Tidak memiliki kepekaan sosial, ini pengertian tone deaf hingga cara mencegahnya. Istilah viral yang saat ini sedang ramai di media sosial
Istilah tone deaf kini sedang ramai diperbincangkan di media sosial. Semua berawal dari unggahan Erina Gudono, Kaesang Pangarep. Dia tengah menjadi sorotan netizen akibat sikap tone deaf yang dilakukannya karena memamerkan gaya hidup yang mewah selama berada di Amerika Serikat.
Hal itu dapat dilihat pada postingan media sosialnya yang menunjukkan bahwa Erina bersama Kaesang pergi ke menggunakan jet pribadi, menikmati roti seharga Rp400 ribu, membeli perlengkapan bayi seperti stroller yang menyentuh harga Rp23,1 juta, hingga makan telur dadar seharga Rp500 ribu.
Unggahan Erina menuai banyak kritikan dari netizen sebab kondisi politik Indonesia sedang memanas, salah satunya karena Kaesang sedang disorot akibat kontroversi keputusan Baleg DPR RI yang membuka peluang agar dirinya bisa mengikuti Pilkada 2024 dengan mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Akibatnya, Erina dianggap tidak peka atau kurang berempati terhadap keresahan yang sedang berlangsung di Tanah Air alias tone deaf. Bahkan banyak masyarakat yang menilai bahwa Erina memiliki kemiripan dengan sosok Marie Antoinette.
Kasus tone deaf pada Erina serupa dengan kasus yang menimpa podcaster, Indah G yang menertawakan aksi boikot produk Israel oleh masyarakat indonesia pada konten podcast-nya dengan komika Indonesia, Coki Pardede. Selain itu, mantan presiden AS, Donald Trump juga sempat disebut memiliki sikap ini setelah aksinya melemparkan tisu kepada warga Puerto Rico yang sedang membutuhkan air minum bersih dan pasokan medis akibat dilanda badai. Untuk mengetahui secara lengkap apa yang dimaksud dengan tone deaf, simak penjelasannya berikut ini yuk, Mommies!
BACA JUGA: 5 Cara Mengajarkan Anak Bijak Bermedia Sosial, Orang Tua Harus Pantau
Melansir dari Cambridge Dictionary, tone deaf memiliki dua arti yang berbeda. Pertama tone deaf adalah seseorang yang mengalami tuli nada atau tidak mampu mengenali nada-nada yang berbeda serta menyanyikan lagu-lagu secara akurat. Sedangkan pada pengertian yang kedua, tone deaf berarti tidak memahami bagaimana perasaan orang mengenai sesuatu atau apa yang dibutuhkan dalam situasi tertentu.
Pada konteks sosial, tone deaf mengacu pada pengertian kedua, yaitu ketidakpekaan seseorang terhadap suatu norma, aturan, atau kondisi yang ada di sekitarnya. Merujuk pada Merriam Webster, tone deaf juga bisa diartikan juga ketika seseorang memiliki rasa tidak peka atau bersifat acuh tidak acuh pada hal sentimen, opini, serta selera publik.
Sebenarnya manusia sudah memiliki kemampuan empati sejak bayi, sebagaimana hal tersebut dapat terlihat pada bayi yang ikut menangis ketika melihat atau mendengar bayi lainnya yang menangis. Selanjutnya pada usia balita atau anak usia TK yang sudah memiliki keinginan serta kepekaan untuk membantu orang lain yang sedang kesusahan, seperti saat melihat temannya yang menangis, anak menjadi berhenti bermain.
Menurut Nadya Pramesrani, M.Psi., Psikolog Klinis Dewasa dari Rumah Dandelion, orang yang memiliki sikap tone deaf dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti seseorang yang sedari kecil memiliki kesulitan dalam mengenali dan membaca social cues, yakni pada anak yang memiliki spektrum Autism Spectrum Disorder (ASD). Selain itu, orang dengan Narcissistic Personality Disorder (NPD), antisosial, serta Borderline Personality Disorder (BPD) juga memiliki kendala dalam memiliki kepekaan sosial.
Seseorang yang memiliki sikap tone deaf disebabkan oleh berbagai faktor tertentu. Berikut Mommies Daily telah merangkum ciri-ciri seseorang dengan sikat tersebut, antara lain.
Ciri pertama seseorang yang mengalami tone deaf adalah mereka sulit membaca situasi sosial di sekitarnya. Selain itu, seseorang dengan perilaku ini cenderung tidak peduli pada konteks sosial, meskipun sebenarnya mereka mengerti atau paham pada hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat. Contohnya dapat terlihat pada seseorang yang kesulitan dalam menyesuaikan volume suara pada saat berbicara di telepon.
Setiap daerah memiliki budaya serta adat istiadatnya masing-masing untuk diikuti dan dihormati oleh seseorang yang berada pada lingkungan tersebut. Namun, pada seseorang dengan rasa peka yang kurang, mereka seringkali merasa kesulitan dalam memahami budaya dan adat istiadat yang berlaku pada lingkungannya tersebut dan tidak dapat menyesuaikan serta mengontrol perilakunya.
Ciri lainnya yang dimiliki oleh seseorang dengan sikap tone deaf yakni tidak memikirkan perasaan orang lain dan tidak bisa menyadari bahwa apakah tindakan atau ucapan yang dilakukan menyakiti orang lain atau tidak. Selain itu, orang dengan sikap ini juga terkadang merasa bingung dalam menghibur atau memberikan dukungan pada orang lain yang tengah mengalami kesulitan.
Norma sosial merupakan seperangkat aturan atau pandangan hidup yang biasanya tidak tertulis, tetapi tetap berlaku di tengah masyarakat. Seseorang dengan sikap tone deaf cenderung tidak memahami norma sosial yang ada di sekitarnya, sehingga menyebabkan mereka melakukan hal-hal yang kurang pantas dan tidak sejalan dengan norma sosial tersebut.
Setelah mengetahui ciri-ciri seseorang yang memiliki sikap tone deaf, maka langkah berikutnya yang perlu diketahui adalah cara menghindari agar Mommies beserta anak tidak menjadi pribadi dengan sikat tersebut. Intip cara berikut agar Mommies dan si kecil terhindar dari perilaku tersebut.
Langkah pertama yang bisa Mommies atau si kecil lakukan agar tidak memiliki dan terhindar dari sikap tersebut adalah dengan melihat sudut pandang orang lain. Cara ini bisa dilakukan dengan turut membayangkan diri kita berada dalam situasi yang orang lain alami. Dengan melakukan hal tersebut, membantu Mommies dan anak untuk bisa lebih memahami serta merasakan perasaan orang lain.
Meningkatkan kemampuan komunikasi menjadi faktor penting yang dapat membantu Mommies agar terhindar dari sikap ini. Membangun komunikasi dapat dilakukan dengan hal yang sederhana, seperti bertanya tentang perasaan seseorang dan menjadi pendengar yang baik. Selain itu, Mommies juga bisa meningkatkan kepekaan dengan menghargai pendapat orang lain.
Cara berikutnya yang dapat adalah dengan memahami situasi sekitar, terlebih pada norma sosial yang berlaku. Usahakan untuk selalu menghormati budaya, aturan, serta nilai-nilai yang ada pada suatu lingkungan, sehingga Mommies dan si kecil dapat menempatkan diri serta bersikap secara tepat. Dengan menghormati dan dan memahami norma yang berlaku, hal ini dapat menghindarkan seseorang untuk bersikap tone deaf.
Tidak hanya kepada dewasa saja, tetapi anak-anak juga bisa dicegah agar tidak memiliki sikap ini sedari dini. Solusi ini dapat dilakukan dengan pola asuh atau pembiasaan yang diajarkan orang tua kepada anak terhadap social cues. Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk menghindari anak agar tidak menjadi pribadi tone deaf menurut Psikolog Nadya.
Kurangnya tingkat kepekaan seseorang pada isu atau kondisi yang terjadi di sekitarnya dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak hanya berpengaruh pada diri sendiri, melainkan orang sekitar. Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepekaan sosial pada isu yang sedang terjadi di masyarakat agar tidak dianggap sebagai seseorang yang memiliki sikap tone deaf.
Itu dia pembahasan mengenai arti tone deaf yang saat ini sedang ramai di media sosial. Yuk, Mommies mulai tingkatkan kepekaan sosial pada isu yang sedang terjadi saat ini agar tidak dicap sebagai pribadi yang tak peduli sekitar. Semoga informasinya bermanfaat!
BACA JUGA: Cara Melatih Kemampuan Sosialisasi Anak Usia SMP Menurut Psikolog
Ditulis oleh: Nariko Christabel
Cover: Freepik