Fakta Tentang Penyakit Demensia Frontotemporal yang Diidap Bruce Willis

Self

Mommies Daily・19 Oct 2023

detail-thumb

Aktor Bruce Willis menderita Demensia Frontotemporal dan kini dikabarkan sudah tak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Sebenarnya apa, sih, jenis demensia ini?

Bruce Willis membuat kabar mengejutkan di tahun 2022 silam. Aktor tersebut memutuskan untuk mundur dari dunia akting karena menderita afasia, sebuah kelainan yang memengaruhi kemampuan berkomunikasi. Beberapa bulan kemudian keluarganya menyampaikan bahwa ia didiagnosis menderita demensia frontotemporal atau yang dikenal sebagai FTD.

Kondisi afasia yang awalnya diderita Bruce Willis diyakini sebagai salah satu gejala awal demensia frontotemporal. Menurut Henry Paulson, seorang profesor neurologi dan direktur Michigan Alzheimer’s Disease Center di Universitas Michigan, Amerika, afasia menjadi gejala awal Bruce Willis yang berhubungan dengan saraf di otaknya.

“Karena diagnosisnya adalah demensia frontotemporal, Bruce Willis jelas memiliki penyakit neurodegeneratif yang progresif dan bukan karena stroke atau tumor atau lesi lain di otak,” ujar Henry Paulson, seperti dikutip dari CNN.

Setahun setelahnya tepat di bulan Oktober 2023, kondisinya dikabarkan semakin menurun. Salah satu temannya sekaligus sutradara Glenn Gordon Caron menyatakan jika kondisi Bruce Willis benar-benar mengejutkan baginya.

“Perasaan saya adalah dalam satu hingga tiga menit pertama dia tahu siapa saya. Kini semua kemampuan bahasa itu tidak lagi tersedia baginya tapi dia tetaplah Bruce,” ujar Gordon seperti dikutip dari NYPost.

Tentu mengejutkan, ya, melihat kondisi aktor laga yang dulunya sangat sehat kini menderita demensia frontotemporal. Lalu sebenarnya apa itu demensia frontotemporal dan apakah dampaknya sangat cepat seperti yang diderita Bruce Willis?

BACA JUGA: 

Apa itu Demensia Frontotemporal?

Demensia adalah kondisi di mana seseorang mengalami penurunan daya ingat karena faktor usia. Mengutip dari World Health Organization, penderita demensia bisa mencapai 50 juta orang pada tahun 2017 silam. Datanya pun bisa terus meningkat setiap tahunnya.

Sementara tipe yang diderita Bruce Willis adala demensia frontotemporal. Ini adalah jenis demensia yang disebabkan oleh hilangnya sel saraf di lobus frontal atau temporal otak. Ketika area otak ini terpengaruh, hal ini dapat menyebabkan perubahan perilaku atau meningkatnya kesulitan berkomunikasi atau memahami bahasa.

Ada tiga jenis FTD: demensia frontotemporal varian perilaku, afasia progresif primer, dan demensia yang terkait dengan gangguan gerakan.

Ketika seseorang menderita FTD, yang biasanya terjadi antara usia 45 dan 64 tahun, individu tersebut biasanya akan mengalami perubahan kepribadian yang tidak dapat dijelaskan, apatis, dan kesulitan dalam pengambilan keputusan, berbicara, dan pemahaman bahasa.

Foto: The Boston Globe

Seperti Apa Gejala Demensia Frontotemporal yang Dialami Bruce Willis?

Sebenarnya sebelum pihak keluarga Bruce Willis mengeluarkan pernyataan resmi, rumor tentang kinerja kerjanya telah beredar di Hollywood selama bertahun-tahun.

Dikutip dari LATimes, beberapa orang yang pernah bekerja di lokasi syuting bersama bintang “Die Hard” ini mengungkapkan kekhawatirannya mereka mengenai kondisi kesehatan Bruce.

Para pekerja di lokasi syuting ini merasa Bruce tidak sepenuhnya sadar akan keadaan sekelilingnya di lokasi syuting. Bruce sudah mulai menunjukkan ketidakmampuannya untuk mengingat dialog. Kemudian di sebagian besar adegan laga, terutama yang memiliki koreografi tembakan, difilmkan dengan menggunakan pemeran pengganti.

Sebenarnya gejala demensia frontotemporal bisa sulit didiagnosis, karena agak jarang terjadi, dan gejalanya bisa mirip dengan depresi, penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, atau gangguan kejiwaan lainnya.

Tergantung pada jenis FTD, penderita mungkin mengatakan atau melakukan hal-hal yang di luar kebiasaan. Selain itu, penderita mungkin kehilangan minat dalam kegiatan atau mengalami kesulitan dalam mengelola tugas sehari-hari dan kewajiban kerja. Beberapa kesulitan untuk berbicara, menulis, atau memahami apa yang dikatakan orang lain.

Bagaimana Cara Pengobatan Demensia Frontotemporal?

Seperti halnya Alzheimer, tidak ada obat atau perawatan untuk membalikkan perkembangan gangguan ini. Sebagian besar pengobatan berfokus pada meringankan gejala untuk meningkatkan kualitas hidup.
Penderita bisa melakukan terapi wicara untuk menemukan cara komunikasi yang lain dan lebih mudah. Selain itu, konsumsi makanan bergizi juga sangat disarankan.

“Sangat penting bagi orang yang memiliki sindrom demensia progresif seperti FTD untuk terus makan dengan baik, berolahraga secara teratur, dan tetap terhubung dengan orang lain. Aktivitas-aktivitas tersebut bukanlah obat, tidak menyembuhkan penyakit, tetapi dapat membantu otak Anda bekerja sebaik mungkin,” kata Henry Paulson, seperti dikutip dari CNN.

Jika tindakan untuk meringankan gejala sudah dilakukan, tentu timbul pertanyaan mengenai harapan hidup mereka yang menderita demensia frontotemporal. Nah, seberapa cepat gejala demensia frontotemporal berkembang bervariasi, bisa dari 2 hingga 20 tahun.

Kebanyakan orang hidup 7 hingga 13 tahun setelah gejala dimulai. Jika Anda atau orang yang Anda cintai tampaknya memiliki gejala awal demensia frontotemporal, segera temui dokter untuk diagnosis lebih lanjut dan juga perawatan menyeluruh.

BACA JUGA:

Cover: Vanity Fair