih sibuk memikirkan kenyamanan diri tanpa berpikir panjang terhadap risikonya.
Seseorang yang egosentris kerap berfokus pada citra diri atau penilaian dari luar. Mereka cenderung mencari validasi berlebihan, seperti ingin selalu terlihat hebat atau unggul dibandingkan orang lain.
Dalam banyak situasi, keputusan diambil dengan mempertimbangkan keuntungan pribadi semata, tanpa menimbang dampaknya terhadap orang lain. Hal ini dapat merugikan atau menyulitkan lingkungan sekitar.
Orang dengan sifat egois berpikir bahwa orang lain pasti setuju atau punya pandangan sama dengannya. Mereka berasumsi bahwa cara berpikir, selera, atau pilihan mereka adalah hal yang wajar dan pasti dimiliki kebanyakan orang. Padahal kenyataannya tidak.
Terakhir, mereka meyakini bahwa orang lain memperhatikan dirinya lebih daripada kenyataannya. Padahal perhatian orang lain tidak sebesar yang dibayangkan.
Bila Mommies atau Daddies menyadari ada beberapa ciri-ciri di atas yang sesuai dengan kepribadian diri sendiri, mungkin ini saatnya untuk perlahan mengubah sifat tersebut. Sifat egois mungkin tidak bisa dengan mudah diubah oleh orang lain. Namun, bisa dimulai dari diri sendiri. Mengutip CNBC Indonesia, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi sifat egois:
Memang tidak mudah untuk menegur seseorang. Beberapa mungkin takut bila orang yang ditegur menjadi agresif atau berpikir bahwa mereka bukan seseorang yang tepat untuk menegur. Potensi konsekuensi dari menegur itulah yang bikin beberapa orang memilih diam.
Seorang psikolog bernama Catherine A. Sanderson, Ph.D. membagikan beberapa tips untuk menegur perilaku buruk seseorang di ruang publik. Dikutip dari laman Greater Good, berikut beberapa cara menegur perilaku buruk seseorang:
BACA JUGA: Rekomendasi Tempat Belajar Public Speaking, agar Bisa Bicara dengan Lebih Empatik dan Respectful
Nah, dengan menempatkan diri di posisi orang lain, seseorang bisa memahami bagaimana perspektif orang-orang di sekitarnya yang luput dari perhatian diri sendiri. Dengan menumbuhkan sifat peduli tidak hanya pada diri sendiri tapi juga pada orang di sekitar, hubungan sosial pun jadi lebih ringan, jujur, dan saling menghargai.
Penulis: Retno Raminne Nurhaliza Pitoyo
Cover: Basil MK/Pexels