Agar anak berani dan tidak berusaha menyenangkan orang lain secara terus-menerus yang dikenal dengan istilah people pleaser, lakukan cara ini.
Punya anak baik hati dan senang bikin orang lain bahagia, tentu membanggakan. Tapi orang tua perlu jeli, Jangan sampai anak malah menjadi people pleaser.
Yakin, tak satu pun orang tua membesarkan anak mereka untuk menjadi pribadi yang tujuan hidupnya melulu hanya menyenangkan orang lain. Mengabaikan kebahagiaan, kesehatan fisik dan mental, serta kesejahteraan dirinya sendiri demi orang lain. Termasuk selalu berkorban demi membahagiakan orang tuanya.
Memikirkan pendapat dan penilaian orang lain tentang kita adalah hal yang manusiawi dan normal. Rasanya nggak ada manusia yang tidak suka mendapat predikat Orang Baik. Salahkah ingin menjadi orang baik? Tentu saja tidak. Masalahnya, ada garis tipis antara menjadi orang baik hati dan menjadi seorang people pleaser.
Ada waktu untuk segala sesuatu. Begitu pula dengan bersikap baik. Ingat, apa pun yang berlebihan tidak pernah membawa kebaikan.
People pleaser berarti seseorang yang secara terus menerus berusaha berbuat baik kepada orang lain atau berusaha menyenangkan orang lain dengan mengorbankan kesejahteraan fisik, sosial, dan mentalnya sendiri.
BACA JUGA: 3 Alasan Anak Susah Memiliki Growth Mindset, Kata Psikolog Pendidikan
Menyenangkan dan membantu orang lain itu baik. Sama sekali nggak salah ketika seseorang peka dan berempati terhadap kondisi orang lain.
Namun ketika bersikap baik ternyata malah bikin lelah fisik dan mental, mengabaikan kebutuhan dan perasaan kita sendiri, dan menjadi hal yang dilakukan karena kita takut orang nggak suka sama kita, maka ada sesuatu yang salah.
Biasanya, hal pertama yang dipelajari anak untuk menyenangkan orang lain diawali dari rumah. Anak bertumbuh dengan selalu ingin menyenangkan ayah dan ibunya. Takut sekali menyebabkan orang tuanya marah dan kecewa.
Jika pola asuh orang tua dirancang agar anak harus selalu membuat kedua orang tuanya senang dan mematuhi apa pun tanpa boleh bertanya, orang tua sebenarnya sedang menciptakan seorang people pleaser.
Jangan menjadi people pleaser. Anak-anak adalah peniru terbaik dan mereka akan selalu mengikuti apa yang orang tua mereka lakukan. Tahu kapan harus menetapkan batasan. Sikap Mommies akan membantu anak Mommies berkembang menjadi manusia yang baik hati dan sehat, yang tidak menjadi frustrasi atau depresi saat mencoba menyenangkan orang lain dengan mengorbankan kesejahteraannya sendiri.
Saat mendisiplin anak, jangan sampai anak merasa dirinya atau kesalahannya menjadi penyebab orang tuanya bersedih. Buatlah anak paham bahwa Mommies mendisiplin dia karena perbuatannya yang salah, bukan karena dia bikin Mommies kesal.
Dr Asmita Mahajan, Konsultan Neonatolog & Dokter Anak, Rumah Sakit SL Raheja, Mahim – A Fortis Associate, menyarankan, “Tingkatkan rasa percaya diri anak di setiap kesempatan. Pujilah pencapaian yang baik, namun tidak perlu memuji setiap tindakan kecilnya. Jangan pernah membuat anak harus berebut perhatian Anda atau menyebabkan anak harus bersaing dengan ponsel Anda untuk mendapatkan perhatian orang tuanya.”
Beri anak pilihan untuk meminta maaf ketika melakukan kesalahan, tetapi jangan memaksanya. Pastikan anak tahu bahwa dirinya telah dimaafkan setelah dia meminta maaf dengan sungguh-sungguh.
Ini penting diajarkan terutama kepada anak-anak yang lebih besar. Mereka perlu mengetahui batasan pribadi mereka dan belajar mengatakan tidak ketika seseorang mencoba melanggar batasan tersebut. Berani mengatakan tidak pada hal-hal yang tidak bermanfaat bagi anak akan menciptakan ruang bagi orang-orang dan hal-hal yang paling penting dalam hidup anak.
“Atasi tidakan bullying di sekolah. Baik dengan meminta bantuan guru atau orang tua. Mommies bisa mengajar anak caranya membela diri tanpa melakukan tindak kekerasan. Jika terlalu sering ditindas, anak nantinya akan berubah menjadi people pleaser karena harga dirinya rendah,” jelas Dr. Mahajan.
Jangan menahan pujian ketika Mommies tahu anak Mommies pantas mendapatkannya. Di saat yang sama, kita juga harus mengajar anak memahami bahwa nilai diri mereka tidak bergantung pada pendapat orang lain. Perilaku people pleaser bukanlah sesuatu yang dimiliki anak sejak lahir.
Mereka melihat dan menirunya. Tindakan ini diawali dari rasa percaya diri yang rendah hingga kebutuhan mencari pengakuan dari orang lain. Orang tua harus memastikan untuk memutus siklus itu dan berupaya mengembangkan kepribadian yang kuat pada anak mereka.
Saat mendisiplin anak setelah ia melakukan kesalahan, jelaskan kesalahan apa yang dia lakukan atau tanyakan mengapa dia melakukannya. Ketika anak sudah tenang dan memahami tindakan keliru yang telah dilakukannya, tanyakan pada anak apa solusi yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan bantu ia melakukannya.
Tanggung jawab juga bisa diajarkan dengan memerintahkan anak untuk membersihkan kekacauan yang dibuatnya secara tidak sengaja. Atau ajar anak menjadi mandiri dengan memintanya membantu Mommies melakukan tugas-tugas kecil di rumah. Ini akan membuat anak merasa penting dan diinginkan.
Terakhir dan nggak kalah penting. Aturlah penggunaan dan interaksi anak dengan media sosialnya. Banyak isi media sosial yang dipenuhi dengan gambar dan video kesuskesan semu. Ini bisa membuat anak punya ekspektasi terlampau tinggi. Bimbing anak dengan lembut tentang apa yang benar dan apa yang salah. Pastikan anak tahu bahwa bagi orang tuanya, ia jauh lebih berharga daripada pencapaian-pencapaian ekstravagansa, yang kerap digembar-gemborkan di berbagai media sosial.
BACA JUGA: 10 Cara Marah yang Benar pada Anak agar Terjadinya Perubahan Positif!
Cover: Skyler Ewing on Pexels
Editor: Dhevita Wulandari