12 Cara Mendidik Anak Mudah Bergaul, Supel, dan Humoris

Parenting & Kids

Mommies Daily・08 Jan 2024

detail-thumb

Berikut adalah cara mendidik anak menjadi supel dan mudah bergaul dengan teman-teman. Sekaligus membangun rasa percaya diri dan keterampilan komunikasnya!

Mendidik anak agar supel dan mudah bergaul menjadi perhatian utama bagi orang tua, tetapi ada beberapa anak yang pemalu dan sulit berteman. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah bijak untuk mengembangkan sikap supel anak, mulai dari membangun kepercayaan diri sampai membantu membentuk keterampilan sosial yang kuat.

Anak dengan perilaku supel dikenal mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, mampu menanggapi situasi sosial dengan positif, dan mudah bergaul dengan orang lain. Sikap-sikap ini penting untuk perkembangan sosial anak dalam masa tumbuh kembangnya.

Ada beberapa cara efektif yang bisa diterapkan orang tua untuk membimbing anak-anak mereka menjadi individu yang supel dan nyaman bergaul dengan teman-teman sebayanya.

BACA JUGA: Cara Mendidik Anak Laki-laki: 100 Hal yang Perlu Diajarkan pada Mereka

Cara Mendidik Anak Mudah Bergaul

Dilansir dari laman Begin Learning dan berbagai sumber, berikut adalah cara mendidik anak menjadi supel, humoris, dan mudah bergaul dengan teman-temannya. Mommies Daily telah merangkum beberapa cara untuk mendidik anak melalui pendekatan-pendekatan yang efektif.

1. Keterampilan mendengarkan

Cara mendidik anak mudah bergaul yang pertama adalah dengan mengasah keterampilan mendengarkan mereka, Keterampilan mendengarkan aktif adalah suatu hal yang tidak dimiliki semua orang dewasa, bahkan anak-anak.

Namun keterampilan ini bisa membantu anak mendukung interaksi sosial dan meningkatkan kemampuan memahami lisannya. Saat keterampilan ini dikembangkan, si Kecil akan menyadari betapa pentingnya untuk mendengarkan secara aktif ketika orang lain berbicara. Mereka akan belajar memperhatikan dan merespons langsung pernyataan atau pertanyaan orang lain, sehingga tercipta komunikasi yang sehat.

2. Berbagi

Bagi anak usia dini, berbagi bisa menjadi sulit karena mereka fokus dengan keinginan sendiri, dibandingkan keinginan orang lain. Namun kemampuan untuk berbagi itu penting untuk membentuk keterampilan sosial anak. Berbagi membantu anak memahami pentingnya untuk saling tolong-menolong, saling menghargai, dan membina hubungan yang baik dengan orang lain.

3. Kolaborasi dan kerjasama

Melalui kerjasama anak belajar untuk berbagi objek, ide, cerita, dan karya. Dalam kerja kelompok, kemampuan ini mengajarkan mereka menghargai pendapat orang lain dan membuka pikiran terhadap hal baru. Selain itu, kemampuan kolaborasi dan kerjasama bisa meningkatkan keterampilan berbagi mereka untuk mengerjakan tugas-tugas mereka bersama orang lain, sehingga akan ada kepuasan bersama atas pencapaian mereka.

4. Kesabaran

Cara mendidik anak mudah bergaul berikutnya adalah mengajarkannya kesabaran. Kesabaran adalah keterampilan sosial yang berharga sepanjang hidup. Walaupun sulit untuk dimiliki, anak-anak perlu belajar bahwa hasil yang baik memerlukan waktu.

Kesabaran bisa membantu menghadapi berbagai tantangan dan mencapai tujuan jangka panjang mereka dengan keyakinan dan ketekunan. Kesabaran membawa manfaat ganda dalam pengembangan keterampilan sosial anak. Saat anak belajar menunggu dan bekerja menuju hasil yang diinginkan, mereka mengasah kemampuan untuk tetap tenang dan fokus di tengah kesulitan.

5. Mengikuti petunjuk

Mendengarkan dan mengikuti arahan membantu anak merasa nyaman di lingkungan baru, seperti sekolah. Hal ini mengembangkan keterampilan mendengarkan dan mengikuti petunjuk dari orang dewasa. Selain itu, saat mengikuti arahan dengan tepat anak bisa mendapatkan imbalan atas kerja keras mereka.

Dalam konteks pendidikan, kemampuan mengikuti petunjuk bisa membantu mereka untuk merespon dengan efektif terhadap instruksi guru dan menanggapi perubahan yang mungkin terjadi di sekitar. Dengan demikian, mengikuti petunjuk bukan hanya tentang ketaatan, tetapi juga tentang mempersiapkan diri untuk menghadapi orang lain dengan sikap terbuka dan responsif.

6. Berpikir positif

Dalam mengembangkan sejumlah keterampilan sosial, sikap positif bisa membimbing anak dalam menjalin pertemanan dan mencapai tujuan mereka. Anak yang berpikiran positif akan lebih optimis, pantang menyerah, mudah memperbaiki kesalahan, dan mampu menghadapi orang baru dengan sifat berbeda.

Namun, ada kalanya anak berpikiran negatif dan larut dalam amarah atau kesedihan. Sebagai orang tua, tidak ada salahnya membantu anak belajar mengekspresikan perasaan mereka dengan sehat, serta meyakinkan bahwa marah dan sedih itu manusiawi. Dengan ini, mereka bisa mengasah pikiran yang lebih optimis terhadap diri sendiri dan orang lain.

cara mendidik anak
Foto: Pexels

7. Mengajarkan empati

Empati adalah kemampuan mahal yang tidak dimiliki semua orang. Mengajarkan anak tentang empati adalah hal penting karena melibatkan kemampuan memahami dan berbagi perasaan dengan orang lain. Anak yang berempati akan belajar menghargai perbedaan dengan orang-orang di sekitarnya, serta bisa memahami kesulitan atau kesedihan orang lain.

Pengembangan empati pada anak dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan kecil, misalnya dengan memberikan giliran bermain kepada anak lain tanpa diperintah atau menghibur teman atau saudara yang sedang sedih. Cara terbaik untuk merangsang perkembangan empati pada anak adalah dengan menunjukkan contoh melalui tindakan. Dengan memberikan kasih sayang kepada anak secara rutin, mereka akan belajar bagaimana memberikan kasih sayang kembali.

8. Menghormati batasan

Cara mendidik anak mudah bergaul salah satunya dengan mengajarkan mereka tentang menghormati batasan. Penting untuk mengajarkan anak tentang batasan emosional dan fisik yang berbeda pada setiap individu. Hal ini melibatkan pemahaman bahwa setiap orang memiliki kebutuhan dan preferensi yang berbeda.

Anak perlu diajarkan untuk meminta izin, membangun rasa hormat terhadap orang lain, serta menetapkan batasan untuk diri mereka sendiri. Dengan itu anak bisa belajar mengenai apa yang boleh dan boleh itu berbeda pada setiap orang, sekaligus bisa belajar menolak dan berlaku tegas jika ada orang yang hendak melewati batasannya.

9. Humor dalam kepatuhan

Menggunakan sentuhan humor saat mengajarkan kepatuhan dapat membuat pengalaman lebih menyenangkan bagi anak. Hal ini tentu bisa menjadi pendekatan yang positif, dibandingkan dengan memarahi anak yang tidak patuh. Misal, Mommies bisa membuat “alarm” bak mandi yang lucu, “Oh, lihat, mainan mandi masih berada di bak! Bip! Bip! Alarm bak mandi berbunyi! Mari bersama-sama mematikannya sebelum kita keluar dan ‘disanksi’ oleh alarm yang terlalu ramai ini, ya, Bunda!”. Kebiasaan ini dapat membantu menciptakan ikatan positif dengan aturan-aturan, membuat pengajaran menjadi lebih menyenangkan.

10. Mengajarkan keseimbangan melalui humor

Menciptakan momen kebersamaan yang menghibur dan mengajarkan keseimbangan dalam hubungan dapat melibatkan humor. Sesekali, coba biarkan anak merasa unggul melalui lelucon atau “kesalahan” kecil yang kita buat. Hal ini dapat menciptakan kebersamaan yang erat dan memperkuat hubungan.

11. Dorong kemandirian

Memberikan anak kesempatan untuk membuat keputusan dan mengekspresikan diri mereka secara mandiri dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan kenyamanan dalam situasi sosial. Saat sudah bisa menempatkan diri dalam kelompok sosial, anak bisa mulai membentuk lingkaran pertemanan dengan memulai percakapan dan mengajak anak lain bermain.

Dengan begitu anak akan belajar mandiri dan tidak bergantung pada orangtua dalam berteman. Jika sudah seperti itu pastikan Mommies tetap memotivasi anak sekaligus memonitor aktifitas di lingkup pertemanannya, ya.

12. Ajak mengikuti aktivitas sosial

Cara mendidik anak mudah bergaul yang terakhir adalah mengajak mereka aktif bersosialisasi. Mendorong anak untuk terlibat dalam aktivitas sosial, seperti bermain dengan teman-teman sebaya, menghadiri acara keluarga, atau bergabung dengan klub atau kelompok kecil, dapat membantu memperluas lingkaran pergaulan.

Mommies juga bisa mengajak anak untuk terlibat dalam aktivitas kelompok di sekolah, seperti ekstrakurikuler, karya wisata, atau proyek kelompok di sekolah. Dengan ini, mereka bisa beradaptasi dengan dinamika kelompok dan meningkatkan kemampuan sosial mereka.

Ditulis oleh: Azahra Syifa

BACA JUGA: 7 Cara Ayah Dukung Pendidikan Anak, Selain Membiayai Sekolah

Cover: Pexels