Mengajarkan anak disiplin positif bukan hal yang mudah. Namun Mommies bisa mulai menerapkan cara yang tepat seperti arahan pakar berikut ini!
Dalam mengajarkan disiplin positif pada anak ternyata ada banyak panduannya. Pertama-tama Mommies harus memahami detail pilar-pilarnya, lalu membedakan hal yang dilakukan. Ketika anak melakukan kesalahan, dan belajar untuk tetap konsisten mengajarkan si kecil tanpa menggunakan cara yang membahayakan fisik dan mental mereka.
Mommies Daily pun bertanya kepada Firesta Farizal, M.Psi., Psikolog Klinis Anak dan Remaja mengenai cara yang tepat menerapkan disiplin positif dan apa yang sebaiknya dilakukan agar berhasil.
BACA JUGA: Hindari, Ini 6 Tanda Orang Tua Terlalu Berlebihan Mendisiplin Anak
Sebelum masuk ke cara penerapannya, Mommies harus memahami dulu bahwa ada lima pilar dari displin positif yang perlu diterapkan!
Dalam menerapkan disiplin positif untuk anak itu bisa dilakukan dengan tegas, yang maksudnya sama dengan konsisten. Jika menerapkan sesuatu, maka harus dijalankan. Jika iya, maka iya, dan sebaliknya. Namun dalam menerapkan ketegasan dan konsistensi tersebut bisa dilakukan dengan cara bicara yang baik.
Jadi, menjadi tegas itu tidak sama dengan marah-marah atau teriak-teriak, karena bisa dilakukan dengan cara yang baik dan positif.
Dalam menerapkan positif disiplin penting sekali untuk mengingat bahwa anak butuh mengembangkan rasa bahwa dirinya penting dan berharga. “Jadi ketika kita menegur anak, itu yang ditegur adalah perilakunya. Karena there are no bad kids only bad behaviour. Jadi jangan sampai ketika kita menerapkan disiplin lalu pada akhirnya kita membuat anak merasa tidak berharga, tidak penting, dan hal-hal serupa lainnya,” jelas Firesta.
Ketika anak melakukan kesalahan, maka disiplin positif yang bisa dilakukan orang tua adalah bukan hanya menghilangkan perilaku negatif anak tapi membuat anak belajar dari perilakunya itu sehingga bisa menambahkan perilaku yang lebih baik di masa depan.
“Jadi di situ pastinya ada proses refleksi dan diskusi untuk anak bisa belajar dari kesalahannya, dan tidak hanya dapat teguran atau hukuman.”
Apa nilai disiplin yang ingin Mommies ajarkan ke anak? Jika ingin mengajarkan sopan santun atau sikap saling menghormati, maka langkah pertama yang harus dilakukan orang tua adalah mencontohkan, lalu dilanjut dengan diarahkan.
Firesta mengingatkan bahwa anak masih dalam proses belajar sehingga Ketika belum berhasil melakukan disiplin yang diajarkan itu artinya mereka masih dalam rangka proses belajar tersebut. “Kita (orang tua) butuh untuk mengingatkan, mengajak anak diskusi, dan sambil mencontohkan terus.”
Pilar yang terakhir ini perlu diajarkan agar ketika nantinya anak diterapkan disiplin positif maka dia merasa bahwa dirinya mampu. Mampu mengatur perilakunya, mampu mengontrol perilakunya, dan mampu memunculkan perilaku-perilaku yang baik dan adaptif sesuai dengan apa yang diharapkan.
Orang tua perlu mengingat bahwa dalam menerapkan displin positif pada anak yang diterapkan dan dikedepankan adalah konsekuensi, bukan hukuman.
Konsekuensi adalah sesuatu yang berkaitan dengan perilaku yang bermunculan, yang secara natural dan naluri mengikuti sebuah perilaku. Sementara hukuman adalah sesuatu yang tidak enak yang kita berikan kepada anak.
“Setiap perilaku ada konsekuensinya. Misalnya ketika kita lapar, kita makan, maka kita jadi kenyang. Jika kita tidak makan, maka kita tetap lapar. Itu konsekuensi,” jelas Firesta. Jadi anak bisa belajar dari perilakunya lewat konsekuensi yang diberikan.
Sebagai contoh, misalnya ketika anak menumpahkan minuman, maka konsekuensinya dia harus mengambil kain lap dan mengeringkan bekas dari tumpahan minumannya. Lain ketika anak menumpahkan minuman dan orang tua mencubitnya, itu namanya hukuman. Itu adalah dua hal yang berbeda.
Contoh lainnya, ketika anak persiapan berangkat sekolahnya terlalu lama, maka konsekuensinya dia bisa terlambat masuk sekolah. Namun jika Mommies memarahi dan mencubitnya, maka kalian memberikannya hukuman. Menurut Firesta, orang tua hanya perlu menerapkan konsekuensi natural dari hal yang dilakukan anak agar dia bisa belajar dari perilakunya.
Menurut Firesta, awal dari pembentukan disiplin positif adalah dengan membentuk rutinitas. “Jadi (disiplin positif) paling mudah diawali dengan membentuk rutinitas sehingga itu menjadi sesuatu hal yang kebiasaan lalu terbentuk disiplin dan tanggung jawab,” jelasnya.
Mommies bisa mulai ajarkan anak disiplin positif dengan melakukan tanggung jawab sehari-hari sesuai usia mereka. Jika si kecil berusia 2-3 tahun, ajarkan dan biasakan mereka merapikan mainan sendiri atau membantu mengambil barang-barang yang ringan, seperti pakaian atau handuk. Sedangkan untuk anak usia 10 tahun ke atas, Mommies bisa mulai biasakan membantu memasak menu sederhana atau mengatur perlengkapan di rumah hingga menjaga kebersihan kamar mandi.
Jika anak sudah memasuki usia sekolah, ajarkan dia disiplin positif lewat kebiasaan menyiapkan peralatan sekolahnya sendiri dan mengerjakan tugasnya tepat Waktu. Namun, untuk anak yang lebih kecil dan belum sekolah, Mommies bisa ajarkan dengan membuat mereka melakukan sesuatu dengan mandiri, seperti menyuap makanan sendiri, mandi sendiri, dan kegiatan serupa lainnya.
Salah satu manfaat menerapkan disiplin positif pada anak adalah anak bisa belajar tentang perilakunya dengan lebih mudah, apalagi jika kebiasaan itu diterapkan sejak kecil. Kuncinya adalah konsistensi. Konsistensi dalam mengajarkan disiplin dan juga mengoreksi kesalahannya. “Memang akan susah di awal. Namun nanti ketika sudah lebih besar, mudah-mudahan anak sudah lebih tahu apa yang diharapkan dari dirinya, sehingga memunculkan perilaku disiplin yang diharapkan,” ungkap Firesta.
Seperti udah dijelaskan di atas, orang tua sebaiknya tidak menerapkan hukuman, ancaman, dan kekerasan fisik dalam mendisplinkan anak. Karena kekerasan fisik, seperti mencubit dan memukul anak punya dampak yang sangat besar untuk tumbuh kembangnya. Apalagi hukuman fisik eskalasinya seringkali bertambah berat seiring dengan seringkali dilakukannya. Hari ini hanya dicubit, besok bisa dipukul, lalu keesokannya dipukul memakai benda, dan seterusnya. Tentu itu akan berbahaya untuk Kesehatan fisik dan mental anak. Akan sangat berbahaya lagi jika anak di masa depan merasa bahwa kekerasan adalah hal yang biasa dan lumrah dilakukan.
Hukuman fisik juga membuat anak memiliki persepsi negatif, baik ke orang tua dan dirinya sendiri. Anak bisa berpikir bahwa dia layak diperlakukan dengan kasar, dan di masa depan dia bisa terjebak dalam pola KDRT.
Nah, itu dia sedikit penjelasan mengenai displin positif yang bisa mulai Mommies terapkan untuk anak-anak di rumah. Jadi prinsip dalam disiplin positif ini adalah orang tua berusaha mengedepankan hubungan yang positif, komunikasi yang baik dan efektif, rasa kasih sayang, tetapi tetap tetap tegas dan konsisten.
BACA JUGA: Ini Rahasia Orang Tua di Jepang Dalam Mendidik Anak agar Disiplin
Cover: Freepik