Menstruasi dini pada anak bisa jadi tanda pubertas dini. Ketahui penyebab, dampak kesehatan, dan cara mendampingi anak yang mengalaminya di usia SD.
Beberapa waktu lalu sempat ramai kasus anak kelas 2 SD yang sudah mengalami menstruasi. Jika dikira-kira mungkin umurnya sekitar 7-8 tahun, dan masih terbilang sangat dini. Hal itu pun mendapat banyak respon dari masyarakat dan memunculkan pertanyaan, “Kok, bisa, ya?”
Mommies Daily pun berbincang dengan dokter Obgyn dari RS Mandaya Royal Hospital Puri mengenai hal ini, dan beliau memberikan banyak tips dan pengetahuan baru, termasuk tentang bagaimana cara orang tua menghadapi hal ini.
BACA JUGA: Begini Penjelasan Dokter Tentang Cara Menjelaskan Menstruasi pada Anak Perempuan
Menstruasi dini pada anak perempuan, seperti yang terjadi pada anak kelas 2 SD, merupakan bagian dari kondisi yang dikenal sebagai pubertas dini. Pubertas dini terjadi ketika perubahan fisik dan hormonal yang menandai masa pubertas muncul lebih awal dari biasanya, yaitu sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan.
Ternyata kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Berikut beberapa daftarnya.
Dokter menjelaskan bahwa penting bagi orang tua untuk memperhatikan tanda-tanda pubertas dini dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan, jika diperlukan. Penanganan yang tepat dapat membantu mengelola kondisi ini dan mendukung perkembangan anak secara optimal.
Menstruasi pada anak perempuan usia kelas 2 SD, sekitar usia 7–8 tahun, secara medis tidak dianggap normal, karena umumnya menstruasi pertama (menarche) terjadi pada usia 9–15 tahun, dengan rata-rata di usia 12 tahun. Bila menstruasi terjadi sebelum usia 8 tahun, kondisi ini disebut pubertas dini dan sebaiknya tidak diabaikan.
Meskipun tidak selalu berbahaya, pubertas dini perlu dievaluasi oleh dokter karena bisa berdampak pada pertumbuhan, perkembangan emosional, serta kesehatan reproduksi jangka panjang anak. Konsultasi ke dokter anak atau spesialis endokrin dianjurkan untuk memastikan apakah dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.
Menstruasi dini (sebelum usia 8 tahun) ternyata bisa memiliki dampak kesehatan yang perlu diwaspadai, baik secara fisik maupun emosional. Ini beberapa efek yang mungkin terjadi.
Pubertas dini bisa menyebabkan lempeng pertumbuhan tulang menutup lebih cepat, sehingga tinggi badan akhir anak bisa lebih pendek dari potensi genetiknya.
Anak bisa merasa “berbeda” dari teman sebayanya, mengalami kecemasan, malu, atau bingung karena belum siap secara emosional menghadapi perubahan tubuhnya.
Menstruasi dini bisa menjadi tanda adanya gangguan hormon, seperti kelainan pada kelenjar adrenal, hipofisis, atau ovarium.
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara pubertas dini dengan peningkatan risiko gangguan metabolik, seperti diabetes tipe 2, sindrom ovarium polikistik (PCOS), dan masalah kesuburan.
Menjaga kesehatan anak perempuan yang mengalami menstruasi dini memerlukan pendekatan yang sedikit berbeda dibandingkan dengan anak yang mengalami menstruasi pada usia normal. Karena perubahan fisik dan hormonal datang lebih cepat, pendampingan dari orang tua jadi kunci utama.
Anak mungkin belum siap memahami apa yang terjadi pada tubuhnya. Jelaskan dengan bahasa sederhana dan tenangkan bahwa ini bukan sesuatu yang salah atau memalukan. Penting untuk membangun rasa percaya diri dan kenyamanan pada tubuhnya.
Anak perlu diajarkan cara menggunakan pembalut, menjaga kebersihan area genital, dan mengganti pembalut secara rutin. Pastikan anak juga tahu kapan harus bicara ke orang dewasa jika ada keluhan.
Karena pubertas dini bisa mempercepat pertumbuhan lalu menghentikannya lebih cepat, konsultasikan dengan dokter untuk memantau tinggi badan, perkembangan tulang, dan keseimbangan hormon.
Pastikan anak mendapat asupan gizi seimbang, termasuk zat besi, kalsium, dan vitamin D untuk mendukung pertumbuhan tulang dan kesehatan darah, mengingat anak yang menstruasi dini lebih berisiko anemia.
Jika menstruasi datang sebelum usia 8 tahun, sebaiknya periksakan ke dokter anak atau endokrinologi untuk mengevaluasi penyebab dan memastikan tidak ada kelainan hormonal atau kondisi medis lain.
Dokter menjelaskan bahwa pada dasarnya kesehatan mereka mirip dengan anak menstruasi usia normal, tetapi dibutuhkan perhatian ekstra karena usia anak lebih kecil dan risiko psikologis atau pertumbuhan bisa lebih besar. Jadi, bukan perlakuan yang sepenuhnya berbeda, tetapi lebih ke arah dukungan yang lebih intensif dan terarah. Kalau perlu, orang tua juga bisa mempertimbangkan pendampingan psikolog anak untuk membantu proses adaptasi.
Ya, berikut adalah beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua dari anak yang mengalami menstruasi dini.
Kondisi akibat menstruasi dini perlu dibawa ke dokter jika muncul beberapa hal berikut:
Ini termasuk kategori pubertas dini, dan sebaiknya dikonsultasikan untuk mengetahui penyebabnya serta dampak jangka panjangnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Jika anak mengalami haid lebih dari sekali dalam sebulan, atau perdarahan sangat banyak, ini bisa jadi tanda adanya gangguan hormonal atau kondisi medis lain.
Misalnya, payudara membesar, muncul rambut kemaluan atau ketiak, dan tinggi badan melonjak secara tiba-tiba di usia yang masih sangat dini.
Seperti nyeri hebat saat menstruasi (dysmenorrhea), lemas berlebihan, atau pusing yang menyertai perdarahan.
Contohnya anak menjadi sangat sensitif, mudah marah, menarik diri, atau tampak stres karena perubahan tubuh yang tidak ia mengerti.
Jika ada riwayat serupa, dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan lanjutan seperti tes hormon atau pencitraan.
Dengan membawa anak ke dokter sejak dini akan membantu menentukan apakah menstruasi dini tersebut masih dalam batas normal atau merupakan tanda kondisi medis yang perlu ditangani lebih lanjut.
BACA JUGA: Orang Tua, Bantu Anak Mengatasi Perubahan Emosi dan Fisik saat Menstruasi
Cover: Freepik