Pernah mendengar istilah pelvic rest? Terus terang saja, saya sendiri belum lama baru memahami kondisi yang dikenal juga sebagai bed rest panggul.
Ternyata, pelvic rest ini merupakan istilah medis yang mengacu pada periode ketika seorang perempuan dianjurkan atau diinstruksikan untuk menghindari aktivitas fisik yang melibatkan panggul atau area genital. Ini bisa mencakup berbagai gerakan intens pada area panggul, bahkan termasuk aktivitas penetrasi.
BACA JUGA: Panggul Turun, Bagaimana Bisa?
Beberapa perempuan mungkin mengalami gejala atau perubahan terkait dengan kondisi medis yang memerlukan pelvic rest. Beberapa contoh gejala yang mungkin terjadi tergantung pada kondisi medis spesifik adalah sebagai berikut:
Beberapa kondisi, seperti peradangan panggul atau luka pasca operasi, dapat menyebabkan nyeri panggul atau perut.
Jika kondisi ini direkomendasikan sebagai respons terhadap perdarahan yang tidak normal, perempuan mungkin mengalami perdarahan yang berbeda dari periode menstruasi normalnya atau perdarahan yang berkepanjangan.
Jika ada luka atau proses penyembuhan yang sedang berlangsung, perempuan mungkin mengalami ketidaknyamanan atau sensasi tidak normal saat bergerak atau melakukan aktivitas fisik yang melibatkan panggul.
Jika pelvic rest direkomendasikan dalam konteks infeksi panggul, perempuan mungkin mengalami gejala seperti nyeri panggul yang parah, demam, keputihan yang tidak normal, atau perubahan dalam siklus menstruasi.
Namun, penting untuk diingat bahwa beberapa gejala atau puin perubahan ini berkaitan dengan kondisi medis yang mendasari. Jadi, bukan langsung terkait dengan kondisi ini sendiri.
Dari berbagai informasi yang saya kumpulkan, baik lewat berbagai artikel, dan literatur yang saya baca, kondisi ini biasanya direkomendasikan pada perempuan yang mengalami beberapa situasi medis, seperti di bawah ini!
Jadi, setelah operasi panggul, seperti operasi ginekologi atau bedah panggul, mengistirahatkan panggul dapat dianjurkan untuk memungkinkan penyembuhan yang tepat.
Dokter kandungan mungkin meminta pasien untuk menjalani periode pelvic rest setelah melahirkan atau mengalami aborsi, terutama jika ada luka atau perdarahan yang membutuhkan waktu untuk sembuh.
Nah, dalam beberapa kasus kehamilan dengan komplikasi, seperti plasenta previa (plasenta menutupi serviks), ancaman persalinan prematur, atau keguguran berulang, dokter dapat merekomendasikan pelvic rest untuk meminimalkan risiko kerusakan atau perdarahan lebih lanjut.
Perempuan dengan infeksi panggul, seperti penyakit radang panggul (PID), mungkin dianjurkan untuk mengistirahatkan panggul agar tidak memperburuk infeksi dan memungkinkan proses penyembuhan.
Jika ada perdarahan yang tidak normal atau risiko perdarahan berlebihan, dokter dapat merekomendasikan pelvic rest untuk melindungi kesehatan dan memungkinkan pemulihan.
Sebenarnya pelvic rest sendiri ini berbahaya. Namun, ini memang direkomendasikan untuk melindungi kesehatan dan memfasilitasi pemulihan dalam kondisi medis tertentu, khususnya pada beberapa kasus seperti yang sudah dijelaskan.
Jika ada yang masih bertanya-tanya kenapa aktivitas seksual juga tidak dianjurkan pada saat perempuan dalam fase pelvic rest, hal ini disebabkan karena pada beberapa kasus, aktivitas seksual atau gerakan yang melibatkan panggul dapat meningkatkan risiko perdarahan, infeksi, atau komplikasi lainnya.
Nggak hanya harus ‘puasa’ hubungan seksual dulu, ketika area panggul harus istirahat, juga dianjurkan untuk tidak menggunakan tampon vagina, tidak melakukan latihan fisik yang melibatkan panggul atau otot perut yang terkait, dan menghindari gerakan yang berlebihan atau tarian yang intens. Untuk jangka waktunya sendiri tentu saja akan berbeda satu sama lainnya.
Pelvic rest sendiri bukanlah suatu penyakit atau kondisi medis yang membutuhkan penyembuhan, melainkan merupakan instruksi yang diberikan oleh tenaga medis sebagai bagian dari rencana perawatan untuk kondisi medis yang mendasarinya. Sebab, tujuan pelvic rest ini sendiri untuk melindungi kesehatan dan memfasilitasi pemulihan.
Apakah kondisi medis yang memerlukan pelvic rest bisa disembuhkan? Jawabannya, tentu saja akan tergantung pada penyebabnya. Beberapa kondisi medis mungkin dapat disembuhkan sepenuhnya dengan perawatan yang tepat dan tindakan medis yang sesuai.
Contohnya, infeksi panggul dapat disembuhkan dengan terapi antibiotik yang tepat. Namun, ada juga kondisi medis yang mungkin tidak sepenuhnya dapat disembuhkan, tetapi dapat dikelola atau dikendalikan melalui perawatan yang tepat. Misalnya, jika seseorang mengalami komplikasi kehamilan seperti plasenta previa, pengelolaan yang tepat melalui pelvic rest dan perawatan medis lainnya dapat membantu menjaga kesehatan ibu dan bayi hingga saat kelahiran.
Penting untuk memahami bahwa setiap kasus dapat bervariasi, dan hasil penyembuhan atau pengelolaan kondisi medis yang mendasari akan bergantung pada faktor-faktor individu.
Artinya, jika memang ada kondisi medis yang memerlukan istirahat panggul, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan yang berkualifikasi untuk mendapatkan perawatan yang tepat dan pemantauan yang diperlukan, ya. Dengan begitu, tentu bisa diketahui upaya penyembuhan dan pengelolaan kondisi medis secara spesifik.
BACA JUGA: 7 Masalah Kesehatan yang Paling Sering Dialami Ibu Bekerja, Termasuk Sakit Pinggang
Cover: Freepik