Sorry, we couldn't find any article matching ''

Terlalu Posesif ke Anak Ada Dampak Negatifnya! Yuk, Cari Tahu Apa Kata Psikolog
Terlalu posesif ke anak bisa berdampak buruk bagi tumbuh kembangnya. Simak penjelasan psikolog tentang risiko dan cara mengatasinya di artikel ini!
Menjadi orang tua adalah perjalanan yang luar biasa. Penuh tantangan dan kebahagiaan. Setiap keputusan yang diambil orang tua dapat memengaruhi perkembangan emosional dan psikologis anak. Salah satu aspek yang sering menjadi perhatian adalah bagaimana orang tua melindungi anaknya. Dalam hal ini, ada dua sikap yang perlu dibedakan, yaitu protektif dan posesif berlebihan.
Meskipun keduanya berakar pada cinta dan kepedulian, pola asuh yang terlalu posesif dan overprotektif terhadap anak justru dapat menciptakan lingkungan yang kurang sehat. Pola asuh semacam ini berisiko menghambat kemandirian, kepercayaan diri, dan resiliensi anak. Oleh karena itu, memahami perbedaan antara protektif dan posesif menjadi hal yang krusial bagi orang tua. Yuk, simak lebih detail bersama Psikolog Anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi, Psikolog Klinis Anak dan Remaja.
BACA JUGA: 9 Ciri Orang Tua Overprotektif, Bikin Anak Tidak Berkembang
Apa Itu Sikap Protektif?
Foto: Freepik
Sikap protektif merupakan bentuk perlindungan yang alami dan sehat dalam pengasuhan anak. Orang tua yang protektif akan memberikan panduan, batasan, serta pengawasan yang bijak demi keselamatan anak, tetapi tetap memberikan kebebasan bagi mereka untuk belajar dari pengalaman.
Misalnya, saat anak memasuki lingkungan baru, orang tua yang protektif mungkin akan mengawasi dari kejauhan, memastikan anak aman, tetapi tetap membiarkan mereka bersosialisasi tanpa intervensi berlebihan. Seiring bertambahnya usia anak, orang tua yang protektif akan menyesuaikan batasan yang diberikan, mempercayai bahwa anak memiliki bekal nilai dan keterampilan untuk membuat keputusan sendiri. Sikap protektif tentu saja masih normal asal tidak berubah menjadi tindakan overprotektif.
Apa Itu Sikap Terlalu Posesif?
Berbeda dengan sikap protektif, sikap posesif berlebihan mencerminkan kontrol yang terlalu ketat terhadap kehidupan anak. Detailnya seperti yang dijelaskan oleh Psikolog Vera berikut ini, “Orang tua over-possessive adalah ketika orang tua terlalu mengontrol, terlalu mencemaskan, dan sulit memberi kesempatan bagi anak untuk mandiri. Misalnya, orang tua ingin tahu setiap detail kegiatan anak, mengambil alih kesempatan anak untuk mengambil keputusan sendiri, atau mencampuri urusan pertemanan (menyelesaikan konflik pertemanan atas nama anak). Sikap ini biasanya muncul karena keinginan untuk melindungi tapi tanpa disadari justru bisa menghambat atau menumpulkan kemampuan anak yang semestinya berkembang.”
Orang Tua Posesif Berlebihan Wajar Nggak?
Menurut Psikolog Vera, sikap over-possessive berlebihan bisa dikatakan wajar karena pada dasarnya setiap orang tua ingin melindungi anak mereka. Namun, ketika perlindungan itu berubah menjadi kendali berlebihan hingga tidak memberikan ruang bagi anak untuk belajar dari pengalaman, ini sudah tidak sehat. Anak butuh kepercayaan dari ortu agar bisa membangun rasa percaya diri dan kemandirian. Jadi, walaupun niatnya baik, sikap over-possessive sebaiknya disadari dan dikoreksi.
Orang tua perlu memahami bahwa mendukung anak untuk tumbuh dan berkembang secara mandiri merupakan bagian penting dalam pengasuhan. Dengan menyeimbangkan antara perlindungan dan kebebasan, anak akan tumbuh menjadi individu yang mampu menghadapi dunia dengan penuh percaya diri.
Penyebab Orang Tua Menjadi Terlalu Posesif
Empat hal di bawah ini menjadi penyebab sikap terlalu posesif orang tua ke anak menurut psikolog:
- Trauma atau pengalaman masa lalu dari orang tua yang pernah mengalami kehilangan atau kegagalan di masa kecil bisa merasa cemas berlebihan terhadap keselamatan dan keberhasilan anak mereka.
- Kekhawatiran sosial: orang tua merasa dunia luar tidak aman, penuh bahaya, sehingga mereka merasa harus terus-menerus mengawasi anak-anak mereka.
- Tuntutan kesempurnaan: ada juga orang tua yang menuntut anak mereka sempurna karena merasa pencapaian anak mencerminkan keberhasilan diri mereka sebagai orang tua.
- Kurangnya kepercayaan pada anak: bisa juga karena orang tua belum siap melepaskan kontrol dan kurang yakin bahwa anak mereka mampu membuat keputusan sendiri.
Dampak Buruk Pola Asuh Posesif Berlebihan
Foto: Freepik
Meskipun niat orang tua terlalu posesif sering kali dilandasi oleh rasa cinta dan kepedulian, efek jangka panjangnya bisa lebih banyak merugikan daripada menguntungkan. Pola asuh yang terlalu mengontrol dapat menghambat perkembangan anak dan membuatnya kurang mandiri serta sulit menghadapi tantangan hidup. Berikut ini adalah dampak buruk baik secara psikologis maupun sosial jika orang tua terlalu posesif terhadap anak.
Dampak Psikologis
- Rendahnya Kepercayaan Diri – Anak yang terus dikendalikan oleh orang tua akan merasa ragu dalam mengambil keputusan sendiri.
- Kecemasan Berlebihan – Anak sering kali merasa tertekan karena harus memenuhi harapan tinggi dari orang tua.
- Ketergantungan – Anak menjadi terlalu bergantung pada orang tua dan kurang mampu beradaptasi dengan dunia luar.
Dampak Sosial dan Emosional
- Sulit Menjalin Hubungan – Anak yang terus diawasi bisa mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya.
- Pemberontakan – Saat remaja, anak mungkin merasa tertekan dan akhirnya melakukan pemberontakan sebagai bentuk protes terhadap kontrol orang tua.
- Kurangnya Kemampuan Mandiri – Anak yang selalu diarahkan oleh orang tua cenderung kesulitan mengambil inisiatif dalam kehidupan akademik maupun sosialnya.
Cara Mengatasi Sikap Terlalu Posesif pada Anak
Memahami cara mengatasi pola asuh yang terlalu posesif akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi perkembangan anak. Pola asuh yang tepat memungkinkan anak berkembang secara optimal, membangun hubungan sosial yang baik, serta memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup dengan mandiri dan percaya diri.
Untuk menghindari dampak negatif dari pola asuh posesif berlebihan, orang tua dapat menerapkan beberapa strategi berikut.
- Memberikan Kepercayaan Bertahap – Biarkan anak mengambil keputusan kecil dalam hidupnya agar mereka belajar mandiri.
- Membuka Komunikasi – Dorong anak agar merasa nyaman berbicara mengenai perasaan dan pendapat mereka tanpa rasa takut.
- Mengurangi Kontrol Berlebihan – Orang tua harus memahami bahwa membiarkan anak menghadapi tantangan dapat membantu mereka berkembang.
- Mendorong Keterampilan Sosial – Membantu anak membangun interaksi dengan lingkungan akan membuat mereka lebih percaya diri dan mandiri.
- Menyesuaikan Pola Asuh dengan Usia Anak – Seiring bertambahnya usia anak, berikan mereka lebih banyak kebebasan dengan batasan yang tetap masuk akal.
BACA JUGA: 9 Tanda Pasangan Over Protektif dan Bahayanya untuk Diri Sendiri
Cover: Freepik
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS