Ketika suami alias ayah tiri dari anak-anak kita menjadi pelaku pelecehan terhadap anak kita sendiri, apa yang sebaiknya kita lakukan?
Ada banyak kasus pelecehan yang terjadi pada anak dan tak jarang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya, termasuk orang tua mereka sendiri, mulai dari orang tua tiri hingga orang tua kandung. Bahkan baru-baru ini di internet muncul curhatan anak perempuan yang dilecehkan oleh ayah kandungnya sendiri. Ketika bercerita pada ibunya, sang ibu malah bilang hal itu wajar dan meminta anak membiarkan sang ayah melakukan itu daripada tidak dapat uang.
Ada datu kasus lagi yang terjadi beberapa bulan lalu, ketika seorang sahabat menghubungi saya sambil menangis. Katanya “ Fi, si A baru cerita kalau papah tirinya pernah diam-diam mencium bibirnya pas dia tidur di kamarnya. Gue lemeees banget Fi, mau pingsan.” (A adalah anak kandung perempuan dari sahabat saya).
Sedikit latar belakang, sahabat saya adalah janda dua anak yang suaminya meninggal karena sakit. Setelah sekian lama, dia memutuskan untuk menikah dengan laki-laki lajang. Dari pernikahan yang kedua ini, mereka memperoleh tiga anak lagi. Kedua anak yang dari suami pertama, dua-duanya berjenis kelamin perempuan, yang saat kasus ini terjadi, sudah berumur 18 tahun dan 15 tahun. Dan korban pelecehan ini adalah yang berusia 15 tahun.
Saya tahu, sebagian besar dari kita pasti akan langsung mengambil sikap: berpisah dengan sang suami demi melindungi sang buah hati. Namun bukan hal itu yang dilakukan oleh sahabat saya. Dia memilih untuk tetap bertahan. Alasannya? Sesederhana karena dia bergantung secara finansial terhadap suaminya (sounds familiar ya?). Saya hadir untuk sahabat saya bukan untuk menghakimi dengan keputusan yang dia ambil. Ingat, bahwa setiap orang memiliki ‘perjuangannya’ masing-masing.
BACA JUGA: Alasan Kenapa Saya Memaksa Diri Untuk Mandiri Secara Finansial
Namun, saya mencoba membantunya untuk mencari jalan keluar di tengah-tengah keterbatasan yang dia miliki. Saya pun bertanya ke mbak Vera Itabiliana, selaku Psikolog Anak dan Remaja, apa yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua dan ketika pilihan terlihat sangat terbatas, hal terbaik apa yang dapat kita lakukan?
Menjauhkan suami, artinya anak tidak dibiarkan sendiri menjauh. Ibu dampingi anak dan menjauh dari suami lalu ambil tindakan yang membuat suami mendapatkan konsekuensi dari perbuatannya, antara lain melalui jalur hukum. Suami juga perlu minta maaf langsung pada anak tapi ini tidak membuatnya lepas dari konsekuensi atas perbuatannya.
Berusaha sekeras mungkin untuk dapat lepas karena hubungan keluarga sulit untuk pulih kembali jika sudah terjadi pelecehan seksual pada anak. Dampak traumatis pada anak akan berlangsung seumur hidupnya. Akan sulit bagi anak untuk lepas jika pelaku masih dekat dalam kehidupannya.
Jelaskan apa adanya walaupun sulit dan mungkin akan dirasa tidak adil oleh anak.
Jika alternatif pisah belum dapat dilakukan, anak sebaiknya tinggal terpisah tapi jangan sampai membuat kondisi anak menjadi lebih buruk lagi antara lain anak merasa dia yang disingkirkan atau anak mengalami pelecehan kembali di tempat lain. Suami juga perlu dipastikan untuk tidak mengulang lagi dengan ‘korban’ yang baru.
Tentu ada dan perlu. Anak perlu melihat bahwa perlakuan dari pelaku adalah salah dan oleh karenanya perlu mendapatkan konsekuensi.
Dari kasus ini, saya masih bersyukur karena anak teman saya berani berkata jujur ke ibunya. Nggak kebayang kalau dia memilih untuk diam saja, akan seperti apa kelanjutannya?! Ini juga membuat saya nggak pernah lelah mengingatkan ke sesama perempuan, agar (lagi-lagi) mandiri secara finansial dan juga pengingat yang bagus untuk saya sebagai ibu dari anak laki-laki, bagaimana mendidik mereka menjadi manusia yang bertanggung jawab dan mampu menghargai setiap mahluk hidup. Tugas yang sama sekali tidak mudah.
BACA JUGA: Apa Itu Pelecehan Emosi Terhadap Anak?
Cover: Freepik