Binky Paramitha: Ingin Hasil yang Instan jadi Tantangan Terbesar Pendidikan di Indonesia

#MommiesWorkingIt

Katharina Menge・3 days ago

detail-thumb

Mari mengenal sosok Binky Paramitha Iskandar, M. Psi, psikolog pendidikan yang ungkap tantangan terbesar dalam pendidikan di Indonesia.

Binky Paramitha Iskandar, M. Psi adalah salah satu sosok psikolog pendidikan yang punya mimpi mulia untuk Pendidikan di Indonesia. Cita-citanya untuk membangun sekolah sendiri pun kini sudah tercapai dengan berdirinya Sekolah Dandelion, yang merupakan bagian dari Rumah Dandelion, sebuah pusat edukasi yang didirikannya.

Mommies Daily pun berkesempatan untuk mengenal lebih dalam dengan sosok ibu dua anak ini dan mengulik inspirasi karier serta tipsnya dalam menjalani berbagai peran. Psikolog yang satu ini bahkan memberikan tips untuk para orang tua dalam menghadapi masalah pendidikan yang banyak dialami.

Yuk, kenalan dengan sosok Binky Paramitha!

BACA JUGA: 7 Penyebab Anak Tidak Dekat dengan Ayah, Ini Solusi dari Psikolog

Apa yang membuat kamu memutuskan berkarier sebagai seorang Psikolog, terutama Psikolog Pendidikan?

Sejak SMP saya bercita-cita untuk membangun sekolah sendiri. Ketika itu psikologi menjadi salah satu jurusan yang saya rasa bisa sejalan dengan cita-cita. Jadi, sejak kuliah S1, saya juga banyak ambil mata kuliah pilihan yang berkaitan dengan pendidikan, dan ketika melanjutkan S2, ranah psikologi pendidikan juga yang menjadi pilihan saya.

Apa tantangan dalam pendidikan di Indonesia dan apa yang bisa dilakukan oleh para orang tua menghadapi masalah itu?

Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah adanya kecenderungan untuk mendapatkan hasil secara instan dan kurang sabar dalam berproses. Hal ini berlaku baik untuk anak maupun orang tuanya.

Misalnya, anak/siswa yang cenderung lebih suka mendapatkan informasi dari tayangan pendek, dibandingkan dari video panjang ataupun membaca buku. Orang tua pun terkadang terjebak pada pikiran “daripada lama (ngajarinnya) mending aku yg kerjain aja, deh,” atau “daripada rewel/berisik, ya, sudah aku kasih aja, deh.”

Jadi saran saya, ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh orang tua:

  1. Menyadari bahwa ada kecenderungan hal tersebut di zaman sekarang yang segalanya serba instan dan tuntutan perubahan sangat cepat.
  2. Mulai dari diri sendiri untuk mau memberikan lebih banyak waktu dan tenaga untuk membantu anak berproses atau belajar (demi kemampuan life skill jangka panjang).
  3. Berikan anak kegiatan yang seimbang. Baik kegiatan on screen dan off screen, kegiatan fisik aktif, kegiatan sehari-hari untuk mengasah life skill, dan tentunya stimulasi untuk kematangan sosial emosionalnya.

Apakah tips pendidikan yang diterapkan pada kedua anakmu?

Kebutuhan pendidikan untuk setiap anak bisa jadi berbeda, maka perlu lakukan evaluasi secara berkala, baik ke anak (tanya apakah mereka menikmati proses belajarnya, merasa cukup tertantang, atau ada kendala lain), maupun evaluasi hasil tertulis dan diskusi dengan pihak pengajar. Bisa saja model pendidikan A dulu cocok untuk anak, tetapi ternyata saat ini sudah tidak sesuai lagi karena anak sudah berkembang dan ia membutuhkan tantangan yang lebih besar.

Siapa tiga support system terbaik kamu?

Support system paling pertama itu adalah suami. Karena tanpa support dan restu suami, rasanya bakal berat untuk menjalani peran-peran ini. Lalu yang kedua adalah keluarga, yaitu orang tua, kakak-adik saya, dan suami juga menjadi support sistem yang sangat penting dalam mendukung saya menjalani semua peran ini, terutama saat anak-anak masih kecil dulu.

Terakhir adalah ART dan supir yang jadi andalan saya ketika anak-anak sudah semakin besar dan mulai banyak kegiatan sekolah maupun les-les. Kalau gak ada mereka, rasanya saya ingin membelah diri.

Bagaimana cara menjaga hubungan dengan anak agar tetap dekat?

Tetap dengan sengaja meluangkan waktu untuk anak-anak. Cari tahu apa yang mereka butuhkan dan juga preferensi quality time bersama. Bisa jadi gaya si kakak dan adiknya berbeda, maka disesuaikan dengan yang mereka sukai.

Ada yang senangnya kalau ditemenin pas olahraga, ada yang senangnya spend time dengerin musik sambil baca buku di weekend, ada masanya maunya main semua sekeluarga seru-seruan. Atur waktu juga untuk bisa nge-date sendiri-sendiri, saya dengan anak pertama, saya dengan anak kedua, dan tentunya saya dengan suami.

Kalau menjaga hubungan dengan pasangan tetap hangat itu bagaimana?

Perlu diusahakan dan diprioritaskan. Karena biasanya setelah punya anak, prioritas suami istri jadi geser ke anak. Jadi, ya, perlu inget untuk ngobrolin tentang diri masing-masing (bukan cuma ngomongin urusan rumah dan anak) dan ngedate sama suami sesekali. Setahun sekali saya dan suami juga pergi liburan berdua, dan ini sebenarnya baru mulai 2 tahunan belakangan setelah anak-anak sudah besar.

Ketika sedang burn out, apa me time yang biasa kamu lakukan?

Istirahat. Melakukan apa yang saya suka, konsul dengan psikolog kesayangan, curhat sama suami dan sahabat, dan juga banyakin main.

Lanjutkan kalimat ini, “Menjadi perempuan di Indonesia itu…

Selalu ada tantangannya, tetapi saat ini peluang untuk perempuan Indonesia bisa berkarya juga semakin terbuka. Yuk, sama-sama saling support untuk perempuan Indonesia yang berdaya!

BACA JUGA: MD Ask the Expert: Tips Anak Percaya Diri di Hari Pertama Masuk Sekolah Ala Psikolog Pendidikan

Foto: Dok. Pribadi