banner-detik
PARENTING & KIDS

7 Hal yang Harus Dihindari saat Anak Tantrum, Orang Tua Harus Tahu!

7 Hal yang Harus Dihindari saat Anak Tantrum, Orang Tua Harus Tahu!

Untuk menghindari keadaan kian memburuk, orang tua harus paham caranya menenangkan anak dan apa yang jangan dilakukan saat anak mengalami tantrum.

Tantrum pada anak adalah hal yang wajar dan sering terjadi. Namun, cara orang tua menangani tantrum sangat memengaruhi reaksi anak dan bagaimana anak belajar mengelola emosinya di masa depan. Hindari salah penanganan agar tantrum tidak semakin parah. Simak saran psikolog cara mengatasi anak tantrum.

Apa Itu Tantrum?

“Tantrum atau temper tantrum adalah ledakan emosi marah dan frustrasi yang umum terjadi pada anak-anak, terutama usia 2-4 tahun. Ledakan emosi ini merupakan bagian dari perkembangan normal pada anak untuk belajar meregulasi diri dan mengekspresikan emosi. Tantrum bisa tampil dalam bentuk fisik, verbal, atau keduanya. Perilaku Tantrum yang sering terlihat adalah menangis, memukul, mendorong, menjatuhkan diri ke lantai, menggigit, berteriak, atau melempar barang,” papar Nurul Annisa, M. Psi., Psikolog, yang berpraktik di SAUH (Sahabat Satu Hati), Jati Padang, Jakarta Selatan.

BACA JUGA: Ini Bahayanya Jika Orang Tua Enggan Memberikan Pendidikan Seks kepada Anak

Alasan Anak Tantrum

Psikolog Nurul menjelaskan bahwa ada banyak hal yang bisa memicu anak tantrum, “Tantrum terjadi karena kemampuan regulasi diri yang memang belum berkembang optimal, sehingga anak belum bisa mengatur energi dan perilaku mereka.”

“Ditambah lagi, kemampuan bahasa yang belum optimal membuat anak belum bisa menyampaikan denganbaik kebutuhan mereka secara lisan. Hal ini seringkali membuat orang dewasa sulit memahami, sehingga anak juga ikut frustasi karena tidak ada yang mengerti kebutuhan mereka. Begitu pula halnya dengan anak yang memiliki tantangan untuk berbicara sesuai dengan usianya,” imbuh Psikolog Nurul.

Kondisi-kondisi lain yang menyebabkan anak mengalami tantrum adalah:

  • Ingin mendapatkan perhatian dari orang dewasa di sekitar.
  • Menghindari untuk melakukan sesuatu, misalnya harus merapikan mainan, meninggalkan area bermain, makan, atau tidur.
  • Ingin sesuatu, seperti mainan, nonton televisi, dan lain lain.
  • Lapar dan lelah.

Tantrum dikatakan normal sebagai bagian dari perkembangan sampai anak berusia kurang lebih 3-4 tahun. Dengan durasi 1-3 menit, bahkan mungkin terkadang bisa sampai 15 menit. Frekuensinya cukup beragam, namun rata-rata anak usia 2-3 tahun mungkin akan tantrum 1-3 kali perminggu. Tingkat keparahan, durasi, dan frekuensi secara alami akan berkurang seiring bertambahnya usia anak.

Foto: Phil Nguyen on Pexels

Hal yang Harus Orang Tua Hindari ketika Anak Tantrum

Menangani anak tantrum memang membutuhkan kesabaran. Dengan menghindari tujuh kesalahan ini, orang tua bisa mengurangi risiko situasi jadi memburuk.

1. Mengabaikan atau menyepelekan perasaan anak

Ketika anak mulai tantrum, orang tua sering kali merasa bahwa penyebabnya sepele. Tidak jarang, mereka mengatakan, “Ah, cuma mainan jatuh, nggak usah pake acara nangis!” atau “Kamu tu kok lebay banget sih, Dek!” Namun, bagi anak, apa yang mereka rasakan adalah sesuatu yang besar.

Mengabaikan atau menyepelekan perasaan mereka bisa membuat anak merasa tidak dipahami dan semakin frustrasi. Sebaliknya, coba akui perasaan mereka, misalnya dengan mengatakan, “Kamu kesel karena mainanmu jatuhke kolong lemari ya? Mama ambilkan ya.”

2. Menyuruh anak berhenti marah atau sedih

Mengatakan “Jangan marah!” atau “Berhenti menangis!” kepada anak yang sedang tantrum justru bisa memperburuk keadaan. Anak belum memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosinya seperti orang dewasa.

3. Berbohong untuk menghindari tantrum

Sering kali, orang tua tergoda untuk berbohong agar anak tidak tantrum, seperti mengatakan bahwa toko mainan tutup padahal sebenarnya tidak. Meskipun terlihat sebagai solusi instan, kebiasaan ini bisa berdampak buruk.

Anak bisa kehilangan kepercayaan kepada orang tua dan mungkin akan semakin sulit dikendalikan ketika mereka menyadaritelah dibohongi. Lebih baik jujur dengan memberikan alasan yang jelas dan sederhana.

4. Membuat anak merasa bersalah dengan menyalahkan perasaan mereka

Mengatakan “Kamu bikin Mama sedih kalau bertingkah seperti ini!” atau “Papa jadi sedih karena kamu rewel.” bukanlah cara yang efektif untuk mengatasi tantrum. Anak tidak bertanggung jawab atas emosi orang tua.

Sebaliknya, orang tua perlu tetap tenang dan membantu anak memahami perasaannya sendiri. Jika anak tantrum, tetaplah bersikap sabar dan tunjukkan bahwa mereka dicintai meskipun sedang kesal atau marah.

5. Orang tua malah marah-marah

Saat menghadapi anak tantrum, tidak jarang orang tua ikut terpancing emosi dan membalas dengan berteriak atau marah. Padahal, ini justru akan memperburuk situasi. Jika orang tua menunjukkan kemarahan, anak bisa menjadi lebih defensif dan tantrumnya semakin parah.

6. Menggunakan sarkasme atau mengejek anak

Menggunakan sarkasme seperti “Oh ya, kamu memang anak yang paling menderita sedunia yaaa!” atau “Wah, kayak kiamat ya kalau kamu nggak dapat permen!” atau “Nggak usah teriak-teriak, Mama nggak tuli!’ hanya akan membuat anak merasa diremehkan.

Selain itu, anak kecil belum memahami sarkasme, sehingga mereka mungkin semakin bingung dan kesal. Cobalah untuk tetap tenang dan berbicara dengan nada yang lembut, seperti “Mama tahu kamu sangat kepingin permen, tapi hari ini kita tidak akan membelinya.”

7. Menyerah dan menuruti keinginan anak

Salah satu kesalahan terbesar yang sering dilakukan orang tua saat anak tantrum adalah menyerah dan memberikan apa yang mereka inginkan agar tantrum berhenti. Jangan mengabulkan kemauan anak yang dimunculkan dengan tantrum. Hal ini akan membantu anak belajar bahwa tantrum tidak menjadi solusi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Foto: Nicola Barts on Pexels

Cara Mengatasi Anak Tantrum 

Agar tantrum lebih jarang terjadi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua:

1. Tetap tenang

Orang tua perlu memahami bahwa ini adalah bagian dari perkembangan anak sehingga bisa menyesuaikan ekspektasi ketika berada di situasi tersebut. Jangan khawatirkan penilaian orang-orang yang melihat anak Mommies sedang tantrum.

2. Berikan anak ruang untuk mengekspresikan emosi

Tetap dampingi anak untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti anak menyakiti diri sendiri. Pastikan lingkungan di sekitar anak cukup aman untuk menghindari luka fisik.

3. Memvalidasi perasaan anak

Orang tua bisa memvalidasi emosi anak dengan kalimat “Kamu sedih ya karena gak dibolehin beli ice cream? It’s ok”. Namun hindari untuk mengajak diskusi lebih lanjut di saat anak sedang tantrum karena tidak akan efektif. Diskusi bisa dilanjutkan saat anak sudah tenang.

4. Pahami apa yang membuat anak merasa lebih baik saat sedang tantrum

Tidak semua anak ingin dipeluk atau disayang-sayang. Orang tua bisa memberikan pilihan kepada anak,apakah mau dipeluk, butuh minum, atau lainnya.

5. Alihkan perhatian anak

Pengalihan pada beberapa anak masih cukup efektif untuk meredakan tantrum, terutama pada saat awal-awal anak mulai menunjukkan tantrum, seperti terlihat mulai merajuk. Bawa anak keluar dari toko mainan atau ruangan dan tunggu hingga ia menjadi tenang. Bisa juga dialihkan dengan kegiatan lain, misalnya anak minta dibelikan ice cream, coba alihkan dengan menawarkan makan makanan lain yang juga ia suka.

6 Diskusikan situasi tantrum tersebut ketika anak sudah tenang

Diskusikan pandangan Mommies terhadap tuntutan anak. Ini dapat dilakukan dengan menjelaskan kenapa ia tidak diperbolehkan beli mainan atau makan es krim. Sampaikan juga perilaku apa yang diharapkan dari anak ketika ia merasa frustasi, misalnya sampaikan secara lisan, boleh menangis namun tidak boleh memukul, dan lain lain. Ini akan membantu anak memiliki banyak referensi untuk mengekspresikan marah pada situasi-situasi lain.

BACA JUGA: 8 Kerajinan Tangan untuk Anak Menggunakan Bahan Daur Ulang, Bikin Anak Kreatif!

Cover: Keira Burton on Pexels

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan