banner-detik
SELF

Kalau Kartini Hidup Sekarang, Dia Pasti jadi Viral di TikTok. Ini Alasannya!

author

Ficky Yusrini21 Apr 2025

Kalau Kartini Hidup Sekarang, Dia Pasti jadi Viral di TikTok. Ini Alasannya!

Zaman dulu tanpa medsos Kartini bisa jadi terkenal, apalagi di zaman sekarang yang serba cepat dengan media sosial, terutama TikTok. Sosoknya pasti viral!

Bayangkan jika Raden Ajeng Kartini hidup di era sekarang. Dengan semangatnya yang membara, pemikiran progresif, dan keberanian melawan arus zaman, bisa dibayangkan ia akan menjadi “oase” di media sosial—terutama TikTok!

Kartini dikenal lewat surat-suratnya yang ditulisnya. Dalam surat tersebut, Kartini menulis tentang pandangannya mengenai pendidikan, kebudayaan, dan nasib perempuan Indonesia pada masa itu.

Kalau Kartini hidup di era sekarang, mungkin tulisannya akan menjadi konten edukatif berformat storytelling. Dia mungkin akan mengemas isu-isu perempuan, pendidikan, dan keadilan sosial dalam video berdurasi satu menit yang impactful.

BACA JUGA: Kuis: Fakta Ibu Kartini, Benar atau Salah?

Alasan Kartini Pasti Jadi Viral Jika Hidup di Zaman Sekarang

Siapa yang juga percaya bahwa Kartini akan jadi sosok yang viral dan powerful jika hidup di zaman now? Yuk, kita lihat alasannya!

1. Dia akan Memilih Tiktok karena Menyesuaikan Zaman

Kartini adalah sosok yang cerdas membaca situasi dan kebutuhan zamannya. Jika dulu dia menulis surat kepada sahabat-sahabatnya di Belanda untuk menyuarakan keresahan dan impiannya, maka di zaman digital ini dia akan memilih platform yang paling efektif menjangkau banyak orang—dan itu adalah TikTok. TikTok is the new Google!

Dengan algoritma yang mendukung penyebaran ide-ide orisinal dan powerful, TikTok akan jadi tempat ideal bagi Kartini untuk berbicara langsung ke generasi perempuan muda. Dia tahu, kalau ingin menyentuh hati dan membuka pikiran masyarakat hari ini, maka dia harus hadir di tempat mereka berkumpul dan berbagi: media sosial.

“Saya mau, saya akan memperjuangkan kebebasan saya. Saya mau, Stella saya mau, mendengarkah kamu? Bagaimana mungkin saya memenangkannya, kalau saya tidak berjuang? Bagaimana saya akan mendapat, kalau saya tidak mencari? Tanpa perjuangan tidak akan ada kemenangan. Saya tidak gentar menghadapi keberatan dan kesusahan, saya merasa cukup kuat untuk mengatasinya.”

2. Dia Bakal Jadi Influencer Pendidikan & Kesetaraan Gender

Di masa hidupnya, Kartini tidak bisa “diam”, terus memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan. Dia tidak pernah memikirkan kesenangan untuk dirinya sendiri. Atau asyik-asyik healing sendiri. Sekarang? Mungkin ia akan aktif menyuarakan isu-isu girls empowerment, mental health, buku, dan literasi digital. Dia nggak akan hanya sebatas “menginspirasi”, tetapi aktif membuka ruang diskusi, berkolaborasi dengan komunitas, bahkan membuat gerakan sosial lewat hashtag.

“Saya malu sekali memikirkan kepentingan pribadi. saya berpikir-pikir dan mengelamun tentang keadaan saya sendiri dan di luar, di sekekliling saya demikian banyaknya orang yang hidup menderita dan sengsara. Seolah-olah udara tiba-tiba bergetar disebabkan oleh suara orang-orang menderita disekeliling saya yang menjerit, mengerang dan mengeluh. Lebih keras lagi dari suara mengerang dan mengeluh terdengar bunyi mendesing dan menderau dalam telinga saya: Bekerja! Bekerja! Bekerja! Berjuanglah membebaskan diri! Baru setelah kamu bekerja membebaskan diri, akan dapatlah kamu menolong orang lain! Bekerja! Suara itu saya dengar terang sekali.”

Foto: Freepik

3. Gaya Bicara dan Pandangannya Unik

Di tulisannya, seperti yang dikompilasi di buku Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), kita akan menemukan gaya bahasanya yang puitis tapi tegas, tulus tapi kritis. Ini kombinasi yang jarang. Terlebih lagi di TikTok. Apalagi di tengah banjir konten hiburan, joget-joget, muncul satu akun yang membahas sejarah, kemanusiaan, pergerakan, dan pendidikan dengan cara yang autentik? Pastinya akan menarik perhatian. Mungkin dia tidak akan sampai booming, dengan followers puluhan ribu, atau bahkan jutaan, sebagaimana influencer hiburan, tetapi dia akan menarik para progresif yang haus akan kedalaman makna.

“Saya ingin supaya perempuan-perempuan Indonesia dapat merasakan terang itu. Bukan hanya terang jasmani, tetapi terang rohani, yang akan memperbaiki nasib mereka. Dalam pandangan saya, pendidikan adalah kunci dari kebebasan perempuan.”

4. Selalu Punya Opini atas Segala Sesuatu

Salah satu ciri khas Kartini dia selalu punya opini atas segala hal—dari peran perempuan, pendidikan, budaya, hingga isu kebebasan berpikir. Dan yang menarik, opininya selalu disampaikan dengan cara yang cerdas, tajam, tetapi tetap elegan.

Di era TikTok, ini adalah modal besar. Netizen sekarang suka pada sosok yang punya voice, bukan hanya noise. Kartini bakal jadi pembicara yang didengar karena keberaniannya mengungkap opini secara terbuka, logis, dan tulus.

“Tapi bukankah kegelapan ini justru akan membuat cahaya itu tampak lebih terang? Maksud Tuhan terhadap kita adalah baik. Hidup ini diberikan kepada kita sebagai rahmat dan tidak sebagai beban; kita manusia sendiri umumnya membuatnya jadi kesengsaraan dan penderitaan.”

5. Kritis Melawan Patriarki

Kartini adalah suara yang keras dan lantang dalam menentang sistem patriarki yang menindas perempuan. Ia tak akan bucin dan baperan ke pasangan, bahkan sebaliknya, berani mengkritik sistem sosial yang membuat perempuan tak punya kuasa atas hidupnya sendiri:

Kalau Kartini hidup hari ini, ia akan jadi aktivis sosial yang tak hanya menyuarakan kesetaraan gender, tetapi juga mengedukasi publik soal toxic masculinity, kekerasan dalam rumah tangga, dan pentingnya relasi sehat berbasis keadilan dan saling menghargai.

“Di dunia Jawa, cinta merupakan khayalan… Dan apakah kamu membayangkan siksaan yang harus diderita seorang wanita, jika suaminya pulang bersama wanita lain? Suami dapat menyiksanya sampai mati… Kalau suaminya tidak mau menceraikannya, sampai mati pun wanita itu tidak akan memperoleh hak!”

6. Dia Bukan Cuma Ngomong, Tetapi Bertindak

Yang membuat Kartini beda bukan cuma omongannya yang keren, tetapi juga tindakannya. Di usia muda, dia mendirikan sekolah untuk perempuan, menyuarakan kebebasan berpikir, dan menantang budaya patriarki yang sangat kuat waktu itu. Kalau sekarang, dia pasti aktif bikin gerakan sosial berbasis komunitas, membangun start up, bahkan bisa saja jadi pembicara internasional.
Dan kita, generasi sekarang, punya akses dan kebebasan yang jauh lebih luas dari Kartini dulu. Jadi, kalau Kartini bisa bersinar di zaman yang membungkamnya, apa alasan kita untuk tidak bergerak hari ini?

“Saya tahu, saya sudah tidak bisa mengubah keadaan saya, tetapi saya ingin mengubah nasib perempuan-perempuan yang terbelenggu oleh kebodohan dan ketidakadilan.”

BACA JUGA: Tips Membangun Jiwa Kepemimpinan Anak Perempuan agar Tumbuh Berdaya

Cover: Freepik

Share Article

author

Ficky Yusrini

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan