Pneumonia misterius di China mengalami lonjakan tinggi dan banyak menyerang anak-anak. Yuk, ketahui tentang fakta penyakit ini!
Kasus pneumonia kembali ditemukan di China beberapa waktu belakangan. Kondisi ini menyebabkan banyak anak menjadi korban dan berhasil memicu perhatian dunia. Pneumonia yang mewabah saat ini pun dikatakan ‘misterius’ dan disebut mirip dengan COVID-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sudah melaporkan tentang kenaikan kasus pneumonia yang menyerang anak-anak di China Utara ini pada 13 November 2023 lalu.
Akhirnya, Indonesia pun sudah mengambil langkah waspada terhadap kondisi ini. Dilansir dari Detik Jateng, Kementerian Kesehatan RI juga sudah pun melakukan upaya untuk peningkatan kewaspadaan dalam menghadapi penularan pneumonia ini.
BACA JUGA: Cara Memaksimalkan Kerja Paru-paru Demi Kesehatan Diri dan Keluarga, Menurut Ahli!
Yuk, kita kenali deretan fakta pneumonia misterius di China berikut ini!
Komisi Kesehatan Nasional China menemukan fakta bahwa peningkatan infeksi penyakit ini dengan banyaknya peredaran patogen penyakit yang sudah ada sebelumnya, mulai dari influenza, pneumonia mikoplasma, virus pernapasan syncytial (RSV), rhinovirus, adenovirus, hingga COVID-19.
Peningkatan jumlah anak yang mengalami kondisi ini di China juga dipicu oleh datangnya musim dingin. Apalagi tahun ini merupakan musim dingin pertama di Tiongkok sejak negara tersebut mencabut kebijakan nol-COVID setelah hampir setahun yang lalu. Sehingga kasus penyakit pernapasan kembali banyak terjadi.
Membahas angka kematian kasus pneumonia misterius di China ini ternyata tidak ditemukan hal yang signifikan. Namun kasus perawatan di rumah sakitnya mengalami kenaikan.
Salah satu penyebabnya karena mycoplasma pneumonia yang saat ini diduga karena adanya perlawanan atau resistensi terhadap antibiotik. Sebelum ada COVID-19, mycoplasma pneumonia adalah penyebab umum timbulnya penyakit infeksi pernapasan.
Dilansir dari Detik Jateng, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, dr Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan bahwa Indonesia sendiri sudah melakukan peningkatan kewaspadaan. Salah satunya dengan pengetatan pintu masuk, pengawasan bahan makan produk hidup, hingga melakukan monitor terhadap gejala yang menyerupai influenza.
Monitoring ini dilakukan dengan sistem surveilans yang bernama Influenza Like Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI). Surveilans ini dilakukan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti puskesmas.
Peningkatan kewaspadaan berikutnya adalah memastikan obat-obatan untuk mengatasi bakteri mycoplasma telah tersedia di Indonesia. “Sampai saat ini kalau untuk Mycoplasma kita punya, obatnya ada di Indonesia, jadi kita nggak perlu (impor). Ini kan bukan suatu penyakit baru, ya, jadi tinggal memastikan diagnostiknya apakah mycoplasma atau bukan,” jelas dr. Nadia.
BACA JUGA: Kanker Paru-paru Hingga AIDS, Waspadai 8 Penyakit yang Kerap Dialami Pria
Cover: Freepik