banner-detik
PARENTING & KIDS

Kenali Fase Phalic: Ketika Anak Punya Kebiasaan Pegang Alat Kelamin

author

RachelKaloh3 days ago

Kenali Fase Phalic: Ketika Anak Punya Kebiasaan Pegang Alat Kelamin

Kebiasaan pegang alat kelamin merupakan tanda perkembangan psikoseksual ketika anak memasuki fase phalic. Namun, hal ini tetap perlu orang tua perhatikan! 

Mungkin Mommies pernah sesekali mendapati anak balita sedang memegang alat kelaminnya. Awalnya mungkin biasa saja, tapi, kok, lama-lama jadi kebiasaan, sampai Mommies bertanya-tanya, apakah hal ini wajar? Hal ini bisa terjadi ketika anak sedang memasuki fase Phalic, sebagai salah satu tahap perkembangan psikoseksual yang biasanya dialami anak usia balita. Namun, bukan karena ini normal lalu kita jadi abai dan keliru dalam menyikapinya. Orang tua tetap perlu memperhatikan beberapa hal penting berikut ini, sesuai dengan arahan dari psikolog Nikita Yudharani, M.Psi.,Psikolog.

Tentang Fase Phalic

Fase Phalic merupakan salah satu tahap perkembangan psikoseksual yang terjadi pada anak menurut teori perkembangan psikoseksual yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Teori ini membahas tentang bagaimana kepribadian seseorang berkembang dilihat dari perkembangan psikoseksual anak sejak kecil, yang nantinya akan memengaruhi bagaimana karakter atau kepribadian seseorang saat ia dewasa. 

Tanda ketika anak mengalami fase phalic

Fase phalic biasanya terjadi ketika anak memasuki usia 3 hingga 5 tahun. Perkembangan ini biasanya ditandai ketika anak mulai menunjukkan rasa ingin tahu yang lebih besar terhadap tubuhnya, termasuk organ intimnya. Ia pun terlihat senang memperhatikan bahkan memegang alat kelaminnya sendiri. Wajar bila keadaan ini akhirnya membuat orang tua khawatir, dan kemudian menimbulkan pertanyaan:

Kenapa, sih, anak, kok, senang memegang alat kelamin?

Selain karena ini merupakan bagian dari perkembangan normal yang akan dilalui anak-anak pada umumnya, memegang anggota tubuh juga bisa dilakukan atas dasar kenyamanan, terlebih saat mereka merasa cemas, atau bisa juga muncul ketika anak sedang berada dalam situasi “idle”. Ketika anak memegang atau menggesekkan kemaluannya, anak menemukan sensasi tersebut nyaman atau menyenangkan. Namun, di sini hasrat seksual anak belum terbentuk layaknya kita, orang dewasa. Sehingga, aktivitas ini bisa dibilang merupakan cara normal anak dalam mengeksplorasi tubuhnya. 

Bagaimana menyikapi anak yang sedang dalam fase phalic?

Meski hal ini wajar karena memang merupakan bagian dari fase perkembangan psikoseksual pada anak, tentu ada kalanya orang tua merasa cemas bila ini terjadi secara berlebihan. Maka, ketika anak menunjukkan kenyamanannya memegang alat kelamin, sikapi dengan cara berikut:

1. Kendalikan cara kita merespon

Hindari merespon tindakan anak dengan teriakan dan ekspresi marah yang berlebihan. Respon ini dapat memberikan pesan bahwa anak melakukan sesuatu yang memalukan dan buruk sehingga membuatnya menangis bahkan trauma. Hindari juga menertawainya, agar anak tidak merasa bahwa tindakannya ini menarik perhatian Anda sehingga memancingnya untuk sering melakukannya.

2. Berikan anak pemahaman

Mulai dari menyebut alat kelaminnya dengan sebutan yang sesuai, yakni “penis” dan “vagina”, menjelaskan fungsi dari alat kelaminnya tersebut (yang paling dekat dengan kegiatan sehari-hari seperti ketika pipis), dan pentingnya menjaga alat kelamin dalam keadaan bersih setiap habis BAK dan BAB. Memegang alat kelamin dalam konteks saat membersihkan juga hanya bisa dilakukan di WC, tidak sembarangan di tempat umum. Selain itu, berikan pemahaman bahwa alat kelamin adalah organ sensitif, yang sebaiknya tidak dipegang sembarangan, apalagi disentuh sembarang orang. 

3. Tanamkan kebiasaan langsung pakai baju

Biasanya, memegang kelamin terjadi ketika anak dalam keadaan telanjang, atau celana dalamnya terbuka, seperti habis mandi, habis pis atau pup. Biasakan untuk segera mengajak anak memakai bajunya. “Ayuk, pakai celananya, yuk, supaya kita bisa main lagi!” Hal ini penting supaya anak tidak memiliki kebiasaan telanjang, serta agar ia paham bahwa aktivitas bermain perlu dilakukan dalam keadaan berpakaian.

4. Alihkan perhatiannya

Ketika anak nampak fokus menikmati aktivitas memegang alat kelaminnya, Anda bisa membantu mengalihkan perhatiannya dengan mengajak bermain atau melakukan aktivitas lain yang membuatnya semangat, seperti masak bersama, menggambar, mewarnai, bikin kreasi mainan, main bola, lompat-lompatan, dan sebagainya. Pengalihan ini dilakukan juga untuk mengurangi fase “idle” pada anak. 

Pentingnya peran orang tua saat anak mengalami fase phalic

Fase phalic pasti dialami oleh anak, hanya saja, fase ini bisa tidak selesai atau kurang terstimulasi dengan baik. Di sinilah pentingnya peran orang tua, karena seorang anak akan dianggap berhasil melewati fase ini ketika ia sudah mampu mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki atau perempuan. Tentu, dengan cara mengadopsi jenis kelamin yang sama dengan orangtuanya. Anak laki dengan ayah, dan anak perempuan dengan ibu. Jadi, jika peran salah satu orang tua tidak optimal, maka bisa menjadi faktor risiko adanya masalah perkembangan atau kepribadian nantinya.

Baca juga: Ini Bahayanya Jika Orang Tua Enggan Memberi Pendidikan Seks kepada Anak

Yang perlu diperhatikan saat fase phalic

Waspada bila anak memegang alat kelaminnya secara berlebihan dengan disertai keluhan. Biasanya, ketika ini terjadi, anak terlihat tidak nyaman, sementara fase phalic terjadi ketika anak justru nyaman memegang alat kelaminnya. Maka, Anda perlu konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk memastikan tidak ada masalah kesehatan atau psikologis yang mendasarinya.

Image by kues1 on Freepik

Share Article

author

RachelKaloh

Ibu 2 anak yang hari-harinya disibukkan dengan menulis artikel dan content di media digital dan selalu rindu menjalani hobinya, menjahit.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan