Jika anda mengalami penurunan tingkat konsentrasi, keseimbangan, motivasi dan perubahan mood, waspadalah, bisa jadi itu gejala demensia dini.
Sebagian dari kita mungkin pernah melihat lansia yang sudah mulai sering lupa meletakkan sesuatu, sulit berpikir dan melakukan aktivitas sehari-hari. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan gejala demensia.
Dilansir dari Dementia.UK, demensia adalah berbagai kondisi progresif yang memengaruhi otak. Kondisi ini merusak sel-sel saraf yang berkomunikasi satu sama lain, sehingga pesan tidak dapat tersampaikan secara efektif. Hal ini membuat otak tidak dapat berfungsi secara normal.
Menurut dr. Tirtawati Wijaya, SE seperti dikutip dari Alodokter, demensia adalah kondisi yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, mengingat, dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Pada umumnya, demensia terjadi di usia 65 tahun ke atas. Namun ternyata, demensia juga bisa terjadi sebelum usia tersebut. Seseorang dengan kondisi demensia sebelum usia 65 tahun disebut mengalami demensia dini. Dalam kedokteran, istilah ini disebut demensia onset dini (DOD) atau young-onset dementia.
Gejala demensia berbeda pada setiap orang. Beberapa hal seperti tipe demensia dan bagian otak mana yang terkena bisa memengaruhi gejalanya. Pada umumnya, gejala awal demensia pada orang yang lebih muda meliputi perubahan pada:
Lebih lanjut dr. Tirtawati menjelaskan bahwa DOD dapat disebabkan oleh faktor geneik dan lingkungan. Faktor risikonya meliputi riwayat keluarga, cedera kepala berulang, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Orang-orang dengan ketidakmampuan belajar juga disebut memiliki faktor risiko lebih besar mengalami demensia dini.
Baca juga: 10 Rekomendasi Dokter Gizi Dewasa dan Lansia, Sehat di Masa Tua
Mengutip Alzheimer Research UK, beberapa tipe DOD yang paling umum antara lain:
Jika mommies atau daddies mengalami gejala demensia dini, segeralah kunjungi dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Terkadang, gejalanya mungkin tampak ringan sehingga kita abaikan. Atau, disalahartikan sebagai kondisi lain yang memiliki gejala serupa seperti infeksi, masalah tiroid, stres, depresi, perimenopause/menopause, dan kekurangan gizi. Apabila lekas terdiagnosis, maka dokter bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti merujuk ke dokter spesialis terkait gangguan kognitif atau neurologi, dan memberi pengobatan atau perawatan yang tepat.
Perlu dipahami bahwa penderita demensia dini mungkin akan sulit menerima kondisi ini. Itulah pentingnya dukungan keluarga terhadap penderita demensia dini. Apabila anggota keluarga Anda yang menderita demensia dini, berikanlah dukungan seperti menemani ketika memeriksakan kondisi ke dokter. Jangan ragu untuk mendapatkan bantuan dari pihak luar jika diperlukan.
Baca juga: Siap Hadapi Menopause? Ini 20 Tanda Awal dan Cara Persiapannya
Cover: Image by freepik