banner-detik
SEX & RELATIONSHIP

16 Hal yang Dapat Menghancurkan Pernikahan, Hindari!

author

Fannya Gita Alamanda16 Jan 2024

16 Hal yang Dapat Menghancurkan Pernikahan, Hindari!

Pernikahan adalah kerja tim. Suami dan istri punya hak dan kewajiban yang sama untuk menjaganya. Hindari 16 hal yang berisiko menghancurkan pernikahan ini.

Banyak orang pilih menyerah di pertengahan jalan ketika menyadari pernikahan mereka tak seindah impian. Tapi kita tahu, mudah menyerah bukan solusinya. Faktanya, bahkan pernikahan yang bahagia, tetaplah tidak sempurna.

Sebuah pernikahan butuh dua pihak yang sangat saling mencintai, sangat saling takut kehilangan, dan bertekad melakukan apa pun yang diperlukan agar pernikahan mereka bertahan selamanya. Mari kenali 16 hal yang harus dijauhi karena dapat menghancurkan pernikahan.

Perilaku yang Dapat Menghancurkan Pernikahan

1. Perselingkuhan

Ketidaksetiaan adalah musuh nomor satu yang menyebabkan hancurnya banyak perkawinan. Saking populernya, perselingkuhan sering menjadi tema ‘favorit’ kisah sinetron, film, web series, novel, dan lagu. Perselingkuhan hadir dalam banyak bentuk termasuk ‘sekadar’ flirting, melakukan sexting, bahkan menonton film porno.

Caranya mencegah ketidaksetiaan:

Beritahu pasangan apa pun yang Mommies atau Daddies butuhkan. Sampaikan dengan tenang, santai, dan carilah waktu yang tepat. Hindari makin akrab dengan teman lawan jenis saat pernikahan sedang bermasalah. Jangan curhat pada lawan jenis tentang hubungan.

Jika curiga diri sendiri mulai terpesona dengan orang lain, hentikan sebelum hal itu menjadi tidak terkendali. Rumput tetangga TIDAK selalu lebih hijau. Jika rajin merawat dan memelihara rumput di pekarangan sendiri, rumput sendiri akan lebih hijau!

BACA JUGA: Akan Populer, Ini 3 Tren Seks 2024 yang Bikin Bercinta Makin Panas

2. Kecanduan

Kecanduan terhadap apa pun (narkoba, alkohol, pornografi, judi, seks, belanja, video game, dan masih banyak lagi) tidak akan pernah berujung manis. Pernikahan harus menjadi prioritas nomor satu dalam hidup. Nomor satu! Saat Mommies atau Daddies kecanduan terhadap sesuatu, hal itu yang akan menjadi prioritas, bukan pernikahan dan ini akan menghancurkan perkawinan.

Tips menghindari kecanduan:

Jangan biarkan diri tergoda. Jika mencoba berhenti minum alkohol, jangan bergaul dengan peminum bahkan para social drinker. Minta pasangan dan teman-teman untuk membantu menghindari alkohol dengan cara apa pun.

3. Sudut pandang yang berbeda tentang hal-hal penting

Ada beberapa hal yang sebaiknya dibicarakan sebelum menikah. Ini termasuk sudut pandang tentang uang, agama, nilai-nilai moral, memiliki anak, pekerjaan rumah tangga, karier, mertua dan ipar, dan masih banyak lagi! Mommies atau Daddies bersama pasangan harus satu pandangan tentang hal-hal penting atau pernikahan akan mengalami kehancuran.

Untuk menghindari perbedaan pandangan:

Idealnya, hal-hal penting harus dibicarakan sebelum menikah, tetapi hal itu tidak selalu terjadi, dan terkadang banyak hal berubah. Dalam hal ini, Anda berdua HARUS berkompromi, menyetujui jalan tengah terbaik buat kedua belah pihak.

4. Toxic People

Akan selalu ada toxic people di dalam hidup yang dapat meracuni dan menghancurkan pernikahan dengan tindakan dan ucapan mereka. Ini bisa teman-teman yang berjenis kelamin sama, lawan jenis, anggota keluarga dan mertua, serta mantan kekasih.

Tips menghindari toxic people:

Singkirkan mereka secepatnya. Salah satu masalah utama dalam pernikahan adalah suami/istri menceritakan masalah pernikahannya kepada orang lain. Padahal seharusnya mereka menceritakan perasaan mereka kepada pasangannya. Bicaralah dengan pasangan Mommies! Kalau masih bingung, tuliskan di kertas dan biarkan pasangan membacanya.

5. Pelecehan atau penganiayaan

Pelecehan fisik, verbal, dan emosional adalah masalah umum yang menghancurkan pernikahan. Pelecehan tidak boleh ditoleransi. Sayangnya, banyak orang yang tidak sadar bahwa mereka adalah korban pelecehan atau penganiayaan. Pelecehan verbal dan emosional termasuk mencaci-maki, membentak, mengancam dan mengintimidasi, mendiamkan/mengabaikan, mempermalukan, dan masih banyak lagi.

Hindari pelecehan/ penganiayaan dengan:

Perjelas bahwa pelecehan di dalam pernikahan kalian, dalam bentuk apa pun tidak akan ditoleransi. Jika pasangan ingin tetap menikah, dia perlu mencari bantuan dengan mengikuti terapi dan konseling.

6. Media sosial

Media sosial kerap menjadi penghancur hubungan (dan perkawinan), menyebabkan orang memiliki ekspektasi yang tidak realistis. Orang-orang hanya mem-posting tentang hal-hal ‘baik’ dalam hidup mereka, yang tampak ‘sempurna’. Tidak ada manusia dan hidup yang sempurna, terlepas dari apakah teman Mommies atau Daddies di Facebook dan Instagram terlihat sempurna atau tidak.

Cara mencegah media sosial mengganggu pernikahan:

Jangan terobsesi dengan apa yang dilihat di sana karena itu bukan kenyataan. Jangan mem-posting tentang masalah perkawinan. Jangan curhat dengan seseorang (apalagi yang baru dikenal) di internet.

7. Kurangnya komunikasi

Komunikasi adalah kuncinya. Tahukah Mommies atau Daddies bahwa komunikasi yang buruk adalah penyebab nomor satu hancurnya perkawinan? Jika berpikir pasangan harusnya tahu isi hati dan kepala kita, itu salah. Jika Mommies atau Daddies ingin sesuatu dilakukan dengan cara tertentu, atau kesal terhadap sesuatu, maka harus mengatakannya. Pernikahan bukanlah permainan tebak-tebakan.

Tips menghindari masalah komunikasi:

Untuk segala masalah apa pun, bicarakan dengan pasangan Mommies dulu. Bahkan untuk curhat. Jangan mencari anggota keluarga lain, teman, tetangga, apalagi mantan pacar buat menumpahkan isi hati. Bukan tanggung jawab mereka menjadi shoulder to cry on Anda. Itu bagian pasangan yang kita nikahi.

BACA JUGA: Pasangan Selingkuh dengan Teman Sendiri, Ini 10 Tips dari Pakar

8. Anak-anak

This one is tough. Anak-anak memiliki kemampuan untuk mendekatkan pasangan suami istri daripada sebelumnya. Namun, anak-anak juga dapat memberikan tekanan serius pada pernikahan. Sebelum ada anak, pernikahan adalah prioritas utama. Setelah memiliki anak, tanggung jawab memang sedikit bergeser, dan anak-anak menjadi fokus utama. Mommies atau Daddies bisa merasa kewalahan, emosional, dan banyak stres yang cenderung ditimpakan pada pasangan.

Untuk menghindari anak-anak menyebabkan ketegangan dalam pernikahan:

Tetaplah seperti pacar. Jangan pernah berhenti berusaha membuat pasangan Mommies terkesan. Lakukan sesuatu yang baik untuknya setiap hari. Selalu jadikan kencan berdua sebagai momen istimewa dan prioritas. Cobalah untuk membagi beban kerja, antara mengurus anak-anak, pekerjaan rumah, dan tanggung jawab lainnya. Teruslah perlakukan pasangan sebagaimana diri kita ingin diperlakukan.

9. Ketidakjujuran

Tidak ada yang merusak pernikahan lebih cepat selain ketidakjujuran. Setelah dirusak, kepercayaan akan sangat sulit diperoleh kembali. Kebohongan pertama akan diikuti kebohongan kedua, dan ketiga, dan berlanjut terus sampai pernikahan hancur.

Hindari ketidakjujuran dengan:

Jujur di awal bersama hingga akhir masa. Mengakui kebenaran bisa jadi sangat sulit, namun jauh lebih mudah untuk menghormati seseorang yang mengakui kesalahannya, dibandingkan seseorang yang ternyata penuh kebohongan.

10. Masalah seksual

Secara alami, setiap orang memiliki keinginan yang berbeda-beda di kamar tidur. Apa pun keinginan itu, demi perdamaian dunia, diri sendiri dan pasangan harus kompak, seiya sekata.

Cara menghindari masalah keintiman:

Jadikan seks sebagai prioritas. Meskipun tidak membutuhkannya sesering pasangan butuhkan, pasangan mungkin menginginkannya. Komunikasikan apa yang kita inginkan. Bersikaplah terbuka terhadap keinginan pasangan. Jika ada sesuatu yang tidak bisa disetujui oleh berdua, cobalah mencari jalan tengahnya. Tanpa kompromi, sebuah pernikahan tidak akan bertahan lama.

11. Egoisme

Wajar jika Mommies atau Daddies tahu apa yang diri sendiri inginkan dan menjadikannya prioritas agar segala sesuatunya berjalan sesuai keinginan. Namun ketika diri sendiri mendahulukan kebutuhan di atas pasangan dan tidak mau berkompromi, itu egois.

Tips tidak bersikap egois:

Lakukan yang sebaliknya. Mommies atau Daddies harus tidak mementingkan diri sendiri jika urusannya dengan pasangan. Dahulukan kebutuhannya di atas kebutuhan sendiri. Jadikan dia prioritas dalam hidup. Dia akan bersikap tanpa pamrih yang sama, menjadikan diri kita sebagai prioritas utama, dan menempatkan kebutuhan kita di atas kebutuhannya sendiri. Kita menjaganya dan dia akan menjaga kita.

12. Penyakit mental

Mommies atau Daddies tidak bisa mencintai seseorang jika tak bisa mencintai diri sendiri. Bisa sih, tapi tidak bisa mencintainya dengan cara yang benar! Jika punya sifat cemburuan, posesif, punya kebiasaan menyakiti diri sendiri, depresi atau kecemasan dan tidak segera diatasi, masalah ini akan menghancurkan perkawinan. Sulit untuk memiliki sikap positif ketika kepala dipenuhi pikiran negatif tentang diri sendiri.

Agar penyakit mental tidak menghancurkan perkawinan:

Temukan cara untuk mengatasinya. Cobalah pola hidup sehat dan menjalani konseling. Dan beri tahu pasangan apa yang diri sendiri butuhkan darinya. Jika pernah, atau merasa mungkin menderita penyakit mental, pastikan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

13. Kurangnya waktu berdua

Sulit untuk menjaga hubungan tetap hangat dan manis jika tidak menghabiskan cukup waktu bersama. Tanpa kebersamaan, kehangatan akan meredup, asmara memudar, dan komunikasi pun menjadi dingin. Ya, sibuk tapi itu bukan alasan untuk berhenti menjadikan pasangan sebagai prioritas.

Cara untuk punya quality time berdua:

Pilih satu hari dalam seminggu untuk berduaan, menghabiskan hari sepenuhnya bersama pasangan Mommies. Jika pekerjaan benar-benar menyita waktu Mommies, cobalah libatkan pasangan. Mengerjakan tugas kantor ditemani orang tercinta pasti beda rasanya. Atau cobalah mencari hobi yang bisa dilakukan berdua.

14. Memendam dendam

Menyimpan dendam sama seperti memelihara penyakit mematikan. Akhirnya pasti menyedihkan. Jika terbiasa menyimpan kesal kepada pasangan, itu akan membuat semua yang dia lakukan bikin Mommies atau Daddies sebal dan berujung pada pertengkaran. Jika pasangan masih melakukan sesuatu yang tidak seharusnya ia lakukan, itu satu hal. Tetapi jika dia pernah bersalah, mengakui, meminta maaf, dan berupaya berubah, maka tidak boleh menyimpan dendam.

Tips menghindari memelihara dendam:

Mommies atau Daddies harus bisa menemukan cara untuk legowo. Baik melalui konseling atau membicarakannya secara sehat dengan pasangan. Temukan caranya. Jangan biarkan pikiran negatif itu menguasai diri dan menghancurkan perkawinan. Fokus pada sifat positif pasangan.

15. Setengah-setengah

Upaya dan tindakan positif apa pun yang dilakukan tidak dengan sepenuh hati alias setengah-setengah, nggak akan memberikan hasil akhir yang baik. Baik Mommies maupun pasangan Mommies harus sama-sama mengerahkan upaya 100% untuk memelihara, menjaga, dan merawat pernikahan berdua.

Cara untuk menghindari upaya setengah hati:

Jangan itung-itungan. Pernikahan bukan perlombaan tentang siapa yang berusaha lebih keras dan paling berjasa menjaga keutuhannya. Berdua, melakukan apa pun yang dibutuhkan demi menjaga pernikahan, semaksimal mungkin.

16. Tidak ada respek

Terakhir tapi nggak kalah penting: jika tidak menghormati pasangan, pernikahan tidak akan langgeng. Tidak menghargai pasangan adalah cara tercepat untuk membuatnya pergi dari pernikahan.

Rasa tidak hormat dapat ditunjukkan dengan banyak cara: tidak menyediakan waktu untuknya, melecehkan secara verbal, berdusta, mengabaikan, dan meremehkan pendapatnya.

Caranya menghindari bersikap tidak respek kepada pasangan:

Komunikasikan dengan pasangan jika ada sesuatu yang tidak disuka darinya. Selesaikan dengan damai dan lanjutkan hidup. Pasangan tidak dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangannya jika dia tidak tahu. Kenali pasangan, sehingga Mommies atau Daddies menemukan hal-hal yang dapat dihargai. Dia pekerja keras, sabar, bertanggung jawab, cerdas, berdedikasi, jujur, atau bahkan betapa penyayangnya pasangan. Apa pun itu, fokuslah pada kebaikannya.

BACA JUGA: 6 Cara Membuat Suami Merasa Dihargai

Cover: Photo by J carter on Pexels

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan