Seorang ibu alami pecah pembuluh darah di otak akibat pemakaian KB suntik selama lebih dari 10 tahun. Kenali bahaya KB jangka panjang dan alternatifnya.
Seorang perempuan viral di TikTok setelah membagikan kisah tentang ibunya yang mengalami efek samping dari alat KB (Keluarga Berencana). Dalam video yang diunggah pada Kamis, (28/8/2025), ia menceritakan bahwa sang ibu harus menjalani operasi akibat pecahnya pembuluh darah di otak yang diduga dipicu penggunaan KB.
Setelah diketahui, ibu dari pemilik akun @febymby3 tersebut ternyata telah menggunakan KB hormonal suntik 3 bulan selama lebih dari 10 tahun. Hal ini juga disebabkan oleh telatnya informasi mengenai aturan pemakaian KB hormonal suntik 3 bulan yang tidak dianjurkan lebih dari 2 tahun.
Dalam kolom komentar video tersebut dan video lainnya, para warganet turut membagikan cerita mengenai pengalaman pribadi mereka tentang kontrasepsi. Ada yang ibunya mengalami hal serupa sampai warganet yang mengatakan terkena kanker payudara akibat KB.
Saat ini belum ada data resmi mengenai perempuan yang terkena efek samping dan bahaya KB. Namun, Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa ada 56,26% perempuan berusia 15–49 tahun dan berstatus kawin yang kini tengah aktif menggunakan alat KB pada tahun 2024. Angka tersebut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang capai 55,59% pada tahun 2023.
Umumnya, pil KB dan KB suntik yang awam dikenal masyarakat adalah alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah metode, cara, atau tindakan untuk mencegah kehamilan. Jenis-jenis kontrasepsi terdiri dari berbagai macam. Masing-masing alat kontrasepsi ini pun punya efek sampingnya yang biasanya membaik setelah beberapa bulan.
BACA JUGA: Bayi Lahir dari Embrio Berusia 3,5 Tahun, Ketahui 7 Jenis Program Hamil
Berkaca dari kisah viral di atas, bahaya KB ternyata bisa membahayakan apabila digunakan tidak sesuai yang dianjurkan. Berikut beberapa efek samping umum yang mungkin muncul akibat menggunakan alat kontrasepsi atau KB:
KB Implan: Dari beberapa sumber, KB implan berpotensi menimbulkan efek samping nyeri dan bengkak pada kulit di sekitar tempat implan ditanam, nyeri payudara, nyeri perut, jerawat, sakit kepala, hingga gangguan pola menstruasi.
Intrauterine Device (IUD): IUD berpotensi mengganggu siklus menstruasi. Mengutip Cleveland Clinic, IUD tembaga dapat membuat kram perut berlebih dan keluarnya banyak darah menstruasi; IUD hormonal membuat menstruasi tidak teratur atau mengalami keterlambatan.
Seperti yang dianjurkan pemilik akun dari kisah viral di atas, jangan lupa perhatikan efek samping setiap produk KB atau kontrasepsi yang hendak digunakan, ya.
Selain suntik KB, ada beberapa jenis kontrasepsi lainnya yang bisa digunakan sesuai keinginan dan kebutuhan masing-masing. Menurut dr. Mila Maidarti, SpOG-KFER, PhD, kontrasepsi terbagi menjadi dua pada umumnya, yaitu kontrasepsi nonhormonal dan kontrasepsi hormonal. Berikut beberapa jenis kontrasepsi pada perempuan dan laki-laki.
Kontrasepsi nonhormonal adalah metode mencegah kehamilan tanpa mengandung hormon dan tersedia dalam berbagai bentuk dan cara.
Meski begitu, dr. Mila tidak menganjurkan metode kontrasepsi sanggama terputus dan berhubungan seksual di masa tidak subur. Pertama, sanggama terputus tidak menjamin sperma tidak menetes pada vagina. Kedua, berhubungan seksual di luar masa subur sangat riskan karena masa ovulasi tidak dapat diprediksi. Sehingga, kedua cara ini risiko kegagalannya sangat besar.
Kontrasepsi hormonal adalah metode mencegah kehamilan dengan cara mempengaruhi hormon di tubuh.
Implan: berbentuk tabung kecil dan dipasang di bawah jaringan kulit, mengandung hormon progesteron, dan bekerja dengan menipiskan dinding rahim dan menebalkan lendir serviks.
IUD hormonal: IUD hormonal dapat mencegah kehamilan untuk jangka waktu yang panjang, juga berbentuk T, dan bekerja dengan mengentalkan lendir serviks untuk mencegah sperma masuk.
Bagi Mommies yang ingin menggunakan pil KB atau suntik KB, perhatikan lagi bahwa tidak semua jenis pil dan suntik cocok untuk semua ibu. Berdasarkan penjelasan dr. Mila, ibu menyusui tidak disarankan menggunakan pil atau suntik yang mengandung estrogen. Sehingga, busui tidak bisa mengonsumsi pil kombinasi yang mengandung estrogen dan progestogen.
dr. Mila pun menekankan bahwa kita dianjurkan untuk memahami bahwa tidak semua alat kontrasepsi bisa digunakan setiap orang. Penting untuk menentukan mana yang cocok dan sesuai kebutuhan.
Sering disebut juga dengan kontrasepsi jangka panjang atau permanen. Kontrasepsi mantap dilakukan dengan prosedur sterilisasi pada wanita dan pria yang dikenal dengan tubektomi dan vasektomi.
Tubektomi adalah prosedur sterilisasi permanen wanita dengan memotong, mengikat, atau menutup tuba falopi, yaitu saluran penghubung indung telur (ovarium) dan rahim agar sel telur tidak bertemu dengan sperma. Sedangkan, vasektomi adalah prosedur sterilisasi permanen pada pria dengan memutus atau menyegel saluran sperma (vas deferens) agar sperma yang dihasilkan tidak lagi dapat menghasilkan pembuahan.
Berdasarkan informasi dari dr. Mila, vasektomi sudah banyak dilakukan di luar negeri. Tak hanya itu, pria juga bisa menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa patch meskipun alat ini belum banyak digunakan di Indonesia.
BACA JUGA: Ibu Hamil, Sebaiknya Hindari Melakukan Deretan Aktivitas Berikut Ini!
Nah, bagi Mommies dan Daddies yang memang sedang menjalankan program KB terlepas dari apapun produk dan caranya, jangan lupa lakukan riset dan konsultasi dengan dokter untuk mengetahui risiko dan bahaya penggunaan KB yang akan terjadi. Meskipun selama ini baik-baik saja, tidak ada salahnya untuk sesekali mengecek kesehatan. Semangat buat semua Mommies dan Daddies!
Penulis: Retno Raminne Nurhaliza Pitoyo
Cover: DC Studio/Freepik