Pernah mengalami kejadian mirip serangan jantung padahal tak ada riwayat penyakit jantung? Bisa jadi itu panic attack. Kenali gejala dan cara mengatasinya.
Serangan panik atau panic attack adalah suatu episode rasa takut yang muncul secara intens dan tiba-tiba dan memicu reaksi fisik yang parah. Padahal tidak ada bahaya nyata atau penyebab yang jelas. Saat terjadi, panic attack bisa sangat menakutkan. Mommies mungkin mengira sedang terkena serangan jantung, kehilangan kendali, atau bahkan sekarat.
Panic attack bisa terjadi satu atau dua kali dalam hidup seseorang. Umumnya, ketika stres atau masalahnya berakhir, serangan panik juga ikut sirna. Namun, apabila mommies mengalami serangan panik berulang dan tidak terduga, terus-menerus merasa takut akan serangan berikutnya, dan berlangsung cukup lama, maka mommies mungkin menderita gangguan panik atau panic disorder.
Baca juga: Sembunyi di Balik Topeng Bahagia, Kenali 8 Gejala Smiling Depression Menurut Psikolog
Serangan panik bisa datang kapan saja, tanpa diduga dan tanpa ada sinyal tertentu. Serangan panik bisa terjadi saat Anda sedang beraktivitas sehari-hari seperti mengendarai mobil meeting, berbelanja, menjaga anak bahkan saat tertidur lelap. Ini dapat terjadi sesekali atau sering.
Ada banyak variasi dari panic attack; namun biasanya gejala mencapai puncaknya dalam beberapa menit. Setelah serangan panik mereda, Anda mungkin merasa kelelahan.
Melansir situs Mayo Clinic, gejala serangan panik mencakup:
Salah satu dampak terburuk dari serangan panik yaitu ada rasa takut yang kuat bahwa Anda akan mengalami serangan panik lagi.
Gejala serangan panik juga bisa menyerupai gejala gangguan kesehatan serius lainnya, seperti serangan jantung. Jadi, kalau tak yakin apa penyebab gejala yang Anda alami, jangan ragu untuk periksakan diri ke dokter.
Sampai sejauh ini, tidak diketahui secara pasti apa penyebab serangan panik atau gangguan panik. Namun, faktor genetik, stres berat, memiliki temperamen lebih sensitif terhadap stres atau emosi negatif, serta perubahan tertentu pada bagian fungsi otak dapat memicu panic attack. Awalnya, serangan panik mungkin dating tiba-tiba tanpa sinyal apapun. Namun seiring berjalannya waktu, biasanya dipicu oleh situasi tertentu.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa respons alami tubuh untuk lari dari bahaya atau situasi yang mengancam jiwa bisa menyebabkan serangan panik. Misalnya, saat ingin menyelamatkan diri dari kebakaran, tubuh akan bereaksi secara naluriah. Detak jantung dan pernapasan akan meningkat. Reaksi seperti ini juga terjadi pada serangan panik. Namun, tidak diketahui mengapa serangan panik bisa terjadi saat tidak ada bahaya yang nyata.
Seringkali, panic disorder dimulai pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa dan lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria.
Orang-orang dengan kondisi atau histori berikut dapat meningkatkan risiko terjadinya panic attack atau panic disorder:
Ada dua cara yang bisa ditempuh untuk menangani serangan panik, yaitu dengan psikoterapi dan pengobatan. Dokter akan merekemondasikan penanganan yang tepat, bisa dengan salah satu atau keduanya. Ini nanti akan ditentukan kemudian setelah dokter mengecek riwayat, tingkat keparahan dan preferensi pasien.
Kabar baiknya, meski sangat tidak nyaman, panic attack tidak berbahaya. Namun jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami serangan panik berulang. Sebab, serangan panik yang tidak ditangani bisa memengaruhi seluruh aspek kehidupan Anda. Bahkan, bisa menyebabkan komplikasi seperti fobia terhadap hal-hal yang lebih spesifik, gangguan kecemasan, masalah di tempat kerja atau rumah tangga, hingga depresi dan muncul keinginan bunuh diri.
Baca juga: 7 Tanda Self Hoarding Disorder dan Cara Mengatasinya
Cover: Photo by SHVETS production