Sorry, we couldn't find any article matching ''
Hentikan Kebiasaan Ngomong Cadel ke Anak Kalau Tidak Ingin Mengalami Dampak Ini!
Meski cara bicara anak balita kita masih menggemaskan, hindari kebiasaan meniru anak ngomong cadel karena dampak yang timbul merugikan buatnya.
Masuk usia 2,5 tahun, biasanya anak bayi kita mulai bawel alias bicara terus. Meski buat kita, penampakan mereka masih bayi, tapi sesungguhnya mereka itu adalah balita yang sedang berkembang dan bertumbuh. Sehingga, ketika kita menemukan cara bicaranya masih lucu dan cadel karena belum lancar, jangan lalu kita respon dengan meniru cara dia berbicara (ngomong cadel juga). Bila dibiarkan, kebiasaan ini dapat menimbulkan dampak yang tentunya merugikan buat anak.
Alasan kenapa anak berbicara cadel
Kemampuan berbahasa anak masih terus berkembang di usia balita, sehingga ada kalanya anak kesulitan untuk menyebutkan sebuah kata dengan jelas, apalagi bila kata-kata tersebut memiliki huruf konsonan “k”, “r”, “s”, maupun kombinasi, seperti “ng”, “ny”, “sr”, “br”, dsb. Sehingga kemudian yang keluar dari mulutnya adalah, “Tatit peyut” ketika ia sakit perut, “Mo matan” ketika ia mau makan, “dinin” ketika ia merasa dingin, dan berbagai jenis bahasa bayi yang paling umum dan sering terdengar.
Apa yang harus orangtua lakukan ketika anak berada di tahap ini?
Sebuah artikel di Lovevery mengatakan, bahwa berdasarkan riset mengenai perkembangan bahasa anak, ini yang perlu digarisbawahi ketika anak belum bisa bicara jelas:
- Orangtua perlu menahan diri untuk tidak meniru dan mengulang cara anak berbicara ketika yang ia ungkapkan itu keliru. Hal ini karena otak anak menyukai yang namanya pengulangan, sehingga ketika Anda meniru ucapannya, anak pun akan menangkap pola ucapan yang salah tersebut. Makin sering Anda mengulang kata-katanya, maka makin kuat kemampuan anak untuk merekam kata-kata tersebut di dalam otaknya.
- Tetap menyebutkan kata-kata yang benar selama percakapan dengan anak berlangsung. Misalnya, ketika anak bilang, “Mama ade satit peyut!”, respon anak dengan, “Oh, adik sakit perut, ya?” lakukan dengan suara lantang. Mungkin anak Anda tetap akan menyebut “satit peyut” dalam beberapa waktu, tetapi ketika kemampuan oromotornya berkembang, Anda pada akhirnya akan mendengarnya bilang “sakit perut”.
- Tidak perlu mengoreksi dengan menyatakan bahwa ucapannya salah. Ketika anak bilang “Ade mo matan”, tidak perlu direspon dengan, “Salah, Nak, bukan mo matan, tapi mau makan!” karena hal ini justru akan membuatnya berhenti dan berpikir saat hendak mengungkapkan keinginannya. Alih-alih membantu, interupsi yang cenderung mengganggu proses yang sebagian besar bersifat otomatis ini justru malah akan membingungkan mereka.
Kegiatan yang mendukung perkembangan bicara anak
Ketika anak ngomong cadel, kita sendiri bisa melihat bahwa sebetulnya anak sedang berusaha mengungkapkan keinginan maupun perasaannya lewat kata-kata. Maka, di sinilah peran kita sebagai orangtua untuk mendukung perkembangan bicara dan bahasanya. Kosakata yang kita kenalkan kepada anak dapat menjadi bekal untuk memperkaya kemampuannya. Caranya:
- Rajinlah berbicara dan berkomunikasi dengan anak menggunakan bahasa dan cara penyampaian yang tepat dari sejak ia bayi.
- Manfaatkan media, seperti buku cerita untuk meningkatkan kosakata anak. Cerita seperti fabel atau cerita bersajak bisa menjadi pilihan untuk balita Anda. Selain mendengar kosakata baru, anak akan lebih mudah memahaminya karena bisa memvisualisasikan imajinasinya dengan melihat gambar.
Kapan orangtua perlu waspada?
Sesuai arahan IDAI, bila pada usia 24 bulan, tidak ada kalimat 2 kata yang dapat dimengerti anak. Karena, pada kurun waktu 18-24 bulan, anak umumnya mengalami ledakan bahasa. Hampir setiap hari ia memiliki kosakata baru. Ia dapat membuat kalimat yang terdiri dari dua kata (“Mama mandi, “Naik sepeda”). Dan di usia ini, sekitar 50% bicaranya dapat dimengerti.
Namun, menurut psikolog Firesta Farizal M.Psi, artikulasi huruf “r” memang umumnya paling sulit, banyak anak yang belum bisa jelas menyebutkannya. Hal tersebut tergolong wajar dan masih bisa ditunggu sampai enam hingga tujuh tahun. Akan tetapi, bila pada usia 4 tahun anak masih mengalami kesulitan bicara dengan jelas, maka orangtua perlu konsultasikan hal tersebut pada dokter ahli tumbuh kembang anak maupun psikolog agar anak mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca juga: Bayi Sekolah, Ya atau Tidak? Berikut Pendapat Para Pakar
Share Article
COMMENTS