Mommies bisa mencegah anak mengalami sindrom hurried child dengan mencari tahu lebih dalam tentang sindrom ini, tanda-tanda, dan dampaknya pada anak.
Menjadi orang tua di era modern tantangannya luar biasa besar, salah satunya adalah memastikan anak-anak dapat menikmati masa kecil mereka tanpa tekanan yang berlebihan. Salah satu fenomena yang semakin sering ditemui adalah “hurried child syndrome”.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog anak asal Amerika Serikat, Dr. David Elkind, pada 1980-an, tetapi kenyataannya, gejala ini sudah ada jauh sebelum itu. Fenomena ini mencerminkan situasi di mana anak-anak dipaksa untuk tumbuh terlalu cepat dan mengambil tanggung jawab yang belum sesuai dengan usia mereka. Anak dikondisikan ikut menanggung beban dan masalah hidup orang tua mereka.
BACA JUGA: 10 Kebiasaan Anak Sulung, Dari yang Positif Hingga yang Bikin Elus Dada
Apa Itu Sindrom Hurried Child?
Sindrom hurried child adalah kondisi di mana anak-anak dipercepat melewati masa kanak-kanaknya dan didorong untuk berperilaku di luar tingkat kedewasaan mereka. Menurut Dr. Sanam Hafeez, seorang ahli neuropsikologi, kondisi ini terjadi karena anak-anak dipaksa menghadapi kekhawatiran, tanggung jawab, dan stres yang seharusnya dialami oleh orang dewasa.
Beberapa contoh yang sering terjadi meliputi:
Sebagai orang tua, Mommies dan Daddies perlu banget mengenali tanda-tanda bahwa anak mungkin sedang mengalami sindrom hurried child. Berikut adalah beberapa tanda umum anak yang mengalami Hurried Child Syndrome:
Anak sulit tidur, memiliki kebiasaan makan yang buruk, atau kurang aktivitas fisik karena jadwal kegiatannya setiap hari terlalu padat.
Anak yang menderita sindrom hurried child sulit menjalin hubungan dekat, payah dalam mengatasi konflik, dan kesulitan menikmati momen yang tenang karena dia selalu merasa terburu-buru.
Mereka merasa hanya dihargai berdasarkan prestasi, bukan karena kesanggupan menjalin hubungan yang sehat dan luasnya pengalaman pribadi.
Anak cenderung memilih aktivitas pasif seperti menonton video tanpa henti daripada kegiatan yang lebih menenangkan seperti membaca buku atau berjalan-jalan.
Anak yang merasa terlalu terbebani dapat meluapkan emosinya melalui perilaku memberontak atau sengaja melawan atau menunda-nunda tugas yang diberikan.
Jika tidak ditangani, sindrom hurried child dapat berdampak buruk pada berbagai aspek kehidupan anak, termasuk kesehatan mental, hubungan sosial, dan kesejahteraan jangka panjang mereka. Anak-anak yang tumbuh dengan tekanan berlebihan berisiko mengalami kecemasan, depresi, atau bahkan burnout di usia muda. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah atau mengatasi kondisi ini.
Anak-anak adalah individu yang membutuhkan waktu dan ruang untuk tumbuh sesuai dengan usia mereka. Menghindari sindrom hurried child adalah tanggung jawab orang tua untuk memastikan mereka memiliki masa kecil yang bahagia, bebas tekanan, merangkai kenangan dan menciptakan pengalaman bermakna. Dengan pendekatan yang penuh kasih dan kesadaran, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak secara fisik, emosional, maupun sosial.
Untuk membantu anak Mommies menjalani masa kecil yang seimbang dan bahagia, berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:
Bermain memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif, sosial, dan emosional anak. Pastikan anak memiliki waktu yang cukup untuk bermain secara bebas tanpa jadwal yang terlalu ketat. Aktivitas ini dapat membantu anak mengatasi stres dan meningkatkan daya tahan emosionalnya.
Batasi waktu layar dan dorong anak untuk mengeksplorasi dunia di sekitarnya. Anak-anak yang dibiarkan bermain dan bereksplorasi secara alami cenderung memiliki kemampuan pemecahan masalah dan ketahanan emosional yang lebih baik.
Biarkan anak Mommies memilih kegiatan yang mereka sukai sesuai usia dan minatnya. Orang tua perlu memberikan dukungan tanpa menuntut kesempurnaan. Jika anak melakukan kesalahan, gunakan momen tersebut sebagai kesempatan belajar, bukan alasan untuk mengkritik dan menghakimi.
Buatlah jadwal harian yang mempertimbangkan kebutuhan anak untuk istirahat, bermain, dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Hindari mengisi waktu mereka dengan terlalu banyak kegiatan ekstrakurikuler.
Mulailah hari dengan memberi waktu tambahan untuk persiapan, terutama di pagi hari. Dengan begitu, Mommies dapat menghindari suasana tergesa-gesa dan lebih fokus pada hubungan yang hangat dengan anak sebelum mereka berangkat ke sekolah.
Sebagai orang dewasa, penting untuk punya kesanggupan mengelola emosi agar tidak terbawa ke dalam interaksi dengan anak. Hindari terpancing untuk marah ketika anak butuh waktu lebih lama untuk memahami sesuatu dan menyelesaikan tugas tertentu.
Tetapkan target yang sesuai dengan kemampuan dan minat anak. Dengan begitu, Mommies akan membantu anak menjalani perkembangan yang sehat tanpa memberikan tekanan yang berlebihan.
Masa kecil adalah fase yang tidak dapat diulang. Jadi, setiap orang tua harus kompak melindungi hak anak-anak untuk menjalani proes hidup mereka tanpa diburu-buru dan dipaksa.
BACA JUGA: Orang tua, Jangan Berikan 6 Beban Ini Kepada Anak Pertama
Cover: Freepik