banner-detik
EDUCATION

Ingin Anak Nantinya Mudah Mendapat Pekerjaan, Ajarkan Mereka 10 Skill Ini

author

RachelKaloh28 Aug 2023

Ingin Anak Nantinya Mudah Mendapat Pekerjaan, Ajarkan Mereka 10 Skill Ini

Selain pengalaman dan tingkat pendidikan, ini 10 skill yang wajib dimiliki anak agar memudahkannya dalam mendapatkan pekerjaan.

Setelah menyelesaikan jenjang pendidikan, tujuan akhir adalah mendapatkan pekerjaan. Itulah yang pada umumnya menjadi harapan para orang tua. Karena ketika anak menjadi seorang pekerja, di situlah sebetulnya kemampuannya benar-benar diuji. Walau demikian, garis kehidupan setiap orang berbeda. Ada anak yang memilih mencari pengalaman sambil menabung untuk bisa bayar kuliah sendiri, ada yang memang punya kesempatan kuliah sampai S2, baru akhirnya terjun ke dunia kerja. Apapun pilihannya, setidaknya peran kita sebagai orang tua di sini tetap harus optimal, yakni memastikan anak mampu mengasah keterampilannya, karena 10 skill inilah yang wajib dimiliki anak agar bisa lebih mudah dilirik perusahaan dan akhirnya mendapatkan pekerjaan yang ia impikan.

Yang pasti, 10 skill ini nggak mungkin anak dapatkan dalam sehari semalam. Mereka tentu sudah melalui proses pematangan diri, mulai dari kehidupannya di usia dini, TK, SD, SMP sampai dengan SMA, bahkan saat kuliah.

10 Skill wajib dimiliki anak agar mudah mendapatkan pekerjaan

Keahlian dalam Beorganisasi

Mungkin tidak semua orang bisa menikmati berada di dalam sebuah kelompok. Namun, punya andil dalam kegiatan organisasi (baik di sekolah maupun di kampus, skala kecil maupun besar, apapun jenis organisasinya), menandakan anak punya kemampuan bersosialisasi, bisa mencapai tujuan bersama, dan punya rasa tanggung jawab. Bila anak cukup berpengalaman dalam organisasi, jangan ragu untuk dimasukkan ke dalam CV.

Kemampuan Berkomunikasi

Ini adalah kemampuan dasar yang wajib dimiliki seseorang karena kita adalah makhluk sosial. Semua orang pasti bisa berkomunikasi, tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah caranya. Di mana, akan berbeda ketika anak bicara dengan temannya, gurunya, maupun calon atasannya. Sesederhana memahami kapan harus menggunakan “Aku” atau “Gue”, dan kapan menggunakan “Saya”. Demikian pula pilihan kosa kata serta kalimat ketika ia presentasi di depan orang banyak. 

Baca juga: Nak, Yuk, Belajar Komunikasi Dasar Agar Kelak Kamu Nggak Dibenci Banyak Orang

Kemampuan berpikir kritis

Dilansir situs MSU Extension Child & Family Development, pada dasarnya berpikir kritis itu membantu kita mengambil keputusan yang baik dan tepat. Anda boleh tenang kalau dari kecil sudah membiasakan anak untuk memilih kegiatan yang ia senangi, dari pilih mau ikut les apa, bahkan mau melanjutkan sekolah ke mana. Dalam merembukkan sebuah pilihan, pasti tentu melewati proses “Kenapa harus pilih ini”, “Kalau pilih A, nanti akan begini, kalau pilih B, nanti akan begitu”, membahas semua sebab dan akibat sampai akhirnya matang untuk membuat sebuah keputusan. Singkat kata, berpikir kritis mengajarkan anak untuk nggak asal-asalan dalam berkeputusan (persis poin yang akan kita bahas selanjutnya).

Baca juga: 10 Cara Melatih Anak Berpikir Kritis

Kemampuan membuat keputusan

Kalau punya kemampuan berpikir kritis, artinya anak sudah terlatih untuk menghadapi konsekuensi maupun hasil dari pilihannya tersebut. Karena makin besar, ia akan menjumpai pilihan hidup yang lebih berat, khususnya di lingkup pekerjaan. Bahwa ketika ia mau mengejar mimpinya bekerja di perusahaan A, misalnya, ada hal-hal yang harus ia terima sebagai konsekuensi. But it’s okay, life’s not always sunshine and rainbows.

Kecerdasan Emosional

IQ tinggi bukanlah satu-satunya yang menjadi nilai plus seseorang, karena ada EQ yang sama pentingnya. Inilah alasan mengapa penting untuk orang tua selalu membantu meregulasi emosi anak. Menangis itu boleh, di saat ia merasa sedih dan kecewa. Tapi, ada waktunya untuk kemudian bersiap dan berusaha untuk bangkit lagi dengan lebih kuat. Nggak usah anak-anak, kita saja orang dewasa masih perlu mengasah terus kemampuan kita dalam mengelola emosi. 

Kemampuan dalam melakukan riset dan analisis

Generasi anak-anak kita bukan lagi generasi yang menunggu update sebuah berita melalui satu sumber saja. Dalam satu menit scrolling di media sosial saja, ia bisa menemukan ratusan bahkan ribuan berita dengan beragam sudut pandang. Di sinilah pentingnya punya kemampuan untuk tidak menelan mentah-mentah setiap berita yang ada. Semakin mampu berpikir kritis, maka akan semakin mudah membedakan mana yang fact-base, mana yang hoax. Demikian pula ketika mencari sumber atau materi yang mendukung pekerjaan anak, ia perlu kemampuan untuk melakukan riset ke berbagai sumber terpercaya dan menganalisis permasalahan tersebut, sehingga hasil akhirnya bisa ia pertanggungjawabkan. 

Kemampuan mengelola diri sendiri

Self-management ini diasah dari kebiasaan yang diterapkan sehari-hari di rumah maupun di luar rumah. Makin besar usia anak, ia harus makin paham cara mengelola waktunya. Anak perlu menanamkan disiplin pada diri sendiri. Kalau telat ngumpulin tugas, ya, gak dapat nilai. Bikin janji dengan orang lain harus datang tepat waktu, karena masing-masing orang punya urusan lain yang harus anak hargai. Kalau ia telat, maka kesempatan akan hilang.

Baca juga: Melatih Executive Functioning Skill Pada Anak

Kemampuan bekerja dalam tim

Latihannya, lewat kerja kelompok di sekolah maupun di kampus. Selain belajar memahami berbagai karakter, anak juga belajar bahwa ada kalanya nilai atau performa itu bukan hanya datang dari dirinya sendiri tapi dari hasil kerja sama (teamwork). Meski memang, kadang ini menjadi tidak adil ketika nyatanya hanya beberapa orang yang beneran kerja. Tapi, itulah mengapa anak perlu mengasah kemampuan ini. Bukan tidak mungkin anak bisa berperan dalam menyemangati masing-masing anggota tim atau memimpin cara kerja tim tersebut supaya semua orang bisa punya andil yang merata. 

Keterampilan dalam kepemimpinan

Kalau di masa sekolah anak cukup aktif Anda daftarkan dalam kegiatan semacam bootcamp atau holiday camp, maka pilihan tersebut adalah tepat. Umumnya, holiday camp memiliki objektif yang menyasar ke lingkup pendidikan yang lebih luas, termasuk self confidence, leadership, team building, yang tentu dikemas dengan beragam aktivitas menarik, sesuai usia anak. Dari sini, anak akan belajar untuk bekerja sama dengan teman seusianya. Pun dari kegiatan ini, anak bisa mengasah kemampuannya dalam memotivasi, memimpin, memberdayakan, dan menginspirasi sesamanya. Meski karakter anak mungkin pendiam, bisa saja suatu saat ia terpilih sebagai pemimpin karena kemampuannya meng-encourage skill temannya yang lain.

Kemampuan menulis

Artinya, anak mampu menyusun apa yang ada di dalam kepalanya melalui sebuah tulisan yang jelas, di mana siapapun yang membaca tulisannya tersebut bisa mengerti apa yang hendak anak sampaikan. Kemampuan ini biasanya diuji ketika anak menyusun makalah maupun skripsi, sebagai penentu kelulusannya di kampus. Salah satu kebiasaan yang patut dipupuk dari kecil demi kemampuan menulis yang baik adalah membaca buku!

Namun, ingat juga ya Mommies, bahwa 10 skill di atas tidak akan ada artinya bila tidak diikuti dengan perilaku anak yang rendah hati, paham cara menghargai orang lain, dan punya empati.

Image by Freepik

Share Article

author

RachelKaloh

Ibu 2 anak yang hari-harinya disibukkan dengan menulis artikel dan content di media digital dan selalu rindu menjalani hobinya, menjahit.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan