Belajar dari Kasus Vadel, Berikut 7 Tips Mendidik Anak agar Bijak dalam Berpacaran

Parenting & Kids

Mommies Daily・3 days ago

detail-thumb

Resmi ditetapkan sebagai tersangka, Vadel Badjideh terancam hukuman 15 tahun penjara atas tindak persetubuhan dan aborsi. Kenali bahaya aborsi juga di sini!

Setelah melewati proses panjang, Tiktokers Vadel Badjideh akhirnya resmi ditetapkan sebagai tersangka atas kasus dugaan asusila terhadap anak di bawah umur. Keputusan ini ditetapkan setelah aktris Nikita Mirzani melaporkan tindak dugaan pelecehan dan aborsi kepada putrinya berinisial LM ke Polres Metro Jakarta Selatan pada September 2024.

Sebelumnya, Vadel telah menjalankan pemeriksaan intensif oleh pihak kepolisian di Polres Metro Jakarta Selatan dengan 53 pertanyaan. Setelah itu, penyidik melakukan gelar perkara dan kemudian menetapkan Vadel sebagai tersangka. Vadel dijerat Pasal 76D Jo Pasal 81 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Anak, dengan hukuman 15 tahun penjara.

BACA JUGA: Jangan Panik! Ini 5 Tips Hadapi Fase Anal pada Perkembangan Seksual Anak

Kronologi Kasus

Foto: CNN Indonesia

Kasus yang menjerat Vadel Badjideh menjadi tersangka bermula dari Nikita Mirzani bersama kuasa hukumnya, Fachmi Bachmid, mendatangi Polres Metro jakarta pada 12 September 2024. Ia melaporkan Vadel Badjideh atas kasus persetubuhan anak di bawah umur dan aborsi terhadap anak kandungnya, LM.

Laporan tersebut pun teregistrasi dengan nomor LP/B/2811/IX/2024/SPKT/POLRES METRO JAKSEL/POLDA METRO JAYA. Dalam laporan itu, Nikita mengungkapkan adanya dugaan pelanggaran terhadap Pasal 6D dan atau Pasal 77 A Jo 45 A UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan atau 421 KUHP Jo Pasal 60 UU Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dan atau Pasal 346 KUHP Juncto 81 KUHP.

Sejak saat itu, pihak kepolisian pun menindaklanjuti kasus dengan memanggil sejumlah saksi, termasuk korban dan orang-orang terdekatnya. Vadel juga dimintai keterangan sebagai saksi dan sempat membantah laporan pelecehan seksual terhadap kekasihnya, LM. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak pernah berhubungan intim selama berpacaran, terlebih meminta kekasihnya, LM untuk melakukan aborsi.

Namun, setelah pemeriksaan pertama, tepatnya pada Kamis (13/02/2025), bersama dengan kuasa hukumnya, Razman, Arif Nasution, Vadel dicecar sekitar 53 pertanyaan. Setelah pemeriksaan selesai, penyidik melakukan gelar perkara dan memutuskan untuk meningkatkan status Vadel menjadi tersangka. Keputusan ini juga didukung oleh alat bukti dan keterangan dari ahli terkait visum terhadap LM, beberapa waktu lalu di RSCM.

Bahaya Aborsi pada Kesehatan

Melansir dari Louisiana Department of Health, risiko komplikasi pada aborsi dapat meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Berikut ini beberapa risiko aborsi yang perlu diketahui.

  1. Infeksi panggul
  2. Aborsi tidak tuntas
  3. Gumpalan darah di rahim
  4. Perdarahan hebat
  5. Leher rahim yang terpotong atau robek
  6. Perforasi dinding rahim
  7. Komplikasi terkait anestesi

Tips Orang Tua Membentengi Anak agar Tidak Berpacaran secara Berlebihan

Foto: Freepik

Salah satu tantangan yang sering muncul di masa remaja adalah pergaulan, terutama dalam hal berpacaran. Wajar jika anak mulai tertarik dengan lawan jenis, tetapi sebagai orang tua, Mommies bisa membentengi mereka agar tidak berpacaran secara berlebihan atau sampai merugikan masa depan mereka dengan mencoba tips berikut ini.

1. Menjadi Pendengar yang Baik dan Bangun Hubungan Dekat dengan Anak

Anak cenderung akan lebih merasa aman dan terbuka saat berbicara dengan orang tua tentang berpacaran saat Mommies bisa menjadi tempat curhat yang nyaman oleh mereka. Jadilah pendengar yang baik agar anak merasa didengarkan dan nyaman untuk bercerita, sehingga orang tua juga bisa mengetahui konteks ‘berpacaran’ dalam benak mereka.

2. Berikan Pemahaman Gaya Berpacaran yang Sehat

Jelaskan kepada anak bahwa hubungan yang sehat itu bukan tentang drama atau perasaan cinta yang berlebihan, melainkan tentang saling mendukung dan membangun satu sama lain. Tegaskan juga kepada mereka bahwa hubungan yang sehat memiliki beberapa faktor di dalamnya, seperti rasa hormat, saling menghargai, kepercayaan, kejujuran, komunikasi, dan saling mengerti satu sama lain.

3. Tetapkan Batasan yang Jelas

Mommies dapat membuat aturan tentang kapan anak boleh mulai berpacaran, bagaimana mereka boleh berinteraksi dengan lawan jenis, serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam hubungan. Pastikan aturan ini masuk akal dan sesuai dengan usia serta kedewasaan anak. Berikan batasan juga terkait waktu berpacaran, seperti hindari untuk pulang larut malam dan tidak membahas seks bersama pasangan.

4. Awasi Pergaulan Anak tanpa Terlalu Menekan

Langkah berikutnya yang bisa Mommies lakukan adalah mengetahui siapa saja teman-temannya dan bagaimana lingkungannya. Namun, hindari sikap yang terlalu mengekang karena hal ini justru bisa membuat anak semakin penasaran dan mencari cara diam-diam.

5. Mengajarkan Nilai tentang Harga Diri dan Kepercayaan Diri kepada Anak

Anak yang memiliki rasa percaya diri tinggi dan tahu bahwa dirinya berharga tidak akan mudah terjebak dalam hubungan yang tidak sehat. Dorong anak untuk mengenali kelebihan dan potensinya, serta belajar mencintai dirinya sendiri sebelum mencintai orang lain.

6. Latih Anak untuk Berpikir Kritis dan Tidak Mudah Terbawa Perasaan

Anak usia remaja seringkali terjebak dalam euforia berpacaran, sehingga terkadang sulit untuk berpikir secara rasional. Oleh karena itu, Mommies dapat mengajarkan kepada anak untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari hubungan mereka dan tidak membuat keputusan berdasarkan emosi sesaat. Ajarkan mereka juga cara mengatasi emosi negatif dengan cara yang sehat, seperti menulis jurnal, berolahraga, dan tidak ragu untuk berbicara kepada keluarga.

7. Mengenalkan Anak pada Lingkungan yang Positif

Dorong anak untuk berteman dengan orang-orang yang mendukung perkembangan positifnya. Jika anak berada di lingkungan yang sehat, mereka akan lebih mudah mempertahankan nilai-nilai yang sudah diajarkan oleh orang tua.

Pada dasarnya, orang tua perlu membimbing anak dengan cara yang bijaksana, tanpa bersikap terlalu mengekang, tetapi tetap memberikan panduan yang tegas. Dengan pendekatan yang penuh kasih serta komunikasi yang terbuka, anak akan lebih memahami batasan dalam menjalin hubungan dan mampu menjaga dirinya dengan lebih baik.

BACA JUGA: Fase Oral, Tahap Penting dalam Perkembangan Anak hingga Peran Orang Tua

Ditulis oleh: Nariko Christabel

Cover: Instagram @vadelbadjideh