Sorry, we couldn't find any article matching ''

Taklukkan ‘The Seven Summits’, Dua Pendaki Wanita Meninggal di Carstensz Akibat Hipotermia
Mulai mendaki sejak SMA, dua pendaki Wanita harus berpisah di titik tertinggi Papua, Puncak Carstensz. Ketahui juga penyebab hipotermia dan tips mendaki yang aman berikut ini.
Ekspedisi pendakian ke Puncak Carstensz berujung duka setelah dua pendaki perempuan dilaporkan meninggal dunia akibat dugaan hipotermia. Kedua wanita tersebut adalah Lilie Wijayanti (60) Poegiono dan Elsa Laksono (60). Sahabat yang sudah mendaki gunung sejak SMA tersebut ditemukan meninggal dunia di Puncak Carstenz atau yang dikenal dengan Puncak Jaya atau Carstenz Pyramid, Papua.
Lilie dan Elsa dinyatakan meninggal pada Sabtu (01/03/2025) sekitar pukul 02.07 WIT karena mengalami hipotermia akibat serangan cuaca buruk. Sebagai informasi, pendakian mereka terakhir ini bertujuan untuk melengkapi cita-cita mereka dalam menaklukan tujuh puncak gunung tertinggi di Indonesia. Dikenal sebagai pendaki veteran, berikut kisah persahabatan Lilie dan Elsa yang harus berakhir tragis.
BACA JUGA: Tips Ajak Anak Remaja Naik Gunung
Kronologi Kejadian
Kedua korban bersama dengan rombongan mulanya terbang dari Bandara Timika menggunakan helikopter milik PT Komala Indonesia berjenis AS 350 B3 (PK-KIE) menuju Yellow Valley pada Rabu (26/02/2025). Perjalanan yang melibatkan 10 pendaki bersama 5 guide tersebut pun dilanjutkan dengan menyeberangi Jembatan Tyrolean pada Jumat (28/02/2025). Sekitar pukul 14.00 WIT, rombongan diperkirakan sudah tiba di puncak.
“(Pukul) 19.30 info dari octries (guide) Ruslan dan Abdullah turun. Dan mengabarkan semua sudah summit hanya ada 2 orang atas nama Indira dan Saroni terkena gejala AMS di area bawah puncak. Saat perjalanan turun Ruslan tiba di Teras Besar, tim tamu dan guide berada sebelum Tyrolean,” ungkap I Wayan Suyatna selaku Kepala Kantor SAR Mimika.
Berikutnya, sekitar pukul 20.29 WIT, basecamp pun melakukan briefing untuk mengupayakan pertolongan. Pada 20.45, salah satu guide bernama Nurhuda tiba di basecamp seorang diri dengan gejala hipotermia. Pendaki pun langsung meminta bantuan kepada tim di basecamp karena radio off dan guide untuk naik ke puncak membawa bantuan emergency.
Seorang guide internasional bernama Dawa Gyalje Sherpa juga ikut naik ke puncak untuk melakukan pertolongan sekitar pukul 21.48 WIT. Ia mencoba membantu dua pendaki ibu-ibu yang diketahui bernama Elsa dan Lilie di Teras Dua yang sedang mengalami AMS. Namun, nahasnya nyawa pendaki kedua wanita tersebut tidak dapat tertolong dan jasadnya dievakuasi segera menggunakan helikopter.
13 Orang Selamat dan Evakuasi Sempat Dihentikan
SAR mengungkapkan bahwa 13 orang lain yang tergabung dalam rombongan pendakian tersebut dinyatakan selamat. Dari data yang diterima, ada tiga orang Warga Negara Asing (WNA) yang ikut dalam rombongan itu beserta penyanyi Fiersa Besari. Selain itu, pihak SAR juga menjelaskan bahwa proses evakuasi sempat dihentikan karena masalah cuaca.
“Sementara (pendaki lain) dalam keadaan baik. Dihentikan sementara dikarenakan cuaca yang tidak mendukung. Rencana pelaksanaan evakuasi dilanjutkan pada besok hari (3/1),” tutur Kepala Kantor SAR Mimika I Wayan Suyatna.
Kisah Persahabatan Lilie dan Elsa
Foto: Instagram @explorewithelsa
Persahabatan yang terjalin sejak masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) antara Lilie dan Elsa harus berakhir tragis di Puncak Carstensz, Papua. Keduanya dipertemukan dengan hobi yang sama dan mulai mendaki pada jenjang SMA. Meninggal di usia yang sama, yakni 60 tahun, perjalanan mereka tidak hanya mencerminkan ketahanan fisik, tetapi juga menggambarkan kekuatan ikatan persahabatan yang mampu bertahan selama puluhan tahun.
Meskipun hubungannya sempat renggang dan terputus lama karena kesibukan masing-masing, tetapi berkat kekuatan sosial media keduanya dipertemukan kembali. Salah satu kenangan istimewa Lilie dan Elsa adalah saat keduanya berusaha menaklukan Gunung Semeru sebagai bentuk hadiah ulang tahun Elsa ke-50. Namun, mereka gagal dan tidak dapat mencapai puncak.
Meskipun sempat menghadapi kegagalan dan kesedihan, kedua sahabat itu justru tetap bersemangat melanjutkan pendakian ke berbagai gunung dengan penuh kegembiraan. Lilie dan Elsa kemudian membentuk grup pendakian bernama ‘Kura-Kura Gunung’. Sejak saat itu, menjelajah alam bukan hanya menjadi simbol kebersamaan mereka, tetapi juga tantangan pribadi yang terus mereka taklukkan bersama.
Tak berhenti di situ, Lilie dan Elsa memiliki mimpi besar untuk menaklukkan tujuh puncak tertinggi di Indonesia atau yang dikenal sebagai ‘The Seven Summits’. Dari Jawa hingga Papua, perjalanan ini membawa mereka menjelajahi berbagai gunung tertinggi di Nusantara. Mereka berhasil mencapai puncak Gunung Semeru, Rinjani, Kerinci, Bukit Raya, Latimojong, dan Binaiya.
Puncak Carstensz di Papua menjadi pencapaian terakhir dalam perjalanan panjang mereka. Dengan tekad yang kuat dan persiapan yang matang, Lilie dan Elsa memulai ekspedisi menuju puncak tertinggi di Indonesia. Namun, tantangan alam yang tak terduga mengubah petualangan ini menjadi tragedi yang tak pernah mereka bayangkan, menjadikannya pendakian terakhir dalam hidup mereka.
Apa itu Hipotermia?
Melansir dari Mayo Clinic, Hipotermia merupakan kondisi yang terjadi saat suhu tubuh turun di bawah 35 derajat Celcius. Kondisi ini menyebabkan tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuannya menghasilkan panas, yang menyebabkan suhu tubuh rendah yang berbahaya. Seperti yang diketahui bahwa suhu normal tubuh berada di sekitar 37 derajat Celcius.
Gejala Hipotermia
Gejala hipotermia dapat berkembang secara bertahap, mulai dari ringan hingga berat. Berikut ini beberapa gejala umum yang perlu diwaspadai.
- Denyut nadi lemah
- Menggigil terus-menerus
- Pernapasan cepat
- Mengantuk
- Penurunan kesadaran
- Kebingungan
- Kecanggungan dan kurangnya koordinasi
- Kelelahan
- Bicara tidak jelas atau bergumam
- Warna kulit pucat
Penyebab Hipotermia
Foto: Freepik
Mengutip dari Penn Medicine, hipotermia dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya sebagai berikut.
- Berada di luar tanpa pakaian pelindung yang cukup pada musim dingin
- Jatuh ke air, danau, sungai, atau perairan lainnya
- Mengenakan pakaian basah saat cuaca dingin atau berangin
- Aktivitas yang berat serta cairan dan makanan tidak cukup
Cara Mencegah Hipotermia saat Mendaki Gunung
Meskipun hipotermia sangat mungkin terjadi saat melakukan pendakian di gunung, tetapi terdapat sekian cara yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Ikuti langkah berikut ini.
- Menggunakan pakaian hangat dan berlapis, seperti jaket tahan air dan tahan angin
- Memakai aksesori pendukung, seperti topi, sarung tangan, dan kaus kaki agar tetap hangat
- Menjaga tubuh agar tetap hangat dan kering, hindari berkeringat berlebihan dengan mengatur kecepatan pendakian
- Segera mengganti pakaian jika berkeringat atau terkena hujan
- Mengonsumsi minuman dan makanan yang hangat, dengan mengonsumsi makanan yang tinggi kalori, seperti cokelat, kacang-kacangan, atau makanan berlemak
- Menggunakan sleeping bag yang sesuai dengan matras agar tidak kehilangan panas ke tanah
- Manajemen istirahat dengan baik, lakukan istirahat setiap 45–60 menit selama 5–10 menit untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas dan pemulihan energi.
Tips untuk Ibu Petualang yang Hendak Melakukan Pendakian dengan Aman
Foto: Freepik
Menjadi ibu tidak berarti harus berhenti berpetualang! Namun, keselamatan tetap menjadi prioritas utama. Berikut beberapa tips agar ibu petualang tetap aman saat mendaki gunung atau melakukan aktivitas ekstrem.
1. Mempersiapkan Fisik dan Mental
Sebelum melakukan pendakian, penting bagi Mommies untuk memastikan kondisi tubuh dalam keadaan prima. Persiapan fisik dan mental yang baik akan membantu dalam menghadapi tantangan di alam terbuka. Latihan fisik, seperti jogging, hiking ringan, atau latihan kekuatan dapat meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.
2. Perencanaan yang Matang
Cek prakiraan cuaca beberapa hari sebelum dan saat hari keberangkatan untuk menghindari kondisi ekstrem seperti badai atau hujan lebat. Jangan lupa juga untuk mempelajari jalur pendakian, termasuk rute masuk dan keluar, sumber air, serta tempat perlindungan darurat. Kenali tingkat kesulitan medan untuk menyesuaikan dengan kondisi fisik dan pengalaman.
3. Mempersiapkan Peralatan yang Tepat dan Aman
Pilih tas carrier yang sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan Mommies (30-40L untuk pendakian singkat, 50L ke atas untuk pendakian lebih lama). Atur isi tas dengan bijak, tempatkan barang yang sering digunakan di bagian atas atau saku luar untuk akses yang lebih mudah. Beberapa alat pendakian yang wajib disiapkan pendaki, antara lain pisau lipat, korek api, headlamp, jas hujan, pakaian ganti, air minum, serta kantong plastik.
4. Mempelajari Hal Dasar Pendakian
Sebelum mendaki gunung atau melakukan aktivitas ekstrem, Mommies perlu memahami dasar-dasar pendakian agar perjalanan lebih aman dan nyaman. Jaga ritme berjalan sesuai dengan kemampuan, jangan terlalu cepat atau terlalu lambat. Selain itu, pendaki juga perlu memahami aspek teknis lainnya, seperti pengelolaan logistik serta cara memasak yang tepat agar perjalanan mendaki berjalan lancar.
5. Memberitahukan Rencana Pendakian pada Orang Terdekat
Sebelum memulai pendakian, sangat penting untuk memberitahukan rencana perjalanan kepada orang terdekat, seperti pasangan, teman, atau orang tua agar mereka dapat memantau keselamatan dan mengambil tindakan jika terjadi keadaan darurat. Informasikan detail perjalanan, meliputi nama lokasi yang hendak dikunjungi, rute yang diambil, perkiraan waktu, hingga berikan kontak anggota tim pendakian lain.
Dengan perencanaan yang matang, persiapan yang baik, dan kesadaran akan keselamatan, Mommies bisa menikmati aktivitas ekstrem dengan aman dan menyenangkan. Semoga membantu!
BACA JUGA: 7 Fakta Penting Tentang Hipotermia yang Bisa Membahayakan Nyawa
Ditulis oleh: Nariko Christabel
Cover: Instagram @explorewithelsa
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS