Mommies yang punya anak perempuan wajib nonton Wicked karena banyak pelajaran penting yang bisa dipetik dari karakter Glinda dan Elphaba.
Seminggu kemarin, bener-bener a Wicked Week buat saya. Nggak nyesel, deh, nonton Wicked bareng anak, sengaja di studio Imax, biar pengalaman nontonnya nggak nanggung. Selain audio dan visualnya yang benar-benar memanjakan indra, melihat dan mendengar suara Ariana Grande, Cynthia Erivo, Jonathan Bailey, Michelle Yeoh, Jeff Goldblum (dan juga ada surprise guests!). No wonder bikin obsessed! Tapi, belajar dari karakter Glinda dan Elphaba di Wicked, ini yang sebetulnya wajib jadi pelajaran penting buat anak perempuan.
Ceritanya fokus pada histori bagaimana Glinda (Ariana Grande) pertama kali bertemu dengan Elphaba (Cynthia Erivo) saat keduanya menuntut ilmu di Shiz University. Sebelum mereka akhirnya menjadi sahabat, kedua karakter ini merupakan gambaran perempuan yang sangat berbeda, 180 derajat. Apa, sih, yang menarik dari dua karakter penyihir ini?
Glinda adalah gambaran anak perempuan cantik yang kalau di jaman sekarang, dianggap full of privilege: lahir dari keluarga kaya raya; ayah dan ibunya menaruh perhatian penuh; hari pertama kuliah saja diantar pakai kapal pribadi; kopernya seabrek (pink semua); dijanjikan bakal dapat private suite di asrama (LOL).
Meski ayahnya seorang gubernur, Elphaba tidak mendapatkan kasih sayang penuh dari karena ia bukan anak kandung. Jadi, dia lebih dekat dengan pengasuhnya, Dulcie Bear, yang adalah seekor beruang. Keberadaannya di keluarganya cukup sulit diterima, ditambah ia memiliki adik perempuan yang lumpuh, sehingga ia dibebankan untuk menjaga adiknya selama di Shiz.
Sangat bisa dipastikan karakter Glinda-lah yang akan mencuri hati anak perempuan kita. Dari baju, sepatu, tas, all pink, so princessy. Perlu diakui, Ariana Grande dengan rambut blonde-nya di sini memerankan karakter Glinda dengan sangat baik. Terlihat lucu, baik hati, menggemaskan. Namun, besar dengan privilege membuat Glinda punya rasa percaya diri yang besar, bahkan kadang berlebihan. Ambisinya pun, tidak jauh-jatuh dari menjadi gadis yang paling populer dan disenangi banyak orang (termasuk Fiyero, si lelaki ganteng, pangeran dari Winkie), hal ini tergambar dari betapa Glinda sangat peduli apa yang orang lain katakan tentang dirinya. Tidak perlu rajin belajar, buatnya, mencuri hati profesor dengan kata-kata indah itu lumrah. Yang sayangnya, menjadi sebuah tantangan ketika sikapnya tersebut dibenci sang profesor.
Sebaliknya, Elphaba, sudahlah hijau dari wajah sampai kaki, setibanya di Shiz sudah dianggap “beda sendiri”, gimana mau jadi populer dan disenangi? Dengan latar belakang sering di-bully dan ditolak sang ayah dari kecil, dan “beban” tugas menjaga si adik, wajar bila Elpahba kemudian tumbuh menjadi perempuan yang sinis karena ia paham keberadaannya sulit diterima orang pada umumnya. Namun, karena ia besar dengan kasih sayang dari seekor binatang, Elphaba tumbuh menjadi gadis yang sangat peduli terhadap hak hidup dan hak bicara para binatang di dunia Oz. Kepeduliannya ini menjadi daya tarik tersendiri, khususnya ketika ia berhadapan dengan Dr Dillamond, salah satu profesor di Shiz yang merupakan seekor kambing. Selain itu, Elphaba juga mencuri perhatian profesor lain, yakni Madam Morrible pasal kemampuannya menyihir Shiz di hari pertama ia datang.
Sebelum scene lagu “Popular”, tepatnya di scene ketika Glinda meminjamkan topi penyihirnya ke Elphaba, saya pribadi sempat menganggap karakter Glinda sebagai manusia yang jahat karena niatnya membuat Elphaba terlihat aneh di pesta dansa. Sayangnya, hal ini belum tentu tergambarkan di benak anak ketika menonton, melihat betapa karakter Glinda terbungkus sebagai peri baik hati yang sempurna. Sehingga, ketika tiba di scene OzDust Ballroom, akhirnya saya menitikan air mata saking mengharukannya. Namun, di saat itu juga saya merasa punya PR besar untuk anak perempuan bisa memahami “pesan” di balik adegan ini.
Karena rasa bersalah melihat Elphaba dipermalukan di tengah keramaian OzDust Ballrom, Glinda pun akhirnya melakukan hal yang bermakna besar buat Elphaba, yaitu menunjukkan empatinya dan ikut merasakan apa yang Elphaba rasakan saat itu. Kalau nonton bareng anak perempuan Anda, usahakan ambil momen ini untuk menjelaskan bahwa inilah tindakan paling benar yang bisa ia lakukan, ketika mendapati seorang temannya dibully dan dibuat malu di depan umum. Tetap lakukan tindakan yang baik seperti Glinda, meski kamu mungkin dianggap aneh oleh teman-temanmu.
Perjalanan Elphaba (Elphie) ke Emeralds City akhirnya memberikan sebuah pencerahan. Peran Glinda sudah lebih jelas, yaitu sebagai sahabat yang terus mendukungnya. Meski realita yang dihadapi Elphie sangat jauh dari ekspektasi, persahabatan Elphie dan Glinda di sini digambarkan dengan kuat, di mana mereka terus mendukung dan saling berbahagia dengan jalan hidup masing-masing. Endingnya memang dibuat gantung, agar penonton setia menunggu part II yang kabarnya akan tayang tahun depan.
FYI, durasi film cukup lama, 160 menit, atau 1 jam 40 menit. Setengah jam terakhir, ada beberapa adegan yang mungkin menakutkan buat anak, jadi, siap-siap saja, ya. Selamat nonton!