Kalau mama baby blues, itu sering kita dengar. Kalau ayah baby blues? Beneran bisa nggak, sih? Apa akibatnya bila tidak ditangani?
Baby blues merupakan sebuah kondisi di mana seseorang mengalami kesedihan mendalam hingga depresi setelah melahirkan. Kondisi ini biasanya muncul pada tiga hari hingga enam minggu setelah bayi dilahirkan. Mommies mungkin sudah familiar dengan kondisi ini, ya. Selama ini baby blues identik dengan seorang ibu. Padahal faktanya, Ayah baby blues saja terjadi, lho. Sayangnya, banyak orang yang belum menyadari kondisi tersebut hingga kemudian mengabaikannya.
Bahkan, nih, ya, menurut sebuah penelitian dalam the Journal of the American Medical Association tahun 2019, disebutkan bahwa satu dari 10 ayah mengalami baby blues dan juga masalah kecemasan. Wah, jumlah tersebut tentu bukan jumlah yang sedikit.
Kurangnya kesadaran akan hal ini membuat baby blues pada ayah menjadi terlambat didiagnosa dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Padahal saat ayah baby blues juga dapat menyebabkan beberapa masalah pada anak, seperti:
Berbeda dengan ibu, baby blues yang terjadi pada ayah bisa terjadi sejak masa awal kehamilan hingga enam bulan setelah istri melahirkan. Faktor yang beragam bisa menjadi beberapa penyebab terjadinya baby blues pada ayah. Di antaranya adalah:
1. Masalah hormon
Studi menunjukkan bahwa para ayah mengalami perubahan hormon selama kehamilan dan setelah istri melahirkan, terutama penurunan hormon testoteron. Masalah inilah yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan emosi para ayah.
2. Depresi pada pasangan
Lebih dari setengah pria yang memiliki pasangan yang depresi juga menunjukkan tanda-tanda depresi.
3. Merasa tidak terkoneksi dengan ibu dan bayi
Seorang ayah juga ingin terlibat di masa awal kehidupan bayinya, lho. Tapi terkadang nih mereka justru merasa berada “di luar” kehidupan sang istri dan bayinya. Banyak nih para ibu yang nggak sadar kalau mereka nggak melibatkan suaminya dalam merawat si kecil. Bisa juga para ibu baru ini justru terjebak dalam ikatan dengan bayinya, sehingga mereka nggak menyadari kalau ayah juga butuh lho waktu dengan si bayi.
4. Riwayat depresi pribadi maupun keluarga
Seseorang yang pernah mengalami depresi sebelumnya atau memiliki riwayat keluarga depresi, memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami baby blues.
5. Kurang tidur
Banyak orang tua baru, terutama yang tidak memiliki pengasuh, mengalami kurang tidur. Mereka juga cenderung mengabaikan kebutuhan waktu tidur yang cukup. Hal itulah yang kerap menimbulkan terjadinya baby blues.
6. Kekhawatiran akan peran baru
Bukan cuma ibu aja yang sering mempertanyakan apakah bisa jadi ibu yang baik. Begitu pun para ayah. Mereka kerap mempertanyakan kelayakan diri mereka menjadi seorang ayah, seperti bisakah mereka bertanggung jawab terhadap anggota keluarganya yang baru? Apalagi bagi mereka yang pernah memiliki pengalaman masa kecil yang kurang bahagia.
Yang membuat baby blues pada ayah semakin buruk adalah ayah seringkali merasa gengsi atau sesederhana nggak biasa saja untuk membicarakan tentang perasaannya. Jadi akhirnya disimpan sendiri deh dan tanpa sadar ya bisa meledak juga.
Baca juga: 7 Tipe Ayah, Yang Manakah Anda?
Lalu apa saja sih gejala baby blues pada ayah? Nah saat seseorang mengalami baby blues, ia akan cenderung menunjukkan beberapa gejala, seperti:
Jika para ayah yang membaca ini sedang merasakan hal tersebut dan tidak membaik setelah beberapa minggu, yuk jangan segan segera hubungi tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater, ya.
Pengalaman mengalami baby blues sempat dialami oleh Faisal. Saat kelahiran anak pertamanya, Faisal dan istri merasa sama-sama bingung. Meski telah belajar cara merawat bayi sebelum istri melahirkan tetapi begitu dihadapkan dengan bayinya langsung, teori yang sudah dipelajari malah terlupakan.
“Akhirnya malah muncul keinginan untuk menyendiri atau kadang marah-marah jadi hubungan sama istri sempat renggang,” ucap Faisal.
Menurutnya, ia mengalami baby blues karena merasa nggak mampu dan nggak cukup kuat untuk memikul tanggung jawab sebagai seorang ayah. Lebih buruknya lagi, ia akhirnya mengabaikan sang bayi dan menyerahkan tanggung jawab mengurus anak pada istri.
Beruntung Faisal memiliki seorang teman yang berprofesi sebagai psikolog yang kemudian membantunya menyelesaikan masalahnya tersebut.
1. Buat perencanaan bersama pasangan
Bukan hanya birth plan, perencanaan setelah melahirkan juga penting lho untuk dibuat. Jangan sampai begitu anak sudah lahir, eh kita malah bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya. Rencanakan beberapa hal seperti bagaimana sistem pembagian tugas atau berapa lama waktu cuti yang bisa ayah ajukan. Mommies juga bisa sampaikan pada ayah apa saja yang kelak Moms ingin ayah lakukan.
2. Cari bantuan
Jika dirasa memang tidak sanggup mengurus anak hanya berdua pasangan saja, sebaiknya segeralah cari bantuan. Bisa dengan minta tolong keluarga atau mencari ART atau baby sitter. Bagaimana pun we are not superhumans.
3. Jangan gengsi dalam mengekspresikan perasaan
Baik ayah maupun ibu bisa sama-sama merasa kewalahan, bingung, marah, dan sedih dalam menghadapi bayi baru lahir. Cobalah untuk lebih terbuka dengan pasangan supaya tidak ada perasaan yang terpendam hingga kemudian meledak.
So, Mommies, sekarang udah paham ya. Kalau Ayah baby blues juga sangat mungkin terjadi sama suami-suami kita. Yuk, sama-sama saling mengerti, karena anak ini adalah anak berdua dan keduanya sama-sama bertanggung jawab untuk tumbuh kembangnya yang optimal.