Terlalu sering mengkritik anak bisa jadi pisau bermata dua. Inginnya disiplin, tapi anak bisa jadi trauma. Simak apa tanda anak terlalu sering dikritik ini.
Mommies dan Daddies mungkin telah melihat banyak sekali contoh orang tua yang mengkritik anak mereka secara terang-terangan, bahkan mungkin Mommies dan Daddies juga melakukan hal tersebut pada anak.
Hei, atau jangan-jangan Mommies dan Daddies punya pengalaman masa kecil yang juga dipenuhi dengan kritikan dari orang tua?
Pola asuh yang terlalu mengkritik bisa mendatangkan kebaikan, tapi juga keburukan. Bagi orang tua, kritikan mungkin dianggap sebagai dorongan buat kemajuan anak. Namun, orang tua yang kritis selalu menunjukkan kesalahan anak-anak mereka.
Selalu mengkritik dan tidak pernah memuji tandanya itu sudah menjadi pola asuh yang toxic. Ciri-cirinya, orang tua yang suka mengkritik tidak pernah puas dengan pencapaian anak-anak mereka, bahkan ketika semua orang memuji sang anak.
BACA JUGA: Para Ayah, Jangan Lakukan 5 Hal Ini pada Anak Laki-laki!
Kalau itu sudah terjadi, amati anak dan lihat apakah mereka menunjukkan tanda-tanda anak terlalu sering dikritik seperti berikut ini.
Beberapa orang tua yang terlalu kritis mungkin melihat ini sebagai kesuksesan, karena anak akan terus mengejar posisi nomor 1 dalam apapun. Namun, ini bisa berdampak fatal.
Anak akan tumbuh takut dengan kegagalan. Bisa-bisa mereka takut mencoba sesuatu yang baru, takut akan kritik yang akan datang jika mereka tidak berhasil.
Kata maaf memang bagus, tapi jika berlebihan kata maaf dapat mengisyaratkan masalah yang lebih dalam. Ini adalah cerminan bahwa anak tak pernah benar pada orang tua, karena selalu dikritik.
Ingat, meskipun penting untuk meminta maaf ketika melakukan kesalahan, sama pentingnya untuk mengenali kapan permintaan maaf tidak diperlukan.
Anak-anak yang terus-menerus dikritik mungkin berjuang dengan harga diri yang rendah, karena mereka tumbuh dengan keyakinan bahwa mereka tidak pernah cukup baik. Hal ini dapat berlanjut hingga dewasa, membuat mereka mempertanyakan nilai dan kemampuan diri sendiri.
Keinginan untuk mendapatkan validasi bisa jadi tanda anak yang selalu dikritik. Ini bisa bahaya di masa depan, karena mereka akan terus mencari validasi dari orang lain untuk membuat diri mereka berharga.
Saat menjalin cinta, mereka akan bergantung pada pasangan karena ingin dicintai. Begitu pun saat bekerja, mereka tidak bisa mengatakan tidak padahal sudah di luar kapasitas kerjanya.
Anak yang terlalu sering dikritik biasanya sulit memperlihatkan emosi. Bisa jadi saat menangis, mereka akan disuruh diam, saat marah justru mereka dihukum.
Efeknya saat besar mereka akan sulit menyalurkan emosi. Seperti ada penghalang di sana, ada rasa takut bahwa menunjukkan emosi akan menghasilkan kritik yang sama seperti mereka terima sebagai seorang anak.
BACA JUGA: 7 Tips Bantu Anak Remaja Susah Bergaul, Orang Tua Harus Tahu
Kegagalan adalah hal yang selalu dikritik saat anak kecil, maka saat besar mereka akan bergumul dengan konsep kesempurnaan. Anak mungkin merasa sulit untuk menyelesaikan tugas karena takut tugas tersebut tidak sempurna, atau merasakan tekanan yang kuat bahwa semua yang anak lakukan harus sempurna.
Meskipun kritik bisa jadi positif, tapi terlalu sering dikritik saat kecil membuat anak memandang hal tersebut sebagai kegagalan besar. Meskipun kritik yang membangun adalah bagian dari kehidupan yang membantu kita tumbuh dan berkembang, umpan balik negatif yang berlebihan dapat meninggalkan dampak jangka panjang.
Kepekaan ini adalah mekanisme pertahanan yang mendarah daging, yang dikembangkan sebagai respons terhadap kritik yang terus menerus di tahun-tahun perkembangan anak.
Sering dikritik bisa membuat anak memikirkan banyak hal alias overthinking. Mereka jadi memikirkan hal terburuk dari perbuatan mereka, yang sebenarnya hal-hal simpel.
Ketika dewasa, mereka bisa jadi mempertanyakan apapun keputusan yang mereka buat. Bahkan setelah membuat keputusan, mereka bisa terus mempertanyakan apakah sudah membuat keputusan yang tepat.
Mungkin karena seringnya mendapatkan kritikan, ketika suatu saat menerima pujian, anak justru menjadi bingung. Pujian bisa membuat anak tidak nyaman atau langsung diabaikannya, karena yakin bahwa orang yang memuji hanya bersikap sopan atau tidak bersungguh-sungguh.
Tumbuh dengan kritik yang terus-menerus dapat menyebabkan suara hati yang kritis yang tidak dapat dimatikan, bahkan di masa dewasa. Tidak ada orang lain yang menyadari, tetapi bagi anak, kesalahan kecil itu terasa seperti kegagalan besar.
BACA JUGA: 7 Adegan Berbahaya di Anime, Orang Tua Perlu Hati-hati
Setelah membaca daftar di atas, Mommies dan Daddies mungkin menyadari jika sudah terlalu sering mengkritik anak. Sekarang adalah kesempatan untuk meminta maaf. Anak-anak perlu melihat bahwa orang tuanya adalah manusia biasa dan bersedia mengakui kesalahan.
Jadi, meskipun Mommies dan Daddies mengalami penyesalan yang membuat kalian sangat sulit untuk memulai permintaan maaf tersebut, lakukanlah.
Ditulis oleh: Imelda Rahma
Cover: Photo by Gustavo Fring on Pexels