Sorry, we couldn't find any article matching ''
5 Tanda Anak Kurang Perhatian Orang Tua, Ketahui Cara Mengatasinya
Banyak waktu bersama anak, yakin curahan perhatian kepada anak tercukupi? Jangan-jangan masih saja anak kurang perhatian orang tua.
Sadar atau tidak, waktu-waktu kita bersama anak, belum tentu semuanya berkualitas. Ada kalanya kita terdikstraksi hal lain sehingga telinga dan hati kita nggak sepenuhnya ada buat anak. Raga sih berada dalam satu ruangan, tapi pikiran dan jiwa, belum tentu.
Hanya sekedar rutinitas antar jemput, nyuruh makan, tidur, mandi, dan berada bersama anak tapi nggak membersamai anak. Lama-kelamaan, anak menujukkan perilaku mudah tantrum, mulai sulit diarahkan, kurang taat dan perilaku lainnya yang membuat kita bingung dan penat karena merasa: “Sudah berada bersama anak hampir 24 jam, apa lagi, sih, yang kurang?”
Ternyata, anak kurang perhatian orang tua!
Mengapa anak bisa kurang perhatian?
Menurut Alia Mufida, M.Psi, Psikolog yang akrab disapa Fida, memberi kasih sayang dan perhatian kepada anak sejatinya sesuai dengan prinsip keadilan: sesuai dengan porsi anak, usia, fase perkembangan dan karakter anak itu sendiri. Sehingga, kebutuhan akan perhatian antara satu anak dengan yang lain bisa berbeda.
Contohnya, perhatian dengan porsi tertentu bagi si adik cukup, bagi si kakak tidak. Nah, ketika anak merasa kurang kasih sayang orang tua, di situlah mereka mulai cari- cari perhatian dengan cara dan perilaku yang membuat orang tua bingung, bahkan emosi.
Penyebab lain, bisa saja orang tua sudah merasa cukup memberikan kasih sayang dan perhatian; tapi caranya keliru. Jadi “nggak mengena” ke anak. Contohnya saat quality time. Saat anak bicara, mata tetap memandang ponsel. Yaaa, angguk-angguk dan menimpali, sih. Tapi tetap nggak memerhatikan dengan seksama. Dalihnya: terbiasa multitasking, bisa mendengar sambil mengerjakan yang lain. Padahal, anak tipe yang bahasa cintanya quality time dan sentuhan.
Contoh lain, saat anak bercerita dan bermaksud meminta dukungan, malah kita ceramahi terus. Alih-alih tercipta bonding, yang ada anak merasa terpojok, kesal, merasa nggak dimengerti dan jadi malas bercerita.
5 Tanda Anak Kurang Perhatian dan Kasih Sayang
Lebih lanjut, Fida menyampaikan ada beberapa perilaku anak yang bisa menjadi tanda ketika anak kurang perhatian, antara lain, seperti berikut ini.
1. Tiba-tiba jadi sering “berulah”
Lebih lanjut, Fida menjelaskan bahwa seringkali anak-anak yang kurang perhatian meminta perhatian dengan cara yang “the most unloving ways”. Bukannya merajuk untuk diperhatikan, malah berulah. Seringkali sinyal ini tak terbaca pada orang tua. Karena keburu kesal dengan perilaku anak, orang tua jadi semakin nggak bisa menunjukkan kasih sayang. Padahal ia sedang butuh-butuhnya diperhatikan.
2. Mengganggu adik/kakak/teman
Ketika anak menunjukkan perilaku suka mengganggu orang lain, menjadi annoying atau menyebalkan atau usil dan lain dari biasanya, ini bisa menjadi salah satu tanda anak kurang perhatian.
3. Lebih banyak diam juga bisa jadi tanda anak kurang perhatian orang tua
Manifestasi anak kurang perhatian juga bisa dipengaruhi dari karakter anak itu sendiri. Ada juga beberapa anak yang memilih diam ketika justru ia merasa kurang disayang. Enggan menjawab ketika ditanya, merasa orang tua sudah sibuk. Akhirnya komunikasi anak-orang tua menjadi kurang lancar.
4. Mudah marah
Tanda lainnya, bisa juga ditunjukkan dengan emosi anak yang mudah marah atau meledak-ledak. Ketika anak menunjukkan perilaku ini orang tua perlu mencari akar permasalahannya pada diri anak. Jangan-jangan, emosi negatif dalam diri anak terakumulasi akibat kurang perhatian dari orang tua selama ini.
5. Sering menyela pembicaraan
Pernah nggak mendapati anak selalu menyela saat kita berbicara dengan pasangan? Tidak terlibat dalam percakapan membuatnya merasa tersisih, sehingga ia melakukan sesuatu agar diperhatikan, didengar dan dilihat: “Ini ada aku, lho.”
Baca juga: Tips Parenting Andy F. Noya, Membimbing Anak Berbuat Baik
Dampaknya Bagi Anak
Layaknya orang dewasa, Fida menjelaskan bahwa anak-anak pun memiliki kebutuhan untuk merasa dirinya berharga dan dicintai oleh orang tua, keluarga, dan sekelilingnya. Ketika orang tua tidak menunjukkan sikap apresiasi, menyayangi, memperhatikan dengan tulus dan sepenuh hati, maka sangat mungkin ia merasa tidak dicintai.
Apabila berkepanjangan, bisa menyebabkan masalah emosional pada anak di kemudian hari, antara lain:
- Anak bisa menjadi sangat tertutup.
- Anak tak bisa menyalurkan kemarahan dengan cara yang tepat; cenderung menyalahkan atau cari sasaran kemarahan lain.
- Kecemasan
- Haus mencari pengakuan untuk dirinya; dan seterusnya.
Bagaimana Mengatasinya?
Fida tak menampik, bahwa bagaimanapun upaya orang tua untuk membersamai anak, pasti ada hari-hari di mana orang tua nggak bisa ada buat anak. Kekosongan yang tercipta akibat hal ini harus disadari penuh oelh orang tua untuk menghindari dampak negatif yang mungkin terjadi terhadap anak.
Orang tua perlu lebih peka mengobservasi ketika muncul perilaku tertentu yang menjadi tanda anak kurang perhatian. Setelah itu, segeralah menambal waktu-waktu yang terlewat saat kita kurang membersamai anak. Makin besar waktu yang terlewat, maka makin besar pula yang harus ditambal. Jangan lupa, sesuaikan perhatian yang kita berikan dengan love language anak, agar anak feel content.
Yuk, ingat lagi rumus bondingnya: luangkan waktu 15-30 menit per hari tanpa distraksi. Bisa dengan mendampingi anak belajar, pillow talk, olahraga ringan sambil ngobrol dan lain se bagainya. Hanya butuh sekitar 2 persen dari seluruh waktu yang kita punya setiap hari aja, bisa, dong?
Baca juga: Hati-Hati,10 Sikap Orang Tua Ini Bisa Hancurkan Rasa Percaya Diri Anak!
Share Article
COMMENTS